pumpkin_picking21 Tanggal 31 Oktober selalu identik dengan perayaan serem-sereman yang satu ini : Halloween !! As for me, Halloween identik dengan 3 hal : pakai kostum buat lucu-lucuan, berburu permen-cokelat, serta makan pumpkin pie πŸ˜†

Waktu jaman kecil dulu, sempat merasakan asyiknya ikut perayaan Halloween. Di minggu penghujung Oktober, acara perayaan Halloween dimulai dengan memilih & membeli sebutir labu; murid-murid playschool dibawa ke sebuah ladang labu untuk memilih labu yang cukup matang, yang akan diukir menjadi kepala Jack-O’-Lantern. Labu yang sudah dipilih akan diukir di sekolah bersama para ortu. Setelah lentera-lentera tersebut diukir, semuanya akan dipajang sehari di sekolah, lalu dibawa pulang untuk dipajang di halaman rumah saat malam perayaan Halloween.

halloweenseattlePada malam perayaan halloween, setelah memasang hiasan Jack o’ lantern di dekat pintu masuk rumah, anak-anak akan memakai baju kostum (dari kostum yang “normal” seperti kostum ballerina atau tentara, sampai yang seram-seram kayak kostum mummi, drakula, atau tulang belulang) & kemudian berburu permen-cokelat ke rumah para tetangga. Waktu itu, oleh anak-anak keluarga Cedergreen (Matthew, Ethan & Manasi) gue dipinjemin kostum berupa… Jack o’Lantern-pumpkin suit, plus topi berbentuk kepala kucing hitam (lengkap dengan ekornya yang menjuntai). Yup, gue “berperan” sebagai Samantha si kucing hitam yang nemplok diatas labu Jack o’Lantern πŸ˜† Matthew sendiri berperan jadi Winnie the Pooh, Ethan sebagai Tigger & Manasi sebagai Piglet.

Sebelum “perburuan” dimulai, Matthew & Ethan mengajari gue sebuah nyanyian-password. Nyanyian ini “wajib” dinyanyikan saat meminta permen door-to-door ke rumah para tetangga :

“Trick or Treat ! Smell my feet !
Gimme something good to eat !

If you don’t, I don’t care,
I’ll pull down Your underwear !!”

Sebenarnya sih nyanyian “wajib”nya cuma sampai di “Gimme something good to eat”. Cuma yah… tau sendiri-lah jahil-jahilnya anak kecil. Beberapa tetangga cuma ketawa-ketawa mendengar nyanyian “kacau” tersebut, sementara mereka yang udah agak uzur sontak terbelalak kaget pas mendengar bagian “…I’ll pull down Your underwear !” πŸ˜†

Sepulangnya dari berburu permen, kami duduk bersama (sambil membandingkan jenis permen yang didapat) & menikmati Pumpkin Pie, yang dibuat dari isi buah labu yang dikorek saat membuat Jack o’ Lantern. Nyammm… enaaak !! Boro-boro kepikiran yang serem-serem; waktu itu, kita mah anak kecil nggak peduli tentang asal-usul perayaan Halloween yang dibilang sebagai warisan budaya pagan atau praktik okultisme… Yang kita pikirin mah cuma senang-senangnya ajah. Gimana nggak senang : gila-gilaan pakai kostum, kelilingan ke rumah tetangga, trus pulangnya dapet “rampokan” sekantung besar permen cokelat ?? πŸ˜†

Lucunya, usai acara Halloween gue nggak mau melahap permen-permen tersebut. Saking sayangnya dengan permen-hasil-buruan gue, permennya sampai gue bawa tidur dan dipeluk layaknya memeluk boneka ato guling πŸ˜†Β  Serius… disayang-sayang, dibawa tidur, dipeluk & nggak dimakan sampai permen tersebut rusak. Abis gimana dong… gue terlalu sayang untuk melahap habis permen-permen itu. Ibu kemudian harus diam-diam membuang permen tersebut & mengalihkan perhatian gue supaya nggak kepikiran akan permen yang menjadi harta-karun gue saat itu πŸ˜†

Itu dulu, waktu masih kecil. Setelah sampai di Jakarta lagi mah kagak pernah ikutan merayakan Halloween πŸ˜† Palingan hanya ikut “menikmati” efeknya saja, seperti menonton siaran marathon film-film horror legendaris yang biasa ditayangkan di TV-kabel saat malam halloween. Pilem-pilemnya juga horror jadul kayak Nosferatu, The Omen, Nightmare on Elm Street, sampai The Exorcist-nya Linda Blair (yang ini gue nggak berani nonton sampai habis). Kadang sampe dibela-belain begadang demi nonton tayangan marathon film-horror tersebut… dan nontonnya sendirian. Memang, ini kebiasaan yang agak kurang waras untuk anak usia SMP, i admit it. Akibatnya, nggak jarang 3-4 hari sesudahnya gue masih merinding-disko saat teringat akan adegan-horror di film tersebut (plus, memilih untuk tidur dengan lampu menyala terang) πŸ˜†

Kalau bicara tentang tingkat kengerian-nya, nggak ada yang bisa ngalahin film-film horror Asia lah πŸ˜† Benar-benar sakit jiwa tu yang bikin pilem horror Asia. Tapiii… pengecualian untuk pilem yang malam Halloween kemarin gue tonton bersama Baim : Paranormal Activity. Di malam Halloween kemarin, kami sok-sok’an berencana memakai kostum; kostum apapun yang bisa dibuat dari kain-kain dirumah. Buat lucu-lucuan aja sih πŸ˜› Abis itu, lanjut berduaan nonton pilem horror sambil menikmati jus strawberry (yang entah kenapa, setelah beberapa jam didiamkan didalam kulkas, warna jus-nya jadi merah pekat πŸ˜† ). Dari sekian banyak pilem horror yang diseleksi, akhirnya pilihanpun jatuh ke pilem Paranormal Activity.

Awalnya sebelum nonton, gue kira ini pilem nggak ada serem-seremnya. Palingan mentok di rating “lumayan serem”, karena menurut gue horror-nya bule tidak sakit-jiwa kayak horrornya Asia. Tapi begitu nonton…

Beuuuh… ini pilem harusnya dapet rating “SSAGNUN” (= Sumpah Serem Abis, Gue Nyesel Udah Nonton) πŸ˜†

Gue nggak tahu apa yang paling bikin seram; apakah itu karena setting pilemnya, atau pengambilan gambarnya model “shaky -cam” kayak The Blair Witch Project & Quarantine, atau jalan ceritanya. Tapi… serius, film-nya sakit jiwa.

Dan dalam 2 hari ini, bayangan adegan-adegan horrornya sukses bikin gue stress pas lagi sendirian di rumah.

Huufff. Sepertinya kostum yang kami kenakan di malam itu jadi sangat cocok & sesuai dengan kegiatan nonton-pilem-horror yang kami lakukan…

villa_villa
Duet Ninja-Cap Gajah Duduk, a.k.a Duet tukang-sewain-Villa : "Pilla, A'... Pilla, Neng. Pilla, pilla, pilla..."

Sarungnya lumayan berguna lho : begitu adegan horror-nya mulai “sakit-jiwa”, sarungnya bisa langsung dipake’ buat nutupin mata…

πŸ˜†

P.S : Bagi yang penasaran sama pilem Paranormal Activity, silakan cari infonya sendiri di imdb.com atau wikipedia… atau silakan nonton, tapi mendingan nontonnya rame-rame πŸ˜‰