Setelah dua minggu yang lalu makan rendang disini… penyakit sakaw gue kumat : GUE PENGEN MAKAN RENDANG LAGIIII… ! 😛 Tapi kalo harus ke kota dulu untuk makan rendang, kok ya kejauhan aja. So, akhirnya gue memutuskan untuk mencoba sesuatu yang agak “radikal” (halah) : masak rendang sendiri. Hahahaaa… dengan tools seadanya & skill memasak yang masih super-kacrut begini, kok ya nekad aja gue mau masak rendang 😛 Tapi mau gimana lagi, daripada kehabisan air liur saking keseringannya ngeces pas ngebayangin rendang, mending gue nyemplung langsung belajar & merasakan sendiri pengalaman membuat rendang 😉
Biasanya, dalam setahun rendang ini dimasak sesekali aja oleh keluarga gue; seringnya sih pas Lebaran. Gue paling terkenang-kenang oleh rendang buatan Nek Ibu (yang sekarang, biasanya tante Ita masak pas lebaran). Itu rendangnya, yah… bumbunya bisa sampe kering berminyak & super-duper-GURIIIH & dimasak bersama kacang merah. Karena proses pemasakan yang sangat-lama, kacang merahnya jadi empuuuk kayak daging & bumbunya meresap sampai ke dalam… *bentar ya, gue ngapus iler dulu* 😀 Begitu pula dengan rendang buatan nyokap yang empuuuk banget & sooo juicy… itu serat-dagingnya kok bisa sampe remah dan citarasanya begitu “tebel” oleh bumbu…? =P~ Pokoknya, lebaran tidaklah lengkap tanpa mencicipi kedua rendang yang BEST itu. Makanya, pas tahun lalu berlebaran disini, gue sempat sedih juga karena nggak bisa mencicipi kelezatan rendangnya Ibu & rendangnya tante Ita, huhuhuuu… Kebayang dong gimana sakaw-rendang gue nggak tambah parah, cobaa ??? (T_T)
Begitupula dengan Baim, sama aja ngiler-ngilernya kayak gue karena saking pengennya sama rendang. Ah suamiku, kasihan sekali dirimu sampai ngiler begitu… 😛 Sehari sebelum bikin rendang, gue bertanya ke Baim : “Sayang, kamu mau nggak kalo aku masakin rendang ?”. Baim pun segera menjawab : “MAUUUUU !!!! AKu mauuuu !”
“Tapi, aku gak jamin rasanya bakal seenak buatan ibu atau mama, sih…”
“PASTI ENAK !! Aku mauuu…!”
“Sippp deh !! Tapi,“ lanjut gue, “…ada syaratnya.”
“Apa syaratnya ? Nemenin kamu belanja ? Beres, aku temenin besok pagi !!”
“Nggak cuma ituuuu…”
“Apa lagi ??” tanyanya nggak sabar
“Kamu harus mau ikutan bantuin masak 😀 Minimal ntar bantuin aku pas ngaduk rendangnya…”
“BERES !!”
Hohoho… let’s see nanti pas udah mulai masak 😉
Singkat kata-singkat cerita, Minggu pagi kemaren gue niatin untuk masak rendang. Harus jadi masak rendang ! 😀 Pagi-pagi belanja ke Tesco, biar dapet daging & bumbu-bumbu yang seger. Jam 10 pulang, trus gue siapin bumbu-bumbunya sambil nelpon ayah & mendengarkan instruksi-menyiapkan-bumbu yang ayah ajarin lewat telepon 😛 (sayang, ibu lagi kena flu & harus banyak2 istirahat). Jam 11, barulah start memasak 😀
Bahan :
* 900 g daging sapi (has dalam, pake yang gak ada urat & lemaknya), cuci bersih dengan air matang, potong-potong
* 150 g kacang merah, rendam semalaman dalam air matang
* 2 liter santan dari kelapa segar (bisa diganti dengan 2 kotak santan K*r* yang diencerkan sampai 2 liter; it also works best)
* 300 ml air matang, untuk bantu menghaluskan bumbu
* 1 sdm asam jawa, larutkan dalam 4-5 sdm air hangat
Bumbu yang dihaluskan :
* 4 butir kemiri, sangrai
* 2 sdm ketumbar, sangrai
* 1 sdt jinten, sangrai
* 150 gr cabe merah giling (atau pakai sekitar 30 buah cabe merah)
* 100 gr bawang merah (atau pakai sekitar 25-30 butir)
* 50 gr bawang putih (atau pakai sekitar 10-15 butir)
* 2 ruas jari jahe segar (sebesar jempol tangan), geprek & potong
* 2 ruas jari kunyit segar (atau pakai 2 sdt kunyit bubuk, sama enaknya kok… ), potong”
* 3 ruas jari lengkuas segar, geprek & potong
Bumbu cemplungan :
* 2 butir anise star/bunga lawang/buah-pekak
* 1 batang kayumanis
* 1 batang serai, memarkan bagian pangkalnya, lalu ikat-simpul
* 1 lembar daun kunyit, sobek-sobek & ikat-simpul
* 4 lembar daun jeruk, diremas dikit sebelum dicemplungin
* 3 lembar daun salam
* 1 ruas lengkuas, geprakkk!
* 1 ruas jahe, geprakk !
* sedikit parutan biji pala
* 3 sdm gula jawa (brown sugar)
* garam-gula pasir, ditambahkan secukupnya sesuai selera
Cara bikinnya :
1. Haluskan jinten, kemiri & ketumbar sampai jadi bubuk berminyak (minyak dari kemiri-nya).
2. Dalam blender yang sama, haluskan bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas & bubuk kunyit. Tambahkan 1 sdt garam. Blender sambil ditambahkan air dikit-dikit
3. Haluskan cabe merah, sisa air & garam secukupnya sampai… well, halus 😛
4. Dengan api sedang, tumis bumbu halus dan cabe giling sampai harum. Tambahkan daging, air asam, garam secukupnya, serai, daun kunyit, daun salam, daun jeruk & geprekan jahe-lengkuas. Masak sambil diaduk sampai daging berubah warna. Kemudian, masukkan gula jawa, kacang merah & bubuk parutan biji pala. Aduk.
5. Secara bertahap tuangkan 500 ml santan, aduk sampai airnya agak berkurang. Tuang lagi 500 ml santan, aduk lagi … dst., sampai santan yang dituang habis. Atau… tuang santan, aduk merata, tutup & aduk sesekali aja sampai kuahnya keliatan mengental.
6. Kecilkan api setelah santan mengental & minyak kemerahan mulai keluar. Saat ini, aroma wangi rendang mulai tercium. Aduk rendang dengan gerakan “mendongkel” dari bawah/dasar wajan supaya dagingnya nggak ketekan & hancur. Awas, hati-hati kecipratan bumbu panas saat “mendongkel”. Cicipi rasanya, boleh ditambahkan garam/gula pasir bila rasanya belum pas.
7. Teruskan memasak; Aduk teruuuus, pantang munduuuurrr… sampai kuah rendangnya mulai terlihat bergumpal-gumpal & warnanya coklat tua, dengan minyak bumbu kemerah-merahan. Semakin tua warna kuahnya, maka kuahnya harus makin sering diaduk supaya nggak gosong. Aduk terusss… sampai kuahnya menyusut & semakin membentuk gumpalan bumbu-bumbu dedak.
8. Kata bokap siy, kalau ingin mendapatkan hasil rendang yang agak kering dengan bumbu dedak kehitam-hitaman, aduk teruuuuuus lagi di atas api kecil… sekitar 1-2 jam lagi lah. Ngaduknya juga hati-hati, jangan sampai dagingnya hancur.
9. Kalo capek ngaduknya : matikan api, diamkan si rendang sampai agak menghangat, lalu tutup. Istirahat duluuu… “Ritual” mengaduk rendangnya bisa diteruskan besok, atau beberapa jam lagi (kalau masih kuat ngaduk, ya… 😛 ). Kenyataannya, gue cuma kuat sampe langkah-nomor-8 aja, wakakakakk 😀 Lanjut ngaduk 2 jam lagi ? AMpun, dijeeee… aye kagak kuwaaat ! 😀
Penyajian : Makan rendang bersama nasi putih hangat, ditemani tumis sayuran, atau sop sayur, atau lalapan ketimun-daun singkong rebus & sambal cabe ijo, atau… ah, kayaknya pake padanan sayur apapun enak deh 😛
TIPS :
– Di supermarket, gue beli daging has dalam yang udah dipotong-potong… tapi kalau mau hasil rendang yang ukurannya sebesar rendang di restoran padang, beli aja daging yang belum dipotong trus minta potongin/potong sendiri agak besar (potongnya melintangi arah serat). Size potongan dagingnya akan mengecil sampai… well, let’s say 30-40% lah setelah dimasak jadi rendang 😛 kalau dagingnya ternyata dapat yang berurat, coba dipukul-pukul dulu agar melunak… atau dipresto sebentar sebelum dimasak
– Kalau suka pedas, pakailah cabe keriting… Dijamin “nendang” sampe ke ubun-ubun 😛 Berhubung disini nggak ada cabe keriting (kalo pun ada = MAHAL!), akhirnya gue pakai pasta (gilingan) cabe yang udah dicampur dengan garam & cuka. Jadi, nggak usah pakai asam jawa lagi. Cuma yah… kurang pedas gitu deh, hehe (…dasar lidah sumatra 😛 ). Untuk menyiasatinya, gue blender 6 dried-chili + 4 cabe rawit (chilipadi) + air sedikiiit… trus gue campurin deh sama chili paste.
– Sehubungan dengan pemakaian chili-paste diatas : kalau ternyata pakai chilipaste (bukannya menggiling cabe merah utuh), jumlah air buat nge-blender bumbu bisa dikurangi lah
– Ketumbar, jintan & kemiri akan lebih mudah diblender kalau sebelumnya disangrai dulu di atas api kecil. Selain itu, aroma harumnya juga lebih keluar. Sangrai sebentar aja, tunggu sampai agak dingin, lalu haluskan dengan blender sebelum menghaluskan bawang-dkk.
– Bisa dicoba juga : sebelum dimasak, rendam daging dalam bumbu-halus paling sedikit 1 jam
-Untuk aroma rendang yang agak “sweet”, tambahkan 1 batang kayu manis lagi. Kalau ingin rasa rendang yang lebih “garang” (a-pa-kah…??), tambahkan sebutir-dua butir anise star.
– Kunci keberhasilan membuat rendang : sabar, tekun & telaten 😀 BO’, masaknya kudu sampe 4-5 jam supaya rendangnya bisa matang kayak yang di foto ituh… Itupun dedak bumbunya baru berwarna kecoklatan, belom sampai jadi agak kehitaman (untuk sampai di tahap itu, it takes few additional hours lah 😛 )
– Daripada masak sendirian, enakan masak rendang barengan (bersama2); soalnya, kalo barengan kan bisa gantian giliran-shift mengaduk rendang 😛 Janjian sama temen-temen, belanja bersama, trus masaknya keroyokan… tangan pun nggak pegel-pegel karena sendirian mengaduk selama berjam-jam 😛 Seperti yang biasa dilakukan di rumah ortu saat masak rendang untuk hidangan lebaran : semua anggota keluarga (kecuali Kuri & Kuro) ikut kebagian jatah mengaduk rendang 😀 Capek-lelahnya bersama-sama, menikmati rendang-nya pun bersama-sama 😀
Berikut adalah hasil dari 5 jam memasak rendang (not to mention hasil lainnya adalah Baim jadi trauma bantuin gue ngaduk rendang 😛 ) :
…et voila 😀
Baru bisa jadi segini aja… Gue belum bisa jadi rendang yang hitam-berminyak-nan-gurih itu 😛 Untuk bisa bikin rendang kering yang mantappp itu, masih jauuuuh-lah skill gue bila dibandingkan dengan nyokap & tante Ita 😛 I guess, ini mungkin juga karena gue nggak kuat untuk mengaduk rendang lebih lama lagi, yaa… Pegel, BO’ ! Kemaren aja tuh ngaduknya udah ganti-gantian sama Baim, pake seret-kursi segala pula supaya bisa ngaduk sambil duduk 😛 Tapi seperti yang Arthur bilang : “you always could try to cook it again…practice makes perfect…right?” 😀 Demi mengasah skill, insyaAllah gue nggak bakal kapok untuk bikin rendang lagi… Tapi, nggak tahu juga ya kalau menurut Baim bagaimana… Baim, kamu masih mau ngebantuin aku ngaduk rendang lagi kan, sayang…?? 😛
Jam 5 sore, barulah rendangnya mateng (meskipun nggak sampai kering). Setelah matang, semua rendang gue pindahkan ke wadah panci stainless. Gue simpan di kulkas & diambil hanya kalau mau makan pake nasi. Untuk menghangatkannya, gue cukup menaruhnya didalam rice cooker bersamaan dengan saat gue membuat/menghangatkan nasi 😉 Diatas semuanya, yang paliiiing bikin senang adalah komentarnya Baim : “Enak, sayang… enak banget !! Serasa makan di Sederhana… but this one is waaay much better 😀 “. Ya iya-lah better, lha wong kamu bisa makan sepanci rendang itu, sepuas-puasnya 😛
Yo wis, saya mau ngemil rendang dulu yaaa… supaya “sakaw-rendang”nya cepat sembuh 😀 Selamat makan, semuanya… Rendang, here i come…!
😉
2 Comments
aca
haha.. waaahhhhh.. slurppsss.. nampak enakkk!!! tapi 5 jammm??? ngakk bisa tunggu 🙁
Wiwi
Luuuuuuuuuuuvvvvvvvvvvvv ur blog!!!
Thx for sharing all those yummy recipes!! (Tp kl rendang, kl ga’ terpaksa banget, kyny ga’ deh. Pdhl ada yg doyan banget neh ama rendang. Ooohhh… tidaaaak!!)