Diantara semua makanan masa-kecil gue, Ada dua makanan yang SELALU bikin gue “nagih” saat melahapnya (sampai sekarang) : Gadon buatan Eyang Ti, dan Rendang buatan Nek Ibu & Tante Ita.

Alamaaaaak, itu dua makanan yah… kalo dimakan, rasanya gue bisa langsung bahagiaaaaaaa tak terkira πŸ˜€ Men, rasanya gak cuma lezat, tapi nostalgic. Seandainya gue hidup di dunia sihir dan gue harus mempelajari mantra Patronus, maka salahsatu ingatan tergembira yang akan gue bayangkan-ulang adalah saat-saat dimana gue melahap Gadon & Rendang ini dengan beribu perasaan sukacita yang membuncah didalam hatikuu… *lebay*

Recently, masakan Gadon memang udah sulit ditemukan di rumah-rumah makan di Jakarta; Resto Solo di Bogor yang menjual hidangan khas Jawa pun nggak menjualnya. Bahkan sepanjang pengetahuan gue, sudah jarang pula ada yang bisa membuatnya (padahal mudah lho memasaknya). Sementara Rendang… hmmm, di semua restoran Padang pasti ada dijual, makanan wajib ituh πŸ˜€ Tapi bagi lidah gue, memang nggak ada yang mengalahkan kelezatan Rendang buatan Nek Ibu. Beberapa tahun belakangan (…kecuali lebaran tahun lalu, HIKS-HIKS), gue hanya bisa menikmati Rendang a la Nek Ibu ini pas Lebaran ajah; dimana tiap kali Lebaran, Tante Ita (yang mewarisi ilmu rahasia pembuatan Rendang a la Nek Ibu) pasti membuat sepinggan besar Rendang kering berminyak gurih yang warnanya kehitaman & dimasak bersama kacang merah empuk yang pekat menyerap rasa bumbu rendangnya. Oh God… kelezatannya benar-benar tak terdefinisikan. Hampir setiap acara kumpul-kumpul Lebaran, selama seharian biasanya gue akan mencemili daging & bumbu rendang tersebut bersama kerupuk udang πŸ˜€

Itu saat gue masih di Jakarta. Kalaupun bukan saat lebaran, selama di Jakarta gue masih bisa memuaskan “kegilaan” gue akan makan rendang di restoran Padang terdekat. Benhil gitu loh… ada 3 restoran padang yang bisa gue sambangi dengan mudahnya untuk membeli seporsi nasi padang dengan lauk sepotong Rendang sapi dalam kuah bumbu yang rich dan… Aaaaaarrrrgggghhh, aku tidak bisa berhenti untuk nggak ngiler saat membayangkan rendang tersebut πŸ˜›

Tapi begitu pindah ke Penang…. gue sukses sakaw. Sakaw akan kelezatan Rendang, yang mampu menimbulkan a sort of frenziness saat lidah ini mencicipi bumbunya saja. BO’, disini susah deh yaaa mencari rendang yang rasanya benar-benar “indonesiawi” πŸ™ Biar dikata kalo Nasi Kandar itu enak, as an Indonesian, voting gue tetap jatuh pada Nasi Padang πŸ˜€

Sebenarnya di Georgetown sini ada dua restoran Padang (cuma dua) yang terkenal. Banyak teman (dan bahkan Baim) yang sudah pernah makan di Restoran Padang International di Argyll Road. Tapi mendengar testimonial Baim kalau rasa hidangan Restoran Padang International itu nggak terlalu “nendang”, maka pilihan gue jatuh ke resto lainnya : Restoran Padang Pusako, dekat Chowrasta Market.

Legenda akan kelezatan makanan di resto Pusako ini hanya beredar dari mulut ke mulut saja di kalangan sesama pelajar & warga Indonesia di Penang. Coba cari di Google, believe me, hasil pencarian akan resto yang menjual nasi padang di Penang ini hanya akan mentok di resto International itu saja. I did that, waktu pengen cari tahu tentang si resto Pusako ini; makanya gue FRUSTASI sekali & semakin pengen untuk mencicipi kelezatan nasi padang Pusako itu. Gue bahkan pernah sampe sensi waktu mendengar seorang teman yang bercerita tentang kelezatan Rendang yang dia makan di Resto Pusako tersebut. Cerita kok provokatif gitu… mbok ya tho sekalian gue diajak makan kesana gituh ?? πŸ˜›

Setelah tertunda sekian waktu lamanya… akhirnya, gue & Baim kesampaian makan2 di Pusako. It happened last week, di Minggu siang yang cerah. Waktu itu, gue & Baim lagi asyik leyeh2 di kamar (seperti biasa). Di tengah acara malas-malasan tersebut, tiba2 Puspa & Maulana (pasangan muda sesama pelajar Indonesia di skool USM) nelepon & ngajak kami buat makan siang di resto Pusako tersebut. Mata gue langsung melek & menyuruh Baim untuk segera mengiyakan ajakan Puspa & MaulanaΒ  πŸ˜€ Sejam kemudian, gue & Baim sampe di kampus & berangkat bareng Puspa & Maulana naik bus ke Georgetown.

Kata Maulana, resto Pusako ini letaknya dekat dengan Chowrasta Market di Penang Road, nyempil didalam sebuah jalan kecil yang tepat bersebelahan dengan pasar terbesar se-Penang tersebut (… is it on Lebuh Tamil ?). Untuk mencapai Chowrasta Market, kami naik bus ke Komtar. Dari Komtar, kami jalan kaki menuju sebuah jembatan penyebrangan berkanopi, yang letaknya di salah satu sudut pertokoan gedung Komtar (dekat Prangin Mall). Disitu kami menyebrang untuk sampai di ujung Penang Road.

dsc08180
Wajah-wajah gembira nan optimis, yang siap menggasak RENDANG (^^)

Dari ujung Penang Road ini, kami jalan kaki lagi… sampai bertemu dengan bangunan pasar Chowrasta yang berupa gedung berwarna terakota. Tepat sebelum gedung pasar Chowrasta, ada sebuah jalan kecil yang agak mblasuk-mblasuk. Nah, kami masuk berjalan kesini. Nggak sampai 100 meter dari mulut jalan, tepat di samping sebuah butchery, akhirnya sampailah kami…

dsc08189

… diΒ  Restoran Pusako Nasi Padang πŸ˜€

Waktu kami sampai disana, jam sudah menunjukkan pukul setengah-dua siang. Whuiiii, langsung deh kami ngantri buat ngambil lauk. Namun pas lihat ke wadah display makanannya, walaaaah… BANYAK LAUK YANG UDAH HABIS ??? Yang tersisa tinggal bebrapa potong ayam goreng, perkedel kentang, sisa sambal balado dendeng, sayur gulai kacangpanjang & kerupuk emping. Giling. Sambil memegang piring masing-masing buat ngantri ambil nasi, dengan tatapan horror kami mendengar penjelasan sang Uda pemilik resto yang bilang kalau resto-nya buka jam 11 siang, tapi menjelang tengah hari, lauknya sukses tinggal beberapa remah aja, huhuhuuu.. Kemudian Maulana langsung bertanya “Uda, Rendang-nya masih ada kan…?”

Sang Uda menjawab : “Bentar ya, saya lihat ke dapur dulu. Sepertinya sih masih ada…”

Setelah bekali-kali dalam hati merapal doa ‘Ya-Allah-semoga-rendangnya-masih-ada‘, sang Uda pun keluar dengan membawa sebuah piring lauk berisi… tumpukan lauk Rendang, ditimbun dalam kuah bumbunya yang tebal !

YESSS !!!

AKHIRNYA, Rendang !!!

Langsung SERBUUUU…!! πŸ˜€

dsc08184
Puspa & Maulana; lebar beneeerrr itu senyumnyaa... karena udah ketemu rendang ya ? (^^)

nasipadangpusako

Sorry, gue gak sempat memfoto muka sumringah gue & Baim di hadapan nasi padang kami masing-masing… soalnya udah keburu LAPER πŸ˜€

Tidak seperti saat melahap nasi padang umumnya di Indonesia, siang itu kami tidak menikmati nasi padang bersama hidangan pelengkap khas-nya berupa daun singkong rebus, gulai nangka, sambalado & sambal ijo. Tapi, yang penting : makan-nya PAKE’ LAUK RENDANG πŸ˜€ Ooooh, I was sooo happy that i could cry… πŸ˜€

Sebenarnya, tadinya gue mau beli beberapa potong rendang untuk dibawa pulang sebagai lauk makan malam… maklum, biar sakaw akan rendang-nya sembuh πŸ˜‰ Namun pas lihat kalau di belakang gue ada beberapa orang yang dengan muka geram ikut ngantri buat ngambil lauk rendang , akhirnya gue gak jadi beli buat dibawa pulang *ihiksss-ihiksss* Daripada jadi beli sekantong trus digetok pake centong nasi, hayo ??? πŸ˜›

Acara makan-siang kali itu benar-benar perfect; ditemani sebungkus emping goreng & segelas Limau-Ais, gue menikmati setiap kunyahan daging rendang yang dimakan & frenziness yang timbul saat mencecapi rasa bumbu rendangnya di lidah. Hiiiiih, bikin bergidik dah !!

dsc08185

Lihatlah sendiri penampilan rendang-nya di atas, dengan serat daging yang remah & empuk, karena banyak sekali menyerap bumbu-bumbu setelah lama dimasak πŸ˜€ Rendang yang gue makan di Pusako itu memang bukan rendang kering yang nyaris-hitam-berbumbu-pekat sebagaimana rendang a la Nek Ibu… tapi berupa rendang basah yang kuahnya cokelat tua kemerahan, khas rendang-rendang restoran Padang di Indonesia πŸ˜€ Hadoh, hadoh, hadooooh… Baim aja nggak henti-hentinya ngegrecokin gue minta cicip rendang selama gue menikmati rendang gue. Beneran dah, Jadi pengen lagi makan rendang di Pusako lagiii !

dsc08186
…sisa-sisa keganasan melahap RENDANG : Bersih-Licin sampai bumbu-bumbunya dikoretin !

Akhirnya… di tengah belantara kotatua Georgetown, gue menemukan pusaka-kuliner-negara-tercinta berupa Rendang nan lezzzat, yang rasanya sangat-teramat “Indonesiawi”. Bagi yang lagi di Penang & ngebet pengen makan Nasi Padang, jangan lupa, nama resto-nya : Restoran PUSAKO Nasi Padang !! πŸ˜€ Dijamin nagih dah kalo makan disini πŸ˜€

Baidewei, tapi kok… gue merasa sakaw-nya belum sembuh ya ?

Baim sayaaaaang, ayo kita ke Pusako lagiii… Kita makan rendang disana lagi yuuk ???!

πŸ˜€