(peringatan : post-nya panjang lho πŸ˜› )

img_9200…Kenduri ini bukan berarti kepulangan gue & Baim kemarin dirayakan dengan acara kenduri yaa πŸ˜› Ini berhubungan dengan pernikahan kami, delapan bulan yang lalu… (tepatnya delapan bulan & sembilan hari yang lalu πŸ˜‰ )

Kami keburu pergi ke Penang sebelum bisa menikmati keseluruhan hasil dokumentasi pernikahan kami. Saat ibu-ayah dengan excitednya cerita lewat telepon kalau beliau2 sedang buka-buka album foto atau nonton video pernikahan kami, kami (tepatnya gue) cuma bisa ketawa-ketawa asem ajah πŸ˜› Begitu pulang ke Jakarta… langsung deh gue puas-puasin mematuti semua isi album pernikahan πŸ˜€ Sampai-sampai Baim komentar: “Lho, bukannya udah puas ya ngeliatin foto-foto yang di CD…?”

Pembelaan gue : “Sayang, yang di CD itu kan foto-mentahnya… Kalo yang udah di album ini, baru yang mateng-nya…!?”

Berhubung udah ngomongin tentang nikahan, sekalian review aja yaaa… (hwahahahaa… telat banget. Tapi gpp, biar lambat asal selamat (???)). Toh siapa tahu, infonya bisa membantu pasangan2 yang lagi sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka πŸ˜‰

******

Sebagai panduan aja, kebutuhan-kebutuhan paling penting (yang sebaiknya diprioritaskan penyiapannya) untuk pernikahan adalah : mas kawin, catering, venue & dekorasinya, dokumentasi, undangan, suvenirΒ  & rias-busana pengantin. Printilan-printilan lainnya kayak corsage-panitia, seragam panitia & among tamu, hiasan seserahan atau foto pre-wed… itu bisa menyusul. Bukannya berarti tidak penting (…karena urgensi tiap-tiap orang kan berbeda), tapi ada baiknya untuk mendahulukan persiapan kebutuhan yang terpenting πŸ™‚ Kalau ada kebutuhan lain yang hendak diambil, ya harus dihitung & dibuat penyesuaiannya juga ke dalam budget. So, sebagai langkah awal :Β  Buatlah skala prioritas terhadap semua kebutuhan dalam persiapan pernikahan; ini sangat membantu untuk memilah kebutuhan penyelenggaraan pernikahan, sesuai dengan urgensinya.

Sejak lamaran di bukan Desember 2008 sampai ke pernikahan di bulan Agustus 2009, persiapan pernikahan kami hanya dilakukan dalam waktu 6 bulan saja (setelah dipotong urusan kerja, resignation, sekolah, etc, etc). Setelah membuat skala prioritas, tuangkan prioritas2 tersebut dalam bentuk poin-poin Things-To-Do-List yang ringkas, dibagi sesuai jangka waktunya persiapannya (mengikuti countdown menuju hari pernikahan).Β  Bagi para calon manten : jangan pesimis dulu kalau ternyata harus menyiapkan pernikahan hanya dalam hitungan bulan. Jangan jiper juga saat membaca bonus buklet list persiapan pernikahan (biasanya disertakan sebagai sisipan dalam majalah pernikahan) yang mencantumkan minimal waktu 12 bulan untuk menyiapkan pernikahan. Buklet tersebut kebanyakan memuat hal-hal yang belum tentu menjadi prioritas dalam persiapan pernikahan, sehingga membutuhkan banyak “pemangkasan”. Here’s the fact : Selama bisa membuat skala prioritas & dibuat list-nya, persiapan pernikahan dalam hitungan 6 bulan-pun pasti bisa dilakukan πŸ˜‰ Gue memakai list Things-To-Do yang ‘dicontek’ dari situs ini; tuns out, ternyata sangat-sangat membantu untuk memetakan semua kebutuhan dalam persiapan pernikahan kami dalam waktu 6 bulan tersebut πŸ˜‰

Bicara tentang budget, suka nggak suka, budget adalah sesuatu yang super-duper penting. Semua penyesuaian, ntar lari-larinya ke budget juga. Kalau hitungan kasarnya sih, dari 100% budget yang tersedia untuk acara pernikahan, 60-70 % akan lari ke catering-venue & dekorasi… 40% – 30% sisanya silakan dibagi-bagi sesuai proporsinya untuk undangan, dokumentasi, rias & busana, suvenir, dan kebutuhan2 lainnya.

Oia, mau share juga tentang tips membuat prioritas list-undangan. Karena acara pernikahan kami ini adalah acara besarnya orangtua juga… mau nggak mau kami pun harus membuat prioritas list-undangan. Pertama : kami bikin list tamu yang hendak diundang; tuliskan saja dulu semuanya. Setelah itu, list tersebut kami sortir dengan tes-satu-tahun : tanyakan pada diri sendiri, pernahkah & akankah saya bertemu, menelepon, berkirim SMS atau email dengan kolega/teman saya ini dalam setahun ? Karena jika jawabannya tidak, yah tidak perlu resah untuk mengeluarkannya dari daftar undangan. Awalnya memang agak-agak nggak enak hati sih saat melakukan ini… tapi mengatur prioritas list-undangan ini perlu juga, karena hasilnya juga akan mempengaruhi besarnya budget acara pernikahan. Untuk prioritizing atauΒ  downsizing-nya… jangan kuatir, ini bisa fleksibel dilakukan selama 6-4 bulan sebelum acara pernikahan πŸ™‚

******

Gedung & Tema Acara : Sesuai runutannya, ritual acara pernikahan kami dimulai dengan acara siraman & pengajian pada tanggal 6 Agustus 2008. Tanggal 7 Agustus-nya kosong. Akad nikah & resepsi dilangsungkan pada tanggal 8 Agustus 2008. Sengaja diberi jeda kosong sehari agar ada waktu untuk istirahat sebelum hari H πŸ˜‰

Untuk adat yang digunakan… hwalah, ini dia nih yang bikin bingung πŸ˜› Gue & Baim udah ber-adat-campur-campur : gue terlahir dengan darah jawa-(sedikiiiit)cina-aceh-betawi-arab, Baim sendiri jawa-arab-sunda. Benar2 special breed-lah πŸ˜› Akhirnya jalan tengah-pun diambil : untuk akad nggak usah pakai prosesi adat, sementara untuk resepsinya pakai adat betawi aja… karena adat betawi masih kental dengan nuansa arab, hehe πŸ˜› Upacara Siraman sendiri hanya dilakukan di pihak keluarga gue, menggunakan adat jawa.

dsc05319
halaman belakang rumah disulap jadi tempat acara siraman, hasil rancangan oom Seno πŸ™‚
dsc09914
...ibuku cantiiiik sekali, even saat "jualan-dawet" πŸ˜›

Acara akad nikah & resepsi dilangsungkan di tempat yang sama : Wisma Saco – HC (Jl. H. Saco No.8, Ragunan. Infonya banyak di google, hehe). Akad nikah dilangsungkan di ruang gallery sementara resepsinya menggunakan ruang ballroom &Β  area poolside.

denah-lokasi1

Saat pertama kali survey kesana, Alhamdulillah… kondisi gedungnya cantiiik & bersih. Dekorasi asalnya memang sudah bagus; kak Putri yang jadi contact-person (CP) Wisma Saco ini memang melarang keras para petugas vendor dekorasi untuk memaku dinding2 agar kondisi gedungnya terjaga baik & nggak bocel-bocel. Di Wisma Saco juga disediakan dua kamar ber-AC untuk tempat rias-nya manten & para keluarga untuk beristirahat. Toiletnya bersih, letaknya tepat disamping ruangan ballroom & didalam ruang gallery. Untuk area parkir, bisa kerjasama dengan area parkir KebunBinatang Ragunan. Biasanya Wisma Saco ini digunakan untuk pesta bertema outdoor, seperti garden-party & poolside-party; namun kalau ingin menggunakan konsep indoor party menggunakan ballroom-nya saja juga bisa. Setelah kami melihat sendiri warna dekorasi gedungnya, kami sepakat untuk menggunakan tema warna biru-lavender-perak di acara akad nikah; sementara untuk resepsinya mengambil tema warna emas, cokelat, krem & hijau.

Catering : Nyari vendor untuk pernikahan memang butuh chemistry, cocok-cocokan… terutama untuk urusan catering. Alhamdulillah selama persiapan pernikahan dulu nggak ada cobaan-halangan yang ribet-ribet, seolah pas butuh, pas ada & pas cocok πŸ˜› Untuk akad nikah, Bunda-nya Baim menyarankan kami untuk pakai Kenanga Catering – Bogor. Pas gue cari infonya, ternyata catering langganannya Istana Bogor πŸ˜€ Kami nurut aja deh, karena reputasi & citarasa makanan Kenanga Catering sudah terbukti mantap πŸ˜‰ Baim juga bilang kalau di acara pernikahannya orang arab tu sajian wajibnya adalah nasi kebuli, marag kambing & acar zalata. Nah… ketiga masakan tersebut adalah salah satu specialty-nya Kenanga Catering. Kemudian Baim juga menyarankan untuk masukin lasagna sebagai side-dish. Yo wis, nurut aja deh sama yang udah berpengalaman πŸ˜‰ Setelah deal, kemudian Tante Agies (ownernya Kenanga) & Amalia (putrinya tante Agies yang jadi CP Kenanga Catering) mengundang kami untuk test-food di headquarter-nya Kenanga Catering di Bogor. Ternyata bener lho… nasi kebuli & marag kambing-nya MANTAP ! Jangan bayangkan nasi kebuli yang machtig beraroma kambing, ini aroma daging kambingnya tipis-banget, pas nge-blend dengan rempah-rempahnya. Dan Lasagna-nya… Ya tuhan, kalau saat itu gue nggak lagi diet demi bisa langsing pakai kebaya, rasanya nggak akan malu-malu buat nambah Lasagna lagi, lagi, lagi, dan lagiiii πŸ˜›

Untuk catering saat resepsi, kak Putri menyarankan untuk pakai catering Diamond yang jadi rekanannya Wisma Saco, “Pelayanannya bagus & rapih, rasa makanannya dijamin enak-enak & porsinya banyak !” begitu promosi kak Putri. Yo wis, udah dapat saran begitu dari expert, gue & ibu menjajal datang ke kantornya Diamond. Ternyata… Diamond ini nggak hanya bergerak di usaha catering aja, tapi juga one-stop wedding service (ada wedding organizer-nya) yang menyediakan paket2 pernikahan. Kami langsung tanya-tanya tentang paket pernikahannya ke Mbak Yani (yang kemudian jadi contact person dari Diamond utk kami & juga merias gue saat resepsi) & ngobrol juga dengan Bu Intan, ownernya Diamond. Kebetulan, waktu itu malah sekaligus test-food dadakan, disuguhi berbagai minuman dessert & kue πŸ˜› Pikir punya pikir… ah, ngapain juga repot-repot cari catering & vendor lainnya kalau ternyata ada wedding organizer yang bagus,Β  cocok dengan kebutuhan kami & juga rekanannya Wisma Saco ? Pun setelah dihitung-hitung, sistem paket pernikahan ini menekan banyak pengeluaran. Kalau ambil vendor dari luar, ntar juga kena biaya extra-charge lagi.

Yang juga jadi pertimbangan gue : selama persiapan pernikahan ini gue masih fulltime kerja & Baim pun nggak berada di Indonesia… kalau semuanya mau diurus sendiri (bahkan disempet-sempetin saat weekend), sepertinya akan keteteran. Daripada pusing hilir-mudik kesana kemari, udah-lah ambil paket pernikahan dari Diamond aja. So, pada pertemuan berikutnya di Diamond, kami ketok-palu memilih paket pernikahan & wedding organizer dari Diamond πŸ˜€

Untuk pilihan & susunan menu makanan saat resepsi, ibu mempercayakannya kepada pertimbangan gue (maklum… terbiasa jadi tester karena doyan-icip-icip-makan πŸ˜† ), dibantu dengan rekomendasi dari mbak Yani. Kami test-food sebulan sebelum hari-H, waktu itu pas Diamond lagi bikin acara juga di Wisma Saco. Dan terbukti pas hari-H, service-nya catering Diamond rapih & sigap ! Alhamdulillah, para tamu pun senang dijamu dengan baik & berkomentar kalau makanannya lezat-lezat (terutama Mie Jawa, Dim Sum, pondokan Nasi Liwet & Ribs steak-nya !). Pilihan & besar porsi menu gubugnya pun pas, begitu juga dengan makanan buffet-nya yang berporsi cukup besar. Buffet-nya nggak pernah terlihat kosong & selalu siap tersedia untuk tamu. Bicara soal porsi gede, cocoklah ini untuk sebagian besar tamu yang datang, yang terdiri atas murid-murid ABG & guru-gurunya yang “pemakan-segala” πŸ˜› Seorang murid yang datang saat resepsi, berkomentar : “Miss, aku kenyang banget lho makan pas resepsinya miss… udah banyak, enak-enak semua ! Mamaku juga bilang begitu, hehee…”. Testimonial lainnya, silahkan dibaca disini πŸ˜‰

img_9838
sajian buffet dari Kenanga Catering
img_9972
dekorasi meja dessert + ice carving dari Diamond catering, dibuat menghadap ke poolside
img_9942
dekorasi meja buffet makanan Diamond catering

Dekorasi Gedung : Semuanya by Diamond πŸ˜‰ Dekorasinya bertema adat betawi-dengan modifikasi (tadinya mau pakai tema betawi-kolonial, tapi kalau kebanyakan pakai styrofoam untuk pilar2nya malah terkesan “artifisial” & nggak seger). Dekorasi gedung ini udah termasuk dalam paket yang diambil; terdiri dari dekor pelaminan, taman kecil, VIP-dinner area, standing flower, meja tamu, kotak angpau, dekorasi buffet & gubuk, bunga meja & ice-carving.Β Alhamdulillah, bisa dapat potongan harga pula karena pakai bunga2an lokal & layout-nya (termasuk dekorasi lobby) kompakan dipakai bersama acara resepsi lain di keesokan harinya πŸ˜‰ Untuk dekorasi adat Betawi ini, permintaan gue ke mbak Yani & Bu Intan hanya satu : “NGGAK MAU pakai hiasan Ondel-Ondel… Soalnya ondel-ondel tu looks creepy, sereeem !!!” πŸ˜›

Kami juga sangat-bersyukur karena untuk akad-nikah diperbolehkan memakai ruangan gallery yang dari-sononya udah berdekorasi “grandeur”; Diamond juga menawarkan diri untuk mempercantik dekorasi ruang gallery dengan menambah hiasan corsage bunga di sepanjang palang-tangga, di sudut-sudut meja akad-nikah & karangan bunga di meja makan para tamu. Banyak tamu yang bilang kalauΒ  setting ruangan gallery untuk akad nikah ini persis kayak setting di adegan akad nikahnya Fahri & Aisyah di film Ayat-Ayat Cinta ! (deuuuu…)

img_9474
Ruang-Gallery untuk prosesi Akad-Nikah
img_9607
turun didampingi Ali & Agam
koridor menuju ballroom
koridor menuju ballroom
img_9909
dekorasi pelaminan adat Betawi + modifikasi
img_9928
dekorasi lobby & meja penerimaan tamu
img_9977
dekorasi di poolside
img_9914
VIP dining-area

Tadinya selain diiringi marawis, untuk arak-arakan penganten gue pengen pake’ tanjidor & petasan renceng juga… kayak nikahan a la betawi jaman dulu ituh, huahahahaaa… Mana adek-adek gue pada “setuju” pula, demi semaraknya acara πŸ˜› Tapi berhubung acara resepsinya tuh malem yaaa, ntar kalo ada tanjidor & petasan malah jadi keramean & mengganggu tetangga πŸ˜› Lagipula uwa’ Ida (sepupunya ayah) yang khatam sama adat-istiadat betawi tu bilang kalau petasan & tanjidor fungsinya hanya sebagai “peramai suasana” aja… buat ngasih tahu kalo “Eh, disini lagi ada yang hajat kenduri !!”. Jadi yah nggak penting2 banget buat dipakai kalau haree-geneh udah ada undangan, umbul2 & e-invitation πŸ˜›

Dokumentasi : Nah… ini dia yang seru & jadi favorit πŸ˜€ Untuk liputan dokumentasi akad nikah, gue kerjasama dengan Mas Wahid Haryadi dari wahidphoto.com. Bisa “ketemu” sama mas Wahid ini setelah gue & Baim sama-sama nyari infonya di internet. Pas lihat hasil-hasil karyanya mas Wahid, langsung deh : “Udah Im, kita sama mas Wahid ajah, yaa !?” πŸ˜€ Kami ambil paket berisi full-liputan foto (tanpa liputan video). Maklum, gue & Baim emang banci-foto πŸ˜› Untuk costumizing paket seperti yang kami minta, mas Wahid pun menyatakan siap & OK-OK aja. Diatas semuanya, memang terbukti hasil album foto-fotonya bagus, rapi, halus, berasa “romantis”-nya & terkesan “mahal” πŸ˜‰ Gilanya, selama dulu menyiapkan pernikahan, gue baru ketemu sama mas Wahid-nya tu pas hari-H πŸ˜› sebelum itu mah cuma “ketemu” via telepon, sms & email. Selebihnya, ketemunya sama mbak Fitri (istrinya mas Wahid) untuk ngurus di bagian perjanjian kerjasama, milih contoh album & style foto.

Pas ketemu di hari-H… ternyata mas Wahid tu orangnya sangat kooperatif, ngebawa pembawaan kita biar santai & nggak tegang, tapi “buas” juga pas mencari angle jepret-foto yang bagus, demi hasil foto yang bagus pula πŸ˜€ Bagi yang lagi nyari fotografer liputan pernikahan maupun untuk foto pre-wedding, buruan kontak mas Wahid !!!

Untuk resepsi, ini udah termasuk dalam paket-pernikahan yang kami ambil; peliputnya adalah QLa-Photography. Sengaja service dokumentasi QLa ini juga kami ambil supaya ada banyak hasil foto, hasil yang satu mem-backup yang lainnya πŸ™‚ Setelah gue komunikasikan alasan tersebut, Alhamdulillah baik mas Wahid maupun QLa nggak keberatan… malah yang ada sepanjang mengabadikan momen-momen dalam jepretan foto, mereka semua saling ngebanyol muluuuu sambil terus jeprat-jepret πŸ˜› bagusnya sih karena suasananya santai, gue & Baim juga jadi ikut santai πŸ™‚

dsc_0323
....seru !!

Oh iya… satu lagi : untuk foto pre-wedding, gue & Baim punya ide kreatif membuat foto-foto pre-wedding unik seperti yang kami ceritakan di tulisan ini πŸ˜‰ Murah, cantik, memorable pula. Selain itu, kami juga meminta mas Wahid untuk memasukkan sekitar 4 foto liputan akad nikah ke dalam susunan foto pre-wedding yang dipasang di koridor. ALhamdulillah, mas Wahid juga bisa mengedit & mencetak hasilnya dg tepat waktu sehingga saat acara resepsi, foto liputan akad-nikah itu sudah dipajang πŸ˜‰

img_9578 img_9316

Ada satu bagian dari acara hari itu yang menurut gue… lebih dari sekedar penghias. Rasanya lebih menyerupai untuk “menghadirkan” kembali orang-orang tersayang, para sesepuh, nenek-kakek tercinta & Mama, yang sudah mendahului kami semua untuk menemui-Nya. Meskipun sebenarnya kami semua tahu… mereka semua turut hadir di hari itu, di hati kami masing-masing πŸ™‚

img_0163

Undangan : Sedari awal, gue & Baim kompakan untuk membuat 2 jenis undangan : kartu undangan (yang akan dikirim snail-mail) & e-invitation. Untuk pembuatan kartu undangannya… nah, ini juga yang jadi salah satu vendor favorit gue πŸ˜€ Atas saran Oom Abdil yang udah malang-melintang di dunia percetakan, gue membuat undangan gue di percetakan Arief Jaya, (Jl.Kampung Melayu Kecil II No.1A, RT/RW 002/010, JKT-12840). Letak percetakannya tepat di sebelah mesjid Istiqomah. Arief Jaya punya banyak pilihan bentuk & jenis undangan. Mau undangan yang pake hiasan decoupage, ada… dilapis beledu faux-suede pun ada πŸ˜‰ Disini, undangan softcover harganya mulai dari Rp 2o00,- & undangan hardcover mulai dari Rp 3000,- (pembuatan undangan sudah termasuk kartu ucapan terimakasih untuk suvenir & plastik pembungkus undangan)

Mengingat fungsinya sebagai pembawa kabar sekaligus pemberi first-impression acara pernikahan yang akan dilangsungkan, maka bentuk, warna & tipe kertas undangan harus dipilih dengan cermat. Kami memilih undangan softcover (hemat kertas) & tanpa memasang foto pre-wed apapun (simple : sayang aja kalau ada fotonya trus undangan tersebut dibuang setelah acara usai; lagipula, nggak-mungkin kan si penerimanya menyimpan undangan tersebut untuk seterusnya?). Biar undangannya nggak terlalu berkesan “biasa”, gue & Baim sepakat mengakalinya dengan “bermain” di pemilihan kertas, font-huruf, design emboss & warna undangan.

Di Arief Jaya ini, gue nggak mau mencomot plek-plekan model tertentu dari contoh undangan yang tersedia. Instead, dari beberapa contoh undangan di percetakan, gue pilih yang menurut gue bagusΒ  & paling irit kertas (dari segi ukuran & model). Lalu gue comot elemen-elemen bagusnya & semua elemen-comotan itu gue preteli & kombinasikan ulang. Setelah fix, gue membuat sebuah “model-dummy” yang seterusnya menjadi contoh-master kartu undangan pernikahan gue & Baim πŸ™‚

Seru juga ternyata, ikut terjun-langsung selama proses pembuatan undangan : mulai dari bikin design undangannya, milih warna + jenis kertas (akhirnya pakai full kertas jasmine), milih bentuk emboss + tinta emboss emas sama Pak Udin (owner percetakan), bikin redaksi isi undangan (ibu-ayah-abah-bunda tinggal tahu beres ajah πŸ˜€ ), memilih font & warna huruf… sampai mantengin si Fandy (stafnya pak Udin) untuk menyempurnakan layout, bikin denah & isi redaksi undangannya biar cepat naik cetak (hehe, makasih banyak ya Fandy… udah rela ditongkrongin nyaris setiap hari demi undangannya perfect & cepet beres). PasΒ  bagian nyetak-nya mah gw nggak ikutan πŸ˜›

Selain penampilan undangan, isi undangan juga krusial untuk di-cek sampai saat-terakhir sebelum undangan naik-cetak; jangan sampai ada yang salah tulis & salah eja. Kami juga mencetak ekstra 50 amplop untuk jaga-jaga, karena sepintar-pintarnya nanti menempel label nama invitee, pasti ada beberapa amplop yang salah-tempel… dengan amplop ekstra ini, tinggal keluarkan undangannya & masukkan ke amplop yang baru. Kartu undangan ini kami khususkan dikirim secara snail-mail untuk koleganya orang tua, sahabat dekat & beberapa orang-orang “spesial”. Kalau untuk para sesepuh & anggota keluarga, disebar aja saat acara rapat-panitia/arisan keluarga πŸ˜‰

Gue akui, dalam hal pembuatan undangan… kita sebagai konsumen-lah yang harus pro-aktif & rajin-rajin mengecek vendor untuk cari tahu progress pembuatan undangan kita. Bukannya nggak percaya sih… tetapi dari pengalaman membuat undangan kemarin, gue baru tahu kalau vendor-pembuat undangan seperti di pasar Tebet sampai ke vendor kelas kakap macam D*c* cards pun ternyata nggak mencetak sendiri undangan yang dipesan klien lewat mereka; balik-baliknya, vendor tersebut mencetak undangannya di percetakan seperti Arief Jaya ini. Mata-rantai pembuatan undangannya pun menjadi panjang. Gue pribadi memilih untuk menyambangi percetakan induknya & langsung memantau progress pembuatan undangannya; capek-capek sedikit, gpp-lah…Β  asal nggak senewen karena pembuatan undangannya mulur-mulur & jadi telat. Tapi pada akhirnya semua kembali lagi ke pilihan masing2 orang ya…Β  πŸ˜‰

Sementara gue menyenangi segala kegiatan menggambar design & cetak-mencetak, Baim handal & gape di bagian membuat e-invitation pernikahan kami. e-invitation kami berupa sebuah wed-site (= wedding-website) yang memuat informasi undangan, peta lokasi, buku-tamu, gallery foto & “sekelumit” cerita tentang pertemuan kami berdua πŸ˜‰ Setelah wed-sitenya rilis, link dari e-invitation ini cukup kami e-mail ke milis teman2 sekolah, teman2 kuliah & teman2 kantor… atau kami kirim via sms πŸ˜› Kalau sekarang pada punya account facebook, bisa juga membuat e-invitation memanfaatkanΒ  fasilitas reminder + RSVP yang disediakan account facebook. E-invitation ini sangat membantu untuk menyebarkan undangan di kalangan teman-teman & beberapa kolega yang mungkin sehari-harinya lebih sering ketemu sama internet di kantor atau BB, daripada ketemu sama orang rumah πŸ˜› (apalagi kalau misalnya teman-teman ini ternyata sudah merantau kemana-mana… paling2 data mereka yangΒ  kita simpan di phonebook HP kita tu nomor HP & alamat e-mail mereka). Kalau berminat bikin wed-site simpel & cantik2,Β  situs ini menyediakan banyak pilihan bentuk wed-site, free πŸ™‚

Oia, Baim juga meminta gue untuk membuat sebuah gambar tentang kami berdua πŸ˜‰ Gambar tersebut kemudian dia pakai untuk mempercantik design wed-site kami…

smaller

Suvenir : Untuk suvenir acara siraman, ibu beli di pasar Klewer – Solo saat perjalanan nyekar keΒ  Klaten (beberapa minggu sebelum acara siraman). Suvenirnya berupa tas tangan batik, diisi handuk bermotif bunga-bunga yang dililitkan di sebuah sabun hias. Sedangkan suvenir untuk acara akad-nikah & resepsi, idenya dapat dari sebuah majalah pengantin luar negeri. Tema suvenirnya : The Gift that Keep on Giving. Lebih jelasnya, silakan baca ceritanya disini πŸ˜‰ Pesannya jauh… ke kota Malang πŸ˜› Tetapi saat diuji, alhamdulillah viabilitas-nya bagus, mencapai 80%. Seusai pernikahan, banyak teman yang ngontak gue untuk minta alamat pemesanan suvenir ini… baik untuk acara pernikahan mereka maupun untuk acara kantor yang bertema “Go Green !” πŸ˜€ Kalau setelah membaca ceritanya para pembaca jadi berminat untuk membuat suvenir semacam ini, silahkan kontak ke pak Chandra [email protected] πŸ˜‰

Untuk wadah suvenir-nya, kami memesan amplop kecil di percetakan Arief-Jaya juga πŸ˜‰ Sebenarnya dengan memesan undangan pun sudah gratis mendapatkan lembaran kartu ucapan terikamasih. Namun, berhubung kartu tersebut nggak akan terpakai untuk suvenir yang sudah kami pesan, maka kami memesan bentuk wadah suvenir baru, berupa amplop kecil. Amplopnya dibuat dari kertas-versi-tipisnya dari kertas undangan kami. Hiasannya hanya sebuah gambar & cetak-embossed untuk mempertegas kesan 3D pada gambar di amplop suvenir tersebut. Selembarnya dibandrol Rp.250,- saja. Yang bikin hiasan gambarnya : gue sendiri πŸ˜‰ Gambarnya biasa-banget kok… cuma yang menyenangkan adalah saat gue membuat gambar tersebut; somehow, bagi gue menggambar adalah salah satu kegiatan “semedi” yang mampu memberi efek penenang (selainΒ  grooming di spa & main arung jeram πŸ˜€ )

depan-nya-copy belakang-copy

Tata Rias/Make Up & Busana : untuk busana pengantin saat resepsi, gue & Baim menggunakan busana adat betawi dengan nuansa warna gading & keemasan. Tata-rias & busana adat betawi ini juga udah termasuk dalam paket wedding organizer dari Diamond. Waktu itu yang mendandani gue untuk acara resepsi adalah mbak Yani – Diamond & para kru-nya, sementara para ibunda tercinta ditangani oleh gurunya mbak Yani (duh, aku lupa namanya siapa :-P). Hasil dandanannya Mbak Yani ciamik banget dah, haluuuuuuuus banget… entah wajah gue dipakein base-makeup sampe dandanannya bisa terasa halus namun adem πŸ˜€

Untuk riasan saat akad-nikah, yang dandanin gw & Ibu itu Mbak Kessy dari Maniez Salon – Bendungan Hilir. Hehe, gue pertama kali didandani sama mbak Kessy tu saat acara lamaran; langsung cocok sama pulasannya mbak Kessy. Mbak Kessy juga berpengalaman mendandani para anchor-woman di TV & memulas make-up untuk pemotretan/syuting. Begitu kena flash kamera, dandanan di wajah ini tampak bagus saat di foto πŸ™‚

Untuk pilihan baju resepsi… gue inget banget waktu datang ke kantor Diamond untuk fitting baju resepsi. Pas lemari koleksi baju-nya dibuka, walhasil pada pandangan pertama gue langsung mangap-melongo. Pilihan bajunya BANYAK banget !!! Bisa terngiler-ngiler deh saking pengen & bingungnya berhadapan dengan sekian banyaknya pilihan πŸ˜› ALhamdulillah akhirnya bisa mendapatkan sepasang baju betawi yang pas untuk gue & Baim. Kebetulan waktu gue ikut paketnya Diamond, bagian butiknya sedang membuat baju adat betawi yang baru, untuk menambah koleksi bajunya πŸ˜‰ Akhirnya kebagian pake baju baru. Gue 3 kali ke Diamond untuk fitting baju,Β  memilih jas-demang hitam untuk Ali-Agam-Ayah-Ahmad-Abah, memilihkan kain sarung betawi untuk Mutia & para ibunda, serta memilih kebaya untuk Mutia & kebaya untuk para keponakan yang jadi penerima tamu. Sempat “rebutan” juga lho, saat harus memilihkan jas-demang untuk para ayahanda & Ali-Agam-Ahmad (berhubung pilihan tanggal pernikahan kami tu “tanggal keramat”). Alhamdulillah, semuanya dapat pilihan yang bagus & ciamik πŸ˜‰ Oia, fitting untuk Baim dilakukan hanya 2 minggu sebelum hari-H, hahaa… soalnya Baim baru pulang 2-minggu menjelang hari pernikahan πŸ˜†

dsc_2410

OK-lah kalau untuk busana resepsi, cukup menyewa saja. Namun untuk kebaya akad-nikah, wajib untuk bikin & jadi hak-milik sendiri πŸ˜† Kebaya akadnya dibuat dari bahan brokat Prancis biru muda, dengan lapisan dalam bahan sifon kationik (gue beli extra semeter untuk di-neci jadi kerudung jilbab). Untuk veil-nya beli bahan lace tulle yang udah ada payet kristal. Semuanya (termasuk bahan kebaya akad & resepsi untuk Ibu & Bunda) beli di TanahAbang (hidup TanahAbang !! πŸ˜€ ); tapi gw lupa apa nama tokonya πŸ˜› Cuma inget jalan menuju tokonya aja, hehee. Untuk kain padanan kebayanya, pakai songket Pandai-Sikek. Sebenarnya, gue ingiiiiin sekali memadukan kebaya akad dengan kain batik peninggalan Eyang Ti… Tapi berhubung ibu udah beliin songket yang baguuus itu, yo wis… nurut aja deh didandanin sama Ibu πŸ˜‰

Oia, gue sengaja memakai bahan brokat Prancis+sulaman benang emas untuk kebaya akad karena nggak mau pakaiΒ  payet. Cukuplah efek glittery di kebayanya berasal dari sulaman benang emas tersebut & payet yang udah ada di veil. Kalau semuanya dipayet, ntar jadi kerame’an dan jadi kayak kostum dangdut yaa πŸ˜† Jahit kebayanya pun nggak di butik bridal/designer; melainkan jahit di Butik Kartika (Pasar Baru Bandung lt.3 los A). Puas banget dengan hasil jahitannya, dimana kebaya akad gue bisa pas jatuh mengikuti lekuk tubuh. Saran aja : kalau jahit di butik non-bridal harus benar-benar ngasih instruksi pesanan yang jelas & rajin-rajin mengingatkan penjahitnya. Untuk perhiasannya… mengikuti motto “something old, something new”,Β  cukuplah gue memakai headpiece corsage bunga segar, dan perhiasan peninggalan Eyang Ti yang dipinjamkan oleh Ibu πŸ˜‰

brokatbiru1 img_9314

Bahan seragam kebaya untuk para tante “diburu” oleh Ibu di Jacc & TanahAbang Blok-A; berupa brokat jepang biru tua yang motifnya rapat-rapat & lebih besar, dilapisi sifon biru terang. Bahan seragam kebaya hanya diberikan untuk para tante, sementara para paman tampil mengenakan jas resmi warna gelap. Tidak ada seragam untuk among-tamu karena sedari awal, kami sepakat untuk tidak menyiapkan rombongan (…or is it “pasukan” ?) among tamu. Kalau ditanya kenapa : yah daripada para kolega/sodara kami harus mejeng semalaman demi meng-among-i para tamu, lebih baik beliau2 ikut bersenang2, bersilahturahim & menikmati kebersamaan saat acara resepsi berlangsung πŸ˜‰

kebs img_0030

Untuk sepatunya, nah… gue “sadar-diri” kalau kaki gue ini bertipe “kaki-perusak-sepatu”. Makanya, yang gue butuhkan adalah sepasang sepatu pengantin yang kuat namun nyaman. Sepatu impian ini akhirnya gue temukan di gerai sepatu Lagersohns – Plaza Semanggi (selantai dengan toko Buku Gramedia, pas diseberangnya Solaria). Lagersohns ini spesialis pembuat sepatu dansa, jadi pastilah sepatu buatannya tu kuat & ber-sol empuk (agar tetap nyaman meski bergerak enerjik saat berdansa). Warna sepatunya kuning-gading keemasan, terbuat dari kulit-faux dengan hiasan kristal di sepanjang bukaan sepatu. Tinggi hak-nya cukup 3 cm saja… soalnya bakalan dipakai untuk berdiri mejeng selama 2-3 jam πŸ˜›

******

OK… segitu dulu ya review vendor-vendor yang bekerjasama dengan kami saat pernikahan kami tahun lalu; Semoga info-info yang dimuat disini bermanfaat bagi mereka yang sedang menyiapkan pernikahan, maupun yang sedang bantu-bantu aja πŸ™‚ Mohon maaf yah kalau isinya banyak yang kurang atau nggak lengkap… maklum, dulu nggak gabung di grup2 diskusi persiapan pernikahan, jadi ya persiapannya sederhana saja. Kalau ada yang hendak ditanyakan dari info-info diatas, silakan tanya aja ke saya (mau via drop-comment di ‘post’ ini juga boleh πŸ˜‰ ).

Kalau boleh kasih tips sih… yang paling penting dimiliki untuk menyiapkan acara pernikahan adalah : persiapan mental. Segala kegembiraan & excitement pasca acara lamaran tu masih berupa “intro”-nya saja… karena setelah itu, akan ada banyak sekali upside-down+friksi+penyesuaian dalam persiapan acara pernikahan. Ini, harus dihadapi dengan pikiran-dingin, diplomasi (i’m not kid you) & exxxxxtra kesabaran, supaya excitement dalam menyiapkan pernikahan nggak berubah menjadi petaka yang jadi pikiran-berkepanjangan & bikin stress πŸ˜›

Memang, di Indonesia ini acara pernikahan itu masih sering dianggap sebagaiΒ  “gawe” sang manten PLUS keluarga-keluarganya, bukanΒ  “gawe” sang manten/mempelai saja πŸ˜† Dan… karena masih dianggap sebaga “acara-besar”nya keluarga, pasti akan ada banyak pihak yang melontarkan usulan disana-sini (mengingat semua orang pengen tampil & berkontribusi :-P). But the good news is : ini bisa disiasati dengan membuat skala-prioritas keperluan & membentuk panitia-inti yang solid; Nggak usah pake banyak2 orang, yang penting bisa saling menyamakan persepsinya untuk persiapan acara pernikahan. Jadi pas nanti ada anggota keluarga/kolega yang ngasih saran ini-itu & “berinisiatif-mengembangkan ide”, nah… manten & sesama panitia-inti inilah yang jadi filternya (menyaring ide-ide tersebut), supaya desain awal persiapan pernikahan tetap berjalan “stick to the Plan“.

Menjelang hari-H pernikahan… udah-lah, banyak2in dzikir/berdoa & belajar pasrah aja πŸ˜› Untuk 100% mengontrol langsung persiapan pernikahan tu rada2 sulit yah. I mean, it’s OK untuk menyiapkan pernikahan sedetil & seindah mungkin… tapi jangan sampai membuatnya jadi nggak-enjoyable sehingga semua urat-saraf ketarik-tarik tegang (yang mana kondisi ini bisa mengubah sang mempelai menjadi bridezilla yang siap ‘mencaplok’ siapapun πŸ˜› ). Been there-done that; yang gue lakukan mendekati hari-H adalah berusaha untuk nggak memusingkan hal-hal kecil & kembali fokus ke hari-H & kehidupan pasca pernikahan. Lagipula, gue ingin mengingat moment2 persiapan pernikahan kami ini sebagai sesuatu yang menyenangkan, memorable & lucu… bukan sebagai sesuatu yang “frustrating” & penuh friksi. Pada akhirnya, yang harus disyukuri bukan cuma seberapa megah & lancarnya pesta pernikahan itu berlangsung… tetapi bersyukurlah bahwa akhirnya kita & pasangan disatukan atas nama Tuhan untuk menjalani kehidupan bersama πŸ˜‰ (sorry kalau pemilihan-kata gue rada2 gombal)

Trus… bagi para calon manten-wanita, jangan kaget pas mendapati pasangannya bersikap agak cuek. Sebenarnya mereka tu sama deg-degan & risaunya dengan kita para wanita… hanya saja mereka nggak sibuk memusingkan printilan ini-itu, instead malah asik jalan2 sama temannya… sehingga kelihatannya bagi kita-para cewek-yah kayak bersikap cuek. Baiknya, di awal-awal saat merencanakan pernikahan, diskusikan ekspektasi dari masing2 pihak. Bagi-bagi tugas, jangan memaksakan keinginan & saling mengingatkan kalau yang satunya lagi “panas-kepalanya”, yang lainnya musti “adem”… biar nggak sama-sama “kebakar”. Oh, i know maybe that’s sounds sooo cliche, tapi… ada benarnya juga kok.

Last but not least, ada satu situs lagi nih dari kompas.com, tentang liputan khusus wedding; menurut gue sih sangat-informatif & bagus untuk dibaca bagi mereka yang sedang menyiapkan pernikahan πŸ˜‰