…plus 14 days since our wedding day 😛

Yeah, i know… sounds cheesy to think about monthversary and celebrating the month we’re together just like teenage couples did 😛 But… sorry, can’t helped it, hihiii. I don’t really think monthversary should be celebrated, it’s better to celebrate the anniversary instead. But recently, the thoughts of what we did together so far…hmm, it keeps resound in my mind.

Mulanya pas beberapa hari yang lalu, waktu baca blog pernikahan milik beberapa pasangan muda di google & buka-buka beberapa file foto yang merekam perjalanan kami hingga kini. Hahaaa, jadi inget masa-masa menyiapkan pernikahan & segala jungkirbaliknya 😛 I know, pernikahan kami memang diusahakan se-simpel mungkin tanpa mengusung banyak acara adat & pesta meriah nan romantis. Basically it’s a solemn party. Trus beberapa hari setelah menikah, gue langsung ngikut Baim pindah ke Penang. Pheeewh, that’s such a BIG leap in my life. Belum lagi masa adaptasi kami masing-masing. Tetapi saat mengingat kembali segala persiapan pernikahannya, rasa degdegan-sedih & gembiranya, gue & Baim jadi suka cengar-cengir & ketawa2 aja.

Oia, selama 3 tahun sebelumnya, hubungan gue & Baim memiliki bentuk “unik” berupa sebuah lubang-hitam-besar bernama Long-Distance-Relationship (LDR). Heheee, kidding 😛 Emang siy setiap tahun saat lebaran Baim pulang ke Indonesia juga, tapiii… secara resmi, setelah nikah ini barulah kami bener-bener get along together. Nggak ada masa penyesuaian seperti kebanyakan orang yang dekat & pacaran duluan sebelum nikah 😛 Lah, mo gimana… selama jauh-jauhan, dia malam mingguan sama server di lab, gue malam mingguan sama koleksi buku gue di kamar. Dia hangout sama anak-anak PPI atau teman se-flat-nya, gue hangout sama sahabat2 gue & temen2 kantor 😛 Ada saat dimana jarak 1476 km tu terasa kayak 50.000 km plus beda dimensi… tapi ada pula saat-saat dimana hati terasa begitu dekat. Thanks to segala teknologi komunikasi serupa sms, YM, e-mails dkk., yang bisa bikin kita ngontak terus satu sama-lain (meski nggak jarang pula terjadi salah-paham. Namanya  juga LDR). Jadi, kami bener-bener baru “pacaran” layaknya orang normal tu pas sekarang ini 😀 Nonton bareng, makan bareng, jalan-jalan bareng, berantem bareng, nonton tipi bareng, ngurus rumah bareng… baru sekarang terlakoni.

Oia, ada beberapa orang yang bilang & menasihati gue kalau “rumput tetangga selalu tampak lebih hijau”. Makasih atas nasihatnya; tapi kalau berpikirnya seperti itu, eventually kita akan berakhir dengan tidak mengurus & tidak bisa menikmati rumput milik kita sendiri. Gue & Baim sama-sama belajar untuk mengenali kondisi “rumput” kami, sama-sama belajar untuk merawatnya, serta sama-sama memupuk  “rumput” kami dengan doa kepada-Nya agar “rumput” kami tumbuh subur, segar dan dijauhkan dari segala gulma pengganggu… syukur-syukur kalau diatasnya segera tumbuh pohon yang menghasilkan buah-buah bagus & manis. Dan tidak lupa, kami  sama-sama belajar untuk bisa sama-sama terus mengurus “rumput” kami & mampu memetik “bunga-bunga” pelajaran yang tumbuh diatasnya.

Gue nggak bisa bilang kalau masa-masa LDR dulu itu selalu manis atau banyakan pahitnya (…yeah right), tapi saat melihat keadaan kami sekarang, rasa-rasanya keseharian gue nggak akan berjalan seseru ini kalau nggak bersama Baim 😛

So, Thank God for this miracles in life. Untuk semua keindahan & kerikil-kerikilnya. Untuk kesempatan & pengalaman baru yang kau berikan. Untuk orang-orang yang datang, berbagi kebahagiaan & pelajaran bersama kami. Untuk setiap hari yang kami lalui dengan keinginan untuk belajar, untuk menjadi lebih baik & lebih menyayangi satu sama lain.

Semoga, hari-hari kedepannya jadi  makin sayang, makin banyak belajar & makin cinta… 😉

..

#V.Hugs#