slummil…malam minggu lalu, gue nonton film ini sama Baim; setelah sejak awal Desember kemarin gue penasaran-setengah-mati tiap kali nonton preview-nya di Cinemax.

Komentar gue buat film ini : A-Must-See !!! 😀

Seminggu setelah nonton Slumdog Millionaire (SM), gue baca di sebuah situs koran kalau film SM ini memenangkan empat piala Golden Globe utk kategori skenario, musik (original score), sutradara & film (drama) terbaik. Lanjutnya, saat berita nominasi ajang Piala Oscar dirilis tanggal 23 Januari kemarin, SM udah masuk 10 nominasi Oscar; saingan dengan film The Curious Case of Benjamin Button (baru nonton semalem, hehehe 😛 ), yang masuk 13 nominasi Oscar.

Diluar segala award yang dimenangkan & tingginya rating yang diberikan,  film SM memang betul-betul film yang “bagus” & hidup. Ceritanya simpel, berpusat pada kehidupan Jamal Malik (Dev Patel), seorang cowok yang hidup & besar di lingkungan kumuh (slum) kota Mumbai. Jamal sehari-harinya bekerja sebagai office boy (atau dalam film dia dipanggil  chaiwalla = tukang-penyaji teh) di sebuah kantor jasa telekomunikasi di Mumbai.

Film dimulai dengan adegan Jamal mengikuti kuis Who Wants To Be a Millionaire (versi India) dan sukses bertahan di “kursi-panas” permainan, sampai ke tingkatan menjelang hadiah tertinggi (20 juta Rupee). Karena waktu kuisnya keburu habis, keesokan harinya Jamal harus kembali ke studio untuk syuting babak peraihan hadiah tertinggi tersebut. Namun di pembawa acara kuis (Anil Kapoor) curiga kalau Jamal berlaku curang sehingga bisa bertahan sejauh itu di hot-seat… si pembawa acara diam-diam melaporkan Jamal ke polisi. Apes banget, malam itu juga Jamal langsung ditangkap polisi & diinterogasi agar mengaku & menceritakan cara yang dia lakukan sehingga bisa menjawab semua pertanyaan dalam kuis tersebut.

Saat diinterogasi, Jamal berkali-kali mengaku kalau dia tidak punya keinginan untuk meraih hadiah tertinggi di kuis itu, namun polisi tidak mempercayai jawabannya. Putus asa menjelaskan pengakuannya, akhirnya Jamal menjelaskan kenapa dia bisa menjawab setiap pertanyaan tersebut, dengan memaparkan seluruh kilas balik kehidupannya. Setiap tahapan pertanyaan yang dijawabnya di kuis membawanya ke masing-masing tahapan dalam hidupnya… dimulai dari mimpi muluknya saat dia kecil, lalu hubungannya dengan Salim (kakak Jamal satu-satunya), identitasnya sebagai kaum minoritas di India yang kemudian memisahkan dia & kakaknya dari ibunya dalam sebuah kerusuhan, serta perjuangannya bertahan hidup di lorong2 kumuh & jorok kota Mumbai sebagai anak jalanan bersama kakaknya & seorang gadis kecil sesama anak jalanan bernama Latika.

Jalan hidup kemudian memisahkan Jamal, Latika & Salim saat mereka remaja. Namun Jamal selalu memupuk harapan untuk bisa bertemu Salim lagi, yang dia yakini bisa membantunya untuk menemukan Latika (Frieda Pinto). Di ujung cerita, akhirnya Jamal mengakui apa yang menjadi alasannya untuk bertahan di kursi-panas kuis tersebut… dan itu bukanlah untuk hadiah uang sebesar 20 juta Rupee India.

Banyak yang bilang kalau film SM ini mengusung tema yang mirip dengan film City of God (gue sendiri belum pernah nonton City of God, bagus bgt ya ?), salah satunya di penokohan good guy & bad guy-nya sesama anak jalanan. Menurut gue sendiri film ini ajaib-lah, bisa menyajikan warna-warni kekumuhan Mumbai dengan “hidup” & sedemikian breathtaking-nya, membungkus cerita yang sederhana & tetap punya moral-cerita yang dalem. Di film ini, penonton akan menemukan pernyataan sejauh apa seseorang bisa berusaha untuk menemukan cinta dalam kehidupannya. Dan, pengejaran diri akan cinta & persaudaraan adalah mutlak milik semua orang di dunia ini… bahkan bagi orang pinggiran yang hidupnya tampak seolah jauh dari hal-hal seindah romantisme, alih-alih penuh dengan cobaan.

.

.

.

PS : bagi penggemar film-bukan-india, tenang aja… ini film semi-india kok 😉 dialognya dalam bahasa Inggris dan… minim tari-tarian kolosal a la film india 😀 Cuma siap-siap aja kaget pas lihat setting-filmnya, soalnya jauh banget dari keeksotisan pemandangan negeri India.