Sebagai orang yang agak-agak buta-nada & suka males kalau disuruh nyanyi, hobi baru gue selama 7 bulan belakangan ini terbilang cukup “unik” : nyanyi buat Alma. Yeah, punya anak bisa bikin orang jadi berani (atau dituntut ?) mencoba hal-hal baru, terutama hal-hal yang dulu nggak pernah pengen dicoba. Nyanyinya sih hanya lullaby a.k.a lagu nina bobo yang simpel-simpel aja.

Sebenarnya ada satu kejadian yang bikin gue terdorong untuk bernyanyi ini. Balik ke jaman waktu kerja dulu, di sebuah acara sekolah yang mengharuskan gue menemani murid-murid yang nginep di sekolah. Pas malam saat lampu sudah dimatikan & semua murid sudah bergelung didalam sleeping bag masing-masing, gue, yang ngegeletak ditengah murid-murid, spontan menggumamkan sebuah lullaby lagu anak-anak.

Tiba-tiba ada seorang murid yang nyeletuk : “Ih miss suka nyanyiin sebelum tidur ya ? Kayak mbak-ku di rumah…”

Hyaaah, siyaul gue disamain kayak mbak-mbak babysitternya 😆 Mendengar temannya berkomentar, murid yang lain pun ikut komen : “Mamaku juga dulu suka, miss… nyanyiin aku sebelum tidur !”

“Dulu ?” gue spontan bertanya.

“Iya, soalnya mama kan sekarang ngantornya sampe malam gitu miss… Aku selalu disuruh bobo sebelum mama pulang, katanya kalo nggak ntar kemaleman. Nanti telat bangun. Ntar diomelin sama mama karena susah bangun.”

“Iya, iya… sama kayak mamaku juga,” sambung murid lainnya lagi, “Jadi aku tidurnya sama mbak. Mbakku itu miss yang suka nyanyiin aku kalau mau tidur. Tapi mbakku nyanyinya lagu-lagu jawa gitu deh, aku nggak ngerti mbakku nyanyi apa, tapi lagunya enak ! Hehee…”

Dan… gara-gara gue nyanyi, itu anak-anak kembali melek lagi & nggak mau tidur 😆 Tapi yang pasti, gue seketika speechless mendengar tuturan cerita dari gadis-gadis kecil itu. Saat itu juga, gue bertekad kalau nanti punya anak, gue-lah yang harus jadi MP3-player lullaby anak gue, bukan babysitter ataupun si-mbak !!

Kalau baca di ensiklopedi sagala-aya wikipedia, Lullaby diartikan sebagai :

“a soothing song, usually sung to young children before they go to sleep, with the intention of speeding that process. As a result they are often simple and repetitive.”

Alma (syukurnya) adalah anak yang senang dinyanyikan lullaby alias lagu nina-bobo sebelum tidur. Suara gue  juga gak bagus-bagus amat sih… nggak kayak Celine Dion ataupun makhluk Siren yang menurut hikayat sangatlah sekseeeh, suaranya terkenal superindah & bikin orang kena sirep. Biarpun emaknya tone-deaf begini, anaknya langsung “takluk” saat suara emas emaknya berkumandang (… lu kate adzan, berkumandang ?). Nggak tahu juga sih, takluknya karena beneran langsung terbuai tidur… atau milih buru-buru tidur biar emaknya berhenti nyanyi 😆

Gue dibesarkan bersama nyanyian lagu anak-anak jaman-dahulu-kala yang, menurut gue, lagunya baguuuus dan mendidik. NOTE : BUKAN lagu-lagunya Enno Lerian, Trio Kwek-Kwek ataupun Melissa ya. Yang gue maksud disini adalah lagu anak-anak ciptaan AT Mahmud, Ibu Sud, Pak Kasur dan kawan-kawan seperjuangannya. Sebutlah lagu Pelangi-Pelangi, Ambilkan Bulan Bu, Taraboom, Bulan Sabit, Tik-Tik-Tik Bunyi Hujan, Burung Hantu, Pergi Sekolah, Satu-Satu Aku Sayang Ibu, Di Timur Matahari, Awan Putih, Kupu-Kupu, Naik Kereta Api, Lihat Kebunku, Tepuk Tangan, Naik Delma, Kasih Ibu… wah, kayaknya masih banyak lagi. Tapi yang disebutkan sebelumnya adalah yang sering gue nyanyikan buat Alma.

Kenapa sampai sekarang masih ingat lagu-lagu tersebut, mungkin karena berkali-kali dinyanyikan & didengarkan sedari saat  gue kecil. Jadinya kayak dicuci-otak 😆 Setelah dewasa, saat sudah bisa memahami arti lagunya… eh ternyata baguuus sekali & mendidik. Ada yang mengajarkan kecintaan terhadap Tuhan & semua ciptaannya, melestarikan alam, juga mengajarkan nilai-nilai budi pekerti & bakti kepada orangtua. Isi lagunya pun bersumber pada perilaku anak. Personally, gue lebih milih anak-anak dengar lagu yang mengajarkan dia buat sayang ibu, ayah & adik-kakaknya, daripada dengar lagu yang ngajarin dia manggil abang-abang tukang bakso atau ngeluh banyak nyamuk di rumahnya 😛

Jadi untuk meneruskan “rantai kebaikan” ini, gue memilih untuk terus menyanyikan lullaby buat Alma (dan adiknya nanti). Biarin kayak dicuci otaknya pakai lagu, toh dicuci sama hal yang baik… bukan dicuci pake rinso (eh, dilarang menyebut nama produk ya ? 😆  ). Apalagi kalo lagunya dihayati & dinyanyikan sepenuh hati, pasti ada vibrasi emosi positif yang nyampe ke si anak, biarpun dia dengarnya sambil terkantuk-kantuk. Eh, justru saat terkantuk-kantuk itulah otak anak berada dalam fase gelombang alpha, yang paling bagus untuk menerima sugesti positif 😉 In fact, sampai anak berusia 6 tahun, most of the time otaknya tuned pada gelombang alpha, yang mana menjadikan si anak mampu menyerap banyak informasi seperti layaknya spons cucipiring menyerap air.

Eh kok jadi malah melenceng ngomongin otak… siapalah gue, ahli hipnosis juga bukan 😛

Lullaby ini biasanya dinyanyikan untuk menenangkan Alma saat dia ‘ngamuk’, atau untuk meninabobokkan Alma. Saat dinyanyikan, Alma bakal menatap gue (yang sedang bernyanyi) dengan mata besarnya, mengerjap-ngerjap, lalu nyengir lebar. With any luck, setelah dinyanyiin sepanjang satu putaran MP3 (atau kalau lebih singkat : side A- side B), dia bakal tertidur pulas 😛 Dan ALma baru mau tenang dinyanyikan saat gue menatap langsung wajahnya, minimal kontak mata. Pheeewwh. Kalau gue nyanyi tapi matanya kemana-mana, si Alma malah tambah ngadat. Oia, karena nggak suka sama lirik aseli dari lagu Nina Bobo (lagu standar pengantar tidur), liriknya suka kami ganti jadi :

Nina bobo… Ooo nina bobo / Alma manis cantik, bobo yang nyenyak…

… nggak kreatip yak, hihi. Alasannya simpel : nggak nyambung aja antara nggak kunjung bobo dengan digigit nyamuk 😛 Tidur ataupun nggak tidur, kalo ada nyamuk ya pasti bakal digigit. Palingan Baim yang suka iseng mengganti liriknya jadi “Kalau tidak bobo, digigit KEBO…” 😆 Nggak cuma lagu Nina Bobo aja yang jadi sasaran iseng diganti liriknya. Dalam keadaan darurat, lagu-lagu lain ikut berganti-lirik oleh usaha desperate gue menenangkan Alma. Seperti saat Alma menolak makanannya, spontan lagu Awan Putih malah dinyanyikan jadi : “Kulihat Alma / Makannya lahap / Semua habis, dimakan Alma…” 😆

Recently, kami mulai merambah menyanyikan lagu nasional buat lullaby Alma. No, nooo… bukan lagu Syukur yang bernada mournful, atau Maju Tak Gentar & Sorak-Sorak Bergembira yang malah bikin Alma jejingkrakan 😆 Tapi lagu Indonesia Tanah Air Beta. Nggak tahu kenapa, suka aja. Mungkin karena gue pengen Alma tetap meng-Indonesia, ya. Biarpun dia lahir di tanah Penang, tapi sampai sedarah-darahnya, Alma tetaplah anak Indonesia… dan semoga dia tumbuh bangga dengan menghargai ke-Indonesia-annya. Semoga 🙂 Dalam usaha gue menanamkan nasionalisme kepada bayi kecil berusia 7 bulan ini, Baim juga pernah menyarankan buat nyanyi lagu Indonesia Raya. Tapi gue pikir kok malah jadinya terlalu patriotik, selain lagunya kepanjangan & berasa kayak ikut upacara bendera 😆

Tapi (ada tapinya nih), ada satu hal yang gue sebelin dari kegiatan nyanyi lullaby sebelum tidur : Seringnya, malah Baim duluan yang tertidur !! Grrrr… salah sasaran. Jadi sering tuh saat baru  nyanyi dua-tiga lagu, tiba-tiba terdengar backsound dengkuran (atau bahkan dalam versi yang lebih kenceng alias ngorok) yang berasal dari Baim. Ampun dah, malah laki aye yang pules duluan… sementara anaknya masih melek, cengar-cengir sambil pasang muka jahil. Aaaaargh !