Ada satu motto yang gue “pegang” selama mengasuh Alma : When she’s ready, she’s ready.

Sebenarnya, ini ada ceritanya.
Salah satu sifat yang kental dari diri gue adalah : i’m a control-freak. Suka ngatur, pengen megang kendali, perfeksionis, matok standar tinggi… biasa, bawaan anak sulung. Well, sekilas terdengar menyebalkan yah, tapi ada gunanya juga lho seperti saat jaman kerja kantoran dulu. Plus karena sifat inilah gue terkenal disiplin & ulet *membela diri :lol:*

OK, cukup bagian membela diri-nya. Pokoknya gitu deh. Kemudian saat hamil Alma, gue mulai ngeh kalau… ini anak nggak cocok dihadapi dengan sifat control-freak. Gue punya perasaan sepertinya argumen “Pokoknya kamu harus…” bakal nggak masuk ke dia. Yah ada bagusnya juga sih : in my previous 27 years of existance, gue hidup ditempa oleh bertubi-tubi argumen “Pokoknya kamu harus…” dari lingkungan sekeliling. Dan lihatlah sekarang jadinya gimana (petunjuk : baca paragraf sebelumnya šŸ˜† ). Mungkin ada bagusnya juga untuk pribadi Alma kalau dia nggak ikut ditempa oleh argumen “Pokoknya kamu harus… blah blah blah”.

Intinya, Alma nggak bisa dipaksa; kalau sudah saatnya siap, dia bakalan siap. Sebelum lahir, saat Alma menendang-nendang keras dari dalam perut, nggak bakal dia jadi kalem kalau gue misuh-misuh bete. Begitu perut dielus-elus & diajak bicara, barulah Alma mau kalem. Saat dokter mematok EDD 11 April 2010, sampai tanggal tersebut dia belum kunjung mau lahir. Seminggu berlalu dengan rasa kuatir, gue sampai curhat mewek ke Baim & bertanya “Kapan Alma mau lahir ? Udah hampir dua minggu kok masih betah didalam perut ?”. Baru 12 hari kemudian dia janjian sama Allah swt, milih tanggal 23 April untuk lahir. Kayak dia yang milih jalannya sendiri untuk kapan dia siap.

Begitupula setelah lahir. Waktu usia 3 bulan Alma belum bisa tengkurep sendiri & orang sibuk bertanya “Anak lo udah bisa apa aja ?” atau “Kok Alma belom bisa tengkurep sendiri sih ? Anak gue pas umur segitu udah bisa lho !” dan seterusnya, gue cuma tersenyum & meyakinkan diri : “Kalau Alma udah siap, dia bakal bisa dengan sendirinya”.

Eh ternyata beneran lho. Nggak disangka-sangka, hoooplah ! Alma tengkurep sendiri saat usianya masuk 4 bulan. Dan dari titik itulah, sepanjang pengamatan kami, motorik Alma berkembang pesat. Iya sih, gigi belum numbuh, pun rambutnya masih dikiiit… tapi di usia 5 bulan Alma sudah bisa duduk (supported) & belly crawling. Menjelang 6 bulan, Alma sudah duduk (unsupported) & hanya berada sebentar di fase merangkak.

Alma juga nggak mau diam saat digendong (kecuali kalau pakai sleepywrap), maunya memanjat perut & dada kami sampai kakinya naik ke pundak, lalu ngonggeng-ngonggeng disitu. Tangan Baim sempat keseleo karena menahan anak seberat 8 kg tersebut berontak dalam gendongannya. Menuju usia 7 bulan, nggak pakai berlama-lama merangkak, Alma langsung memperlihatkan kesenangannya meraih apapun yang bisa dia raih untuk… membantunya berdiri.

Yup,Ā  Alma sedang getol-getolnya belajar berdiri; currently misi utamanya adalah “menembus” pertahanan benteng-bantal di sekeliling tempat tidur šŸ˜† Orangtua kami pun ikut heran. Baik gue maupun Baim nggak pernah berinisiatif ngangkat-ngangkat dia, naro’ dia di babywalker ataupun sengaja memberdirikan Alma & membuat kakinya menjejak-jejak lantai. Tiba-tiba aja one day, saat sedang dimandikan, Alma menarik baju gue lalu mengangkat dirinya dari posisi duduk dan… berdiri. Sambil nyengir. Gue & Baim cuma melongo.

Dari yang awalnya hanya beberapa detik berdiri, perlahan tapi pasti sekarang menjadi hitungan menit. Berdirinya sih masih sambil berpegangan pada badan kami atau menarik baju & apapun yang bisa dipakai untuk merambat pegangan… But hey, belajar berdiri sendiri !! Alhamdulillah ! šŸ˜€

Beberapa orang yang sempat melihat Alma belajar-berdiri berkomentar “Hati-hati, ih !!”, atau “Emangnya kakinya udah kuat ?”, atau “Ntar kakinya bengkok loh ! Jangan dulu !”. But Alma seems happy with her new hobby : belajar-berdiri. Berkali-kali dari posisi duduk atau merangkak, Alma akan meraih apapun yang bisa diraihnya untuk berpegangan. Setelah mantap berpegangan, barulah badannya diangkat & dia berdiri menjejak beberapa menit… sampai kemudian jatuh terduduk, lalu mencoba berdiri lagi. Dan lagi. Dan lagi. Terus-menerus begitu, sambil cengar-cengir happy. Untuk ukuran bayi, keuletan Alma patut diacungi jempol šŸ˜€ Kami sih hanya ada disitu untuk membantu, mengawasi, menangkapnya saat jatuh & menenangkannya tiap kali dia menangis marah karena tidak sabar ingin bisa sesuatu. Hanya saat Alma mau bermain saja kami akan meladeni keinginannya belajar-berdiri-sambil-pegangan. Meski kadang perut gue suka jadi sasaran tangan kecilnya menumpu untuk berdiri, meski kadang kakinya yang menjejak-jejak malah nyasar ke ‘adik-kecil’nya Baim, meski kadang rambut gue sering diraihnya untuk berpegangan alias jadi sasaran ditarik-tarik & dijambak šŸ˜† Kami tetap mengawasi langkah-langkah kecil Alma, termasuk kalau sudah mulai membahayakan dirinya (seperti mencoba turun sendiri dari kasur, melompati tumpukan benteng-bantal), dan membahayakan diri kami (si-adik-kecil tidak sengaja terinjak atau hidung gue disundul Alma keras-keras karena dia overexcited saat bermain). Belajar berdiri memang penting, tapi penting juga bagi Alma untuk tahu mana yang masih diperbolehkan untuk dilakukan.

Kebisaan baru Alma berarti = jobdesc baru untuk gue & Baim. Dulunya gue sempat mikir : ah, baru tujuh bulan… masih gampang diawasi karena palingan Alma lagi asyik-asyiknya kenalan sama sama makanan,Ā  masih seru-serunya ber-BLW-ria, serta masih senang merangkak kemana-mana. Modal tumpukan bantal disekeliling tepi tempat tidur aja, sama kasur tempat tidur diturunin sejajar lantai. Ternyata… gue salah : ini bocah tiba-tiba umur tujuh bulan sudah bisa “menembus” pertahanan benteng bantal buatan kami dengan memanjatnya sambil belajar berdiri. Makan tuh benteng-bantal šŸ˜† Kebisaan baru Alma sukses bikin badan gue gempor, karena harus bolak-balik ngangkat Alma ke posisi aman tiap kali dia sudah berada di tepi tempat tidur. Ditambah lagi sekarang kalau Alma duduk di stroller tanpa menggunakan sabuk pengaman, dalam hitungan detik kakinya sudah menjulur ke bawah, berusaha turun dari stroller. Almaaaaa… jangan bikin emak jantungan dong ! šŸ˜†

Caught in the act !!

Jam tidur siang Alma juga gradually berkurang, berganti dengan slot waktu dimana dia bakal selincah energizer bunny saat bermain & berlatih berdiri-sambil-pegangan. Otomatis, gue harus siap-siaga & nggak boleh meleng sedikitpun saat mengawasi dia main (meski beberapa kali sempat silap juga sih). Meleng dikiiit aja, Alma udah berada di tepi tempat tidur berjasil memanjati benteng-bantal, atau berusaha turun dari stroller, atau nyaris gigit-gigitin kabel… bahkan siap menerjang & meraih cepolan rambut gue (baca : menjambak) sambil berusaha mengambil handphone yang sedang gue pegang, seolah pengen bilang : “Stop tweeting, Momma ! Look at me, look at me !!” šŸ˜†Ā  Nggak ada lagi tuh tidur-tiduran ngaso mengawasi Alma bermain sambil tweeting atau nulis blog (atau window-shopping ke berbagai toko online šŸ˜› ). Tampaknya gue harus ikhlas menerima kenyataan ini, bahwa jam-jam tenang dimana gue bisa menikmati me-time saat Alma tidur nyenyak selama 4-5 jam sudahlah lewat. Yah, resiko… anak bertambah kebisaannya, bertambah juga jobdesc kami sebagai emak-babenya šŸ˜† Yang penting disetiap pijakan & langkah kecilnya, selalu ada doa selamat yang kami selipkan diantara ucapan “Alma hebat !”,Ā  “Ayo, Alma bisa !”, atau “Yang sabar, Alma… Belum waktunya”.

Kalo kata ayah : “It is always great to watch a child growing, day by day” (dalam kasus gue : great, tapi sambil meringis-ringis karena pinggang coplok & rambut ditarik-tarik Alma šŸ˜† ). Mengamati munculnya kebisaan-kebisaan baru dari Alma membuat gue belajar menghargainya, as a person.Ā  Ada sih saat-saat dimana gue gemes & bete, Alma marah & ngadat, atau kami teler bertiga (yang paling sabar tuh Baim).Ā  Yang gue percaya : when she’sĀ  ready, she’s ready. Semangat, Alma ! Semakin kamu tumbuh besar, akan ada lebih banyaaaak lagi hal-hal baru & menarik yang kamu pelajari ! šŸ˜€