Rumahnya Aini

Hehee… kembali lagi ke ulasan aktivitas makan-memakan 😆 Sepertinya (dan gue harap…) si baby ini tumbuh dengan selera lidah Indonesiawi yang kental, karena emaknya baru bisa banyak-banyak makan setelah kemaren pulang ke Jakarta 😆 Yah, logisnya sih kebetulan aja (deraan) trimester pertama gue berakhir pas kemaren pulang mudik; makanya nyampe di Jakarta & Bogor langsung kalap menggasak berbagai makanan favorit yang sudah sekian lamanya diidam-idamkan 😆 Setelah J.Co & pempek, hidangan sasaran ngidam berikutnya adalah…

… Nasi Timbel 😉

Sejak terdampar di sebuah kota bernama Bogor, gue jadi nyandu melahap sayur lalapan & sambalnya 😆 Kegemaran itu bertambah “parah” setelah kenalan dengan Nasi Pecel warungan & Nasi Timbel beserta kroni-kroninya (mis : sambel terasi-oncom, sayur asem & ulukutek leunca)… Whuidiiiih, bisa kalap deh acara makannya 😆

Ini sebenarnya adalah catatan warisan kuliner dari jaman kuliah, jadi harap dimaklumi kalo pemilihan tempat makannya rada-rada nggak elit & harganya “harga mahasiswa” 😆 Tapi gue mah nggak peduli… biarpun tempatnya warungan, asalkan makanannya panas, & rasanya lezzzat mah hajarrrr bleh ! 😆

Ada dua tempat yang selalu gue sambangin kalau nyari Nasi Pecel & Nasi Timbel di Bogor. Untuk Nasi Pecel Ayam (gue nggak suka pecel lele), favorit gue adalah sebuah warung nasi pecel Lamongan yang terletak di seberang mesjid AsySyifaa-Bogor (mesjidnya ada di belakang RS-PMI). Bukanya sekitar jam 4 sore, sampai larut malam. Hasil gorengan ayamnya juicy tapi nggak basah, tempe & tahu gorengnya cukup guede (dalam hal ini, size does matter 😆 ), pilihan nasinya ada nasi putih & nasi uduk, dan sambelnya wuenaaaak tenan ! Sambalnya langsung diracik dalam sebuah cobek besar oleh istri pemilik warung, di hadapan para pengunjung. Atraksi nan lezzzat ini diselingi oleh harum semerbak gorengan ayam/tempe/tahu/lele & bakaran terasi yang dibuat oleh pemilik warung. Kalo kesini nggak usah ribet dandan-dandan deh… dan siap-siap dilekati aroma sambel & gorengan 😆 Sayang sekali, pas kemaren kesana warungnya nggak buka 🙁 Padahal aku sudah sangat teringiiiiiiin melahap nasi pecel ayam disitu… ihiks.

Kalau Nasi Timbel, gue gemar mengunjungi kedai Nasi Timbel M-11. Kedai ini letaknya di Jl. Rumah Sakit II, persiiiis di sebelah kampus IPB Baranangsiang. Menempati halaman-beranda sebuah rumah-kosan yang dulu dikenal dengan nama M-11, kedainya tidak hanya menyajikan berbagai set hidangan nasi timbel… tetapi juga suasana rumahan Bogor tempo-doeloe yang adem & cozy 😉 Saat ibu-ayah suka nengokin ke Bogor (waktu gue masih kuliah), kami sering makan siang disini. Gue & Baim sering menyambangi kedai ini buat lunch saat pacaran 😆  Seporsi set nasi timbel ayam goreng dibandrol Rp. 12.000,-; set nasi timbel empal goreng-nya Rp. 14.000,-. Kalau mau pakai sayur asem, nambah Rp. 5000,-/mangkuk. Seperti inilah satu set hidangan nasi timbel ayam-nya :

Kalau diperhatikan, ukuran sebungkus nasi timbelnya relatif kecil yah. Ukurannya seporsi buat cewek-lah. Untuk para cowok yang kelaparan, nasinya tidaklah cukup untuk memadamkan rasa lapar yang membara… minimal kudu nambah sebungkus-dua bungkus lagi 😆 Tapi bagi gue, sebungkus nasinya saja sudah cukup karena diimbangi dengan banyaknya lauk yang disajikan. Tahu-tempe-ayam gorengnya nggak gigantic sih, tapi guriiih & ngenyangin. Yang paling seru, seporsi tumis oncom leunca-nya cukup “melimpah” 😆 Ini baru mantap, karena gue cintaaaa sama hidangan tumis oncom-leunca 😆 Bagi yang doyan ngelalap sayuran, disini sorga deh… karena sayur-lalapnya disajikan banyak2 😆 Cuma, karena waktu itu gue belum kuat untuk makan sayuran (plus memang membatasi makan sayur dedaunan mentah), akhirnya hanya potongan ketimunnya saja yang gue lahap bersama… setengah mangkuk sambal 😆

Baim menyaksikan keberangasan gue menggasak nasi timbel ini dengan campuran perasaan takjub  &… rada malu.  Rada malu, karena gue sampai menggumam-gumam nikmat saat melahap nasi timbel ini 😆 Finger-licking delicious !! Dengan kalemnya, Baim juga komentar : “Sayang, kamu terakhir kali makan selahap ini tuh pas sebelum hamil, lho.” Whuahahahaa… berarti nasi timbel ini berhasil mengembalikan naluri “asli” gue saat melahap makanan enak ya 😆 Tapi gue sendiri juga merasakan hal yang sama sih; dan memang kelezatan nasi timbel ini tiada duanya. Pas laper, pas ngidam, pas bisa melahap makanannya… gimana nggak berasa nikmat ?? 😆

Usai menyapu-habis hidangan nasi timbel, sempatkan diri dulu untuk ngaso sebentar sambil meneguk teh tawar hangat. Habis makan nasi timbel, enaknya minum teh tawar hangat; alasannya : ngirit 😛 Hahaa, salahsatu sisa kebiasaan jaman kuliah banget nih. Tapi entah kenapa, usai makan nasi timbel tu perut terasa lega dengan cukup meminum teh tawar hangat.  Sementara Baim asyik dengan es jeruknya, gue menyesap perlahan teh tawar hangat… sambil menikmati semilir angin yang membawa aroma dedaunan & wangi hujan khas Bogor. Haaaah, nikmatnya. Lebih nikmat lagi kalau ditambah melahap sepotong es Lilin (@ Rp. 3000,-).

Nasi Timbel M-11 buka sekitar jam 10 pagi sampai sore menjelang jam 4 (kalau nggak salah 😛 ). Kalau mau makan disini, datanglah sebelum jam makan siang, atau sesudahnya. Saat waktu jam makan siang, banyak karyawan kantoran yang penuh menyerbu tempat ini; memang kapasitas tempat makannya nggak gede-gede banget. Oia, saat weekend, kedai ini juga ramai oleh pengunjung bermobil plat-B.

By the way, kalo ada orang Bogor yang baca ini… saya mo nanya dong : Ada yang tahu, dimana tempat  beli hidangan Mie Ngogolosor ? Saya masih nyari-in Mie Ngogolosor ini. Pas jaman kuliah sering makan ini & masih banyak yang jual… tapi sekarang udah susah dicari. Ada yang tahu, nyari & belinya dimana yah ?? Bagi yang tahu, share infonya ke saya ya… Hatur nuhun ! 🙂