Salah-satu jajanan favorit gue kalau lagi di Jakarta :

ketoprakkk

…sepiring ketoprak, dengan banyak-banyaaak kerupuk 😆

Ketoprak ini biasa dijajakan oleh abang2 dalam gerobak-gerobak dorong kaki-lima, baik itu mangkal di pinggir jalan… maupun berkeliling dalam kompleks perumahan. Bahan2 ketoprak ini cukup sederhana : bihun rebus + gundukan tauge rebus + potongan tahu goreng + ketupat, disiram kecap & kuah sambal kacang berbumbu bawang…  trus dikasih taburan kerupuk & bawang goreng. Itu, adalah default-nya ketoprak betawi (Jakarta). Di beberapa daerah seperti Bogor, kadang ketopraknya diberi serutan wortel rebus, kol & ketimun; banyak yang bilang enak sih… tapi gue jauh-jauh lebih suka ketoprak yang a la Betawi 😉 Kalau mau awet kenyangnya, mendingan makan pake ketupat… tapi bisa juga pesan tanpa-ketupat. Kalau beli dari gerobak abang-abang penjaja ketoprak, sepiring harganya sama : Rp. 5000,-, dengan/tanpa ketupat.

Gue nggak pernah punya tempat khusus untuk beli ketoprak, i simply ordered it from one of those abang-abang penjual ketoprak yang saban jam 10 pagi seliweran lewat di depan rumah. Serius, banyak banget gerobak tukang ketoprak yang lewat didepan rumah, sejam bisa ada 2-3 gerobak yang lewat. Begitu terdengar suara “ting-ting-ting-tiiing!!!” pukulan sendok beradu dengan piring, khas penjaja ketoprak… langsung deh kaki melesat ke halaman rumah & berseru memanggil si-abang-ketoprak :  “BANG !!! KETOPRAK !!! DISINI, BANG !!!”. Yang penting : panggil dulu abangnya… (soalnya kadang para tetangga sering mensabotase si abang ketoprak ini), urusan pesan mah bisa belakangan 😆

Kebiasaan unik di keluarga gue saat memesan ketoprak adalah : selalu memakai kecap dari dapur sendiri 😛 Lumayan juga kan abangnya jadi bisa ngirit kecap 😆 Jadi kalo nemesan ketoprak, kami akan keluar membawa setumpuk piring dan… sebotol kecil kecap Bango. Bokap gue lebih-lebih lagi : selain bawa sebotol kecil kecap, beliau juga ngasih tambahan 2-3 siung bawang putih untuk ditambahin ke ulekan saus kacang-nya 😆

Masing2 anggota keluarga gue juga punya rasa-ketoprak kegemarannya masing2. Kayak ibu, yang suka ketoprak dengan banyak-banyak taburan kerupuk diatasnya. Gue, suka ketoprak tanpa ketupat yang pedasnya sedang, dengan banyaaaaak taburan kerupuk & bawang goreng 😛 Ali, suka ketoprak yang manis dengan banyak-banyak ketupat. Sementara Agam & Ayah suka ketoprak yang superpedassss, cuma buat ayah bawang putihnya dibanyakin…. sementara untuk Agam, cabe rawitnya-lah yang dibanyakin 😆

Pas pulang kemarin, gue kembali memuaskan cravingness gue akan melahap ketoprak. Di suatu pagi, saking ngebetnya pengen makan ketoprak (padahal habis sarapan nasi uduk !!), gue kasih komando ke Agam yang lagi leyeh-leyeh nonton tipi :

“Gam, lu mau ketoprak gak ??”

Mendengar kata “ketoprak”, radarnya Agam langsung ON : “Mau, Kak !! Mau, mau mau !!”

“Ntar kalo ada suara tukang ketoprak yang lewat, panggilin ya ?!”

“Beres, kak !”

Itulah enaknya punya adek yang doyan makan; umpanin aja, trus minta tolong buat panggilin tukangnya deh, hehehee…

Pas tukang ketopraknya dateng, sambil ngambil piring di dapur, Agam berseru ke gue : “Kak, lu mau ketopraknya apa ??”

“Nggak pake ketupat, sama kerupuknya dibanyakin, Gam !!”

“Pedes, nggak ??”

Gue terdiam sebentar. Hmmm… sedikit keluar dari kebiasaan : ketoprak pedes kayaknya enak juga nih. “Yang pedas aja Gam !!”, jawab gue, balas berseru, “…Thanks ya !!”.

10 menit kemudian, Agam masuk membawa 3 piring ketoprak & menaruhnya di meja makan. Air liur gue langsung terbit, “Hahahahaaa… mari kita menggasak ketoprak !! Bon Appetite !!” seru gue antusias sambil mengaduk-aduk ketoprak gue, lalu menyiramkan ekstra kecap ke atas gundukan kerupuknya. Ibu udah asyik mengunyah kerupuk2 bersiram kecap & bumbu ketoprak, sementara Agam udah menggasak nyaris setengah gundukan ketoprak di piringnya.

OK, ketopraknya mulai gw lahap. Pas gue mengunyah sesuap…

… gue sontak terdiam…

… dan detik berikutnya, langsung keselek mpe batuk2.

Maaaaaakkk, ketopraknya PEDESSSS BANGETTTT !!!

Mirip orang kejang2, gue kelabakan melambai2 ke arah dispenser sambil berseru, “Air… air !!!”. Ibu langsung mengangsurkan segelas air hangat ke gue, sementara Agam melongo di tempat duduknya.

Saat menjawab pertanyaan Agam pas tadi memesan ketoprak… yang teringat adalah : kayaknya makan ketoprak pedes enak banget, deh…

Tapi yang gue lupa adalah : Agam punya derajat penerimaan rasa pedas yang…agak-agak abnormal, let’s say, nggak seperti orang kebanyakan pada umumnya. Bagi lidah-nya Agam, kira-kira definisi “pedas” itu adalah seperti ini :

Rasa manis bagi Agam = rasa pedas bagi orang normal.

Rasa pedas bagi Agam = membakar-mulut-makan-api, bagi orang normal.

Maka jadilah ketoprak gue disamakan definisi “pedas”nya dengan definisi “pedas” menurut Agam. Nasib. Agam emang maniak makan cabe-rawit. Kalau pesan Nasi Goreng Cabe Rawit, dia selalu menulis notes tambahan : ‘cabe rawitnya dibanyakin’, di sebelah tulisan pesanannya. Setelah pesanan nasi gorengnya keluar, Agam akan minta lagi secawan sambel kecap-asin dengan banyak cacahan cabe rawit. Ali, yang hobinya minta-icip-icip makanan sambil berseru memelas “Bagi doooongg…??”, bersaksi kalau hanya makanannya Agam-lah yang dia nggak pernah berani cicipin, dengan alasan : “Bisa meledak ntar mulut gue !!”. Gue & Ali sering berimajinasi kalau Agam tu  sebenarnya adalah salah satu mutan X-Men yang punya kekuatan super berupa semburan api menyala-nyala dari mulutnya, yang menyembur setelah Agam makan berpiring-piring cabe rawit .

“Giling lu, Gam…” ucap gue disela-sela meneguk air, “… P-P-PEDES BANGETTT !!”

“Lah… katanya kan lu mau yang pedes, Kak ?”

“Iye, pedes… tapi bukan pedes-nya elu, Gam !!

Oh

… Iya yah…” gumam Agam dengan ucapan “oh” yang biasanya dikeluarkan oleh orang yang nggak sengaja menduduki telur sampe pecah, “Gue lupa, Kak… Maafin gue ya, kak… Maaf !!”

“Sama abangnya ini dimasukin rawit berapa biji, Gam ?” tanya gue sembari menunjuk ketoprak neraka didepan gue

“…”

“…”

“… d-delapan biji, Kak…”

DELAPAN BIJI ????!!!

.

.

.

Pelajaran yang gue dapat di pagi itu : memesan ketoprak pedas ke Agam sama berresikonya dengan gak sabaran menyeruput hidangan sup enak yang masih panas-panas mendidih.

You know laah, sama-sama bikin lidah “terbakar”.

Lain kali, gue harus memastikan untuk bilang : “…cabenya dua biji aja ya, Gam… bukan DELAPAN”, saat mendefinisikan tingkat kepedasan ketoprak yang diinginkan.