dsc06960Hihihi, gue lagi kangen sama penganan yang satu ini : siomay πŸ˜€

Dulu jaman tinggal di JKT, gue sering beli siomay di abang2tukang yg jualan siomay pake gerobak (bukan yang pake sepeda!). Biasanya kalo udah sore2 jam 4, bisa sampe enam tukang siomay lewat didepan rumah gw !!! Ternyata, populasi tukang siomay di JKT tu banyak juga ya’…

…OK, kembali ke siomaaaay,Β 

gue selalu makan siomay yang disiram hanya dengan bumbu kacang & kecap. Gue nggak berani makan saosnya, hiiiiy ! Tapiii… pas si abangnya mau nyiramin siomay pesanan gue pake kecap, gue langsung menyorongkan sebotol kecap kesukaan gue & bilang, “Bang, pake kecap ini ajah, Bang… hehe…”

(Kayak iklan kecap aja ya’ gue ? πŸ˜› )

Setelah minggu lalu kami dikirimin bumbu pecel oleh bunda & tante Anthi, gue mendadak jadi pengen… makan siomay (bukannya pengen makan pecel madiun, hihihi). Gue pun mulai cari-cari resep siomay-Bandung di internet. Namun, apakah saya kemudian akan membuat siomay sendiri ?

OH, TIDAK… soalnya saya sedang males masak πŸ˜€ instead, pas semalam belanja ke Tesco, gue & Baim beli sebungkus dimsum udang yang (in my opinion) rasanya mirip dengan siomay Bandung. Hihihi… tak ada siomay, dimsum-pun jadi πŸ˜€ Rasa sambel pecel pun juga gak jauh2 beda-lah sama sambel kacangnya siomay, cuma beda di pemakaian ketumbar & bumbu kencur aja (gue pikir, ini cuma pembelaan gue aja yang terlanjur ngidam siomay & akan menghalalkan segala cara agar bisa menikmatinya)

πŸ˜€

Tanpa menunggu sampai termimpi-mimpi makan siomay, tadi pagi gue langsung mengukus beberapa butir “siomay”-dimsum & kentang (gue lupa bikin telur rebusnya πŸ˜› ). Siang ini, akhirnya…Β  gue & Baim menikmati “siomay” sebagai cemilan sebelum makan-besar πŸ˜€

dsc06961
...nyammm, nyammm..!

HOREEEEE…!!! πŸ˜€