Beberapa hari ini, nggak cuma penyakit bintitan-durjana saja yang menyerang gue… gue juga kena penyakit “Kangen Jakarta”.

Seumur-umur hidup tumbuh di Jakarta, gue gak pernah kepikir kalau suatu saat bakal kangen sama kota yang riuh-ramai-sumuk-&-padat ini. Tapi ternyata, baru pindah ke wilayahnya tetangga sebelah aja kangennya udah setengah-idup. Aneh 😛

Man, i missed Jakarta… gak tahu kenapa, bisa kangen (kronis) kayak gini lagi… seperti April kemarin.

Gue kangen Jakarta. Gue kangen sama kamar gue. Gue kangen sama kolong tempat tidur gue yang berupa sebuah laci-tarik besar berisi koleksi buku-buku gue. Gue kangen (dipaksa) bangun pagi-pagi & kesandung laci-buku yang masih terbuka, karena sebelum tidur gue selalu lupa untuk menutupnya & membiarkan buku yang gue baca sebelum tidur tergeletak di samping gue. Gue kangen jatuh tertidur dengan masih memakai kacamata (yang mana menjelaskan sekali kenapa frame kacamata gue selalu jadi bengkok sebelah). Gue kangen menghabiskan malam di kamar nonton DVD “Everybody Loves Raymond”, sambil bergelung dalam selimut. Gue kangen ketiduran saat menanti SMS balasan dari Baim, atau begadang sama laptop gw di kamar sambil menunggu datangnya e-mail balasan dari Baim.

Gue kangen Kuri-Kuro, dua kura2 peliharaan gue yang petakilan. Gue kangen sama suara ribut klutekan yang Kuri-Kuro timbulkan karena dulu kandang mereka terletak tepat di samping jendela kamar gue. Gue kangen bangun pagi & saat melihat ke jendela, mendapati si Kuro atau si Kuri sedang mengamati gue dari balik kandang mereka. Gue kangen bermalas-malasan di tempat tidur di sabtu pagi sambil mengamati Kuro-Kuri yang asyik berenang-renang atau berusaha keluar dari kandangnya. Gue kangen ngasih makan Kuri-Kuro, dan gue kangen mengamati betapa rakusnya mereka saat gue kasih makan. Gue kangen menghabiskan pagi gue dengan minum teh hangat, lalu menggosok punggung Kuri-Kuro & menaruh mereka dibawah sinar matahari pagi sesudahnya. Gue kangen menghabiskan waktu ketawa-ketawa ngakak sendirian saat nonton re-run serial F.R.I.E.N.D.S di TV. Gue kangen melakukan kegiatan “mari-mencela-artis-artis-Infotainmen” bersama ibu, atau adek2 gue. Gue kangen nonton Srimulat & Extravaganza (yang duluuu) bareng2 keluarga di rumah. Gue kangen masak bareng bokap. Gue kangen nonton film bareng nyokap & seru membahas cerita film tersebut sesudahnya. Gue kangen membajak tante-tante gue jalan2 ke PS atau Sency, lalu makan di Sushi Tei sesudahnya 😛 Gue kangen main-main di rumah tante gue & ngaso disana sampe malam. Gue kangen ngejahilin sepupu-sepupu gue yang masih kecil. Gue kangen makan masakan buatan ibu & ayah. Gue kangen jalan-jalan sama ibu ke Mayestik & Tenabang : dua tempat dimana waktu rasanya berhenti saat kami asyik didalamnya sedari pagi hinggap di satu toko ke toko lainnya, berburu kain, baju, seprai, mukena, pernak-pernik lainnya… well, sebenarnya kami-nya aja yang nggak sadar waktu karena keasyikan hunting bahan & window-shopping 😛

Gue kangen sama suara sember-nya bajaj yang membahana di malam hari saat lewat didepan rumah gue. Gue kangen melihat (dari balik jendela bus) kehidupan yang menggeliat saat Jakarta terbangun di pagi hari. Gue kangen pagi-pagi dimana saat mata masih ngantuk, gue udah harus nunggu bus (sambil membungkus diri dengan jaket), supaya bu guru ini nggak telat masuk sekolah. Gue kangen sama lift barang di sekolah tempat gue dulu bekerja (meski gue pernah terjebak didalamnya dan sumpah-itu-ngeri-banget). Gue kangen sama aroma ruangan kelas gue dulu. Gue kangen menghabiskan sore di  hall teratas/beranda di  atap sekolah & mengagumi pemandangan sunset di langit sore yang terbentang di atas jalan TB Simatupang. Gue kangen sama Mango Yogurt Juice buatan mbak Hajar/mbak Mega di kantin sekolah. Gue kangen sama sore-sore yang gue habiskan bersama sobat-sobat guru sambil melahap seporsi Sup Tekwan DAN Pempek Pistel.

Gue kangen berjalan kaki di BenHil & Sabang, melewati kerumunan kios makanan yang menghembuskan aroma harum masakan yang dijajakan… namun ironisnya bercampur dengan sumpeknya asap knalpot bajaj & bemo. Gue kangen melahap ketoprak & nasi padang. Gue kangen keluar malem-malem hanya untuk ke Alfamart beli Chitato, atau ke Seulawah beli Mie Aceh. Gue kangen sama Emak-Kue dan pastel gurih + bakwan goreng raksasa yang dijualnya. Gue kangen sama aroma manis yang menguar dari counter JCo atau Breadtalk, as well as aroma gorengan, roti bakery Wirco & kue putu langganan yang lewat di depan rumah tiap sore. Gue kangen melahap bubur kacang hijau yang dijajakan oleh mamang2 yang sama sejak jaman gue masih TK; rasa bubur kacang hijaunya nggak pernah berubah sedari dulu… selalu enak & nostalgic. Gue kangen sama kios ponsel di BenHil tempat gue beli pulsa isi-ulang, yang mana mbak-mbak penjualnya ramah banget & asik buat diajak ngobrol ngalor-ngidul sembari gue nunggu pulsa gue masuk ke HP. Gue kangen lari pagi sama Gita. Gue kangen sama Pecel Madiun yang selalu gue santap seusai lari pagi (yeaaah, kalori-nya balik lagi). Gue kangen sama jalan-jalan yang gue lalui setiap sore sepulang kerja. Gue kangen menyusuri jembatan-jembatan penyeberangan, yang jadi bagian dari rute gue pulang & selalu jadi pengganti olahraga kardio sehari-hari 😉 Gue kangen menyusuri trotoar jalan Thamrin. Gue kangen jalan kaki ke Plangi. Gue kangen sama waktu yang gue habiskan sendirian sepulang kerja, jalan-jalan cuci-mata sambil memanggul ransel laptop, hanya untuk melelahkan diri supaya sampai di rumah bisa istirahat enak. Gue kangen sama siang-siang yang gue habiskan dengan  berburu buku di Gramedia, atau di pasar buku Kwitang. Gue kangen sama aroma toko buku Gramedia, nggak tahu kenapa, beda aja aromanya sama toko2 buku disini.

Gue kangen menjadi salah satu penumpang setia bus TransJakarta. Gue kangen capek-capek mengejar bus kopaja  di sore hari, either supaya tepat waktu sampai di Plangi untuk janjian ketemu sama Mariani di Solaria, atau supaya sampai di rumah sebelum waktu maghrib habis. Gue kangen singgah di sate Padang Takana Juo cuma buat ngemilin sate padang nggak pakai ketupat, lalu 15 menit kemudian saat sampai di rumah, gue bakalan makan lagi melahap masakan buatan ibu-ayah. Gue kangen menyeruput Strawberry Juice di Sabang. Gue kangen sama roti-rotinya Sakura Anpan. Gue kangen makan Es Potong di Asemka sama Mosi. Gue kangen menemani Kiky-Virgo menggasak nasi timbel di Ampera & menemani Harty beli CaKwe & Odading favoritnya di BenHil. Gue kangen nonton di bioskop TIM. Gue kangen makan nasi goreng Pak Gendut & Mie Ayam Blo’on. Gue kangen sama tempelan tanda “NO SMOKING” di mobilnya Rezy, dan masih penasaran pengen mencoret bagian yang nggak terkena tanda silang tersebut dengan spidol merah. Gue kangen hop-in naik bus TransJakarta hanya untuk jalan2 aja & saat pulangnya, menikmati kerlipan lampu-lampu malam di Jakarta dari atas jembatan penyebrangan. Gue kangen nyaris-ketiduran didalam bus. Gue kangen sama lampu neon redup yang menerangi halte busway. Gue kangen ngetawain mobil-mobil yang merayap padat memenuhi jalan Sudirman saat macet parah after-office-hour melanda. Gue kangen menghabiskan sore di halaman Museum Fatahillah, baik itu bersama sobat gue (setelah sebelumnya disamperin penunggu museum), atau sambil menemani Mosi hunting foto… atau sendirian saja, menikmati temaramnya sinar matahari di langit sore Jakarta & sesekali dalam hati bertanya: apakah langit sore ini sama dengan langit yang dia lihat… disana ?

Gue kangen…  dengan nafas kota, aroma, dan kehidupan yang berdenyut di  kota Jakarta ini.

Memang senang rasanya kalau bisa kembali lagi ke Jakarta 😀