Beberapa kota besar di berbagai negara dibangun dengan taman-taman di tengah kotanya; menjadi semacam ruang publik bagi warga kota untuk berkumpul & ber-rehat. Sebutlah Central Park di New York, Hyde park di London, atau malah gak usah jauh-jauh dari Jakarta : Kebun Raya Bogor πŸ™‚ Huhuhu, gue masih inget betapa doyannya gue menghabiskan waktu senggang gue di KRB, bermalas-malasan di sebuah bangku dibawah salah satu pohon pinus, menikmati matahari sore disana, makan rujak buah atau sekedar leyeh-leyeh sambil baca buku…

Setelah dibangunnya Peel Park di Salford, kota-kota lain pun membuat banyak taman untuk ruang publik bagi warga kota (urban/public park). Memang, tidak sedikit dari taman-taman kota ini menyimpan “sejarah kelam”, seperti halaman stadhuis/museum Fatahillah-Jakarta yang menjadi tempat pelaksanaan hukuman mati di tahun 1600an; atau Parc Monceau-Paris yang menjadi tempat pembantaian pemberontak commune oleh tentara Napoleon III pada tahun 1871(peristiwanya yang dikenal sebagai “La Semaine sanglante” (The Bloody Week)) .

Tapi… bagaimanapun juga, taman kota yang nyaman & aman (i repeat : AMAN) mutlak dibutuhkan bagi para warga kota untuk sejenak “menyelinap” dari riuh & bisingnya hidup. Ini menurut gue ya. Taman kota bisa jadi sesuatu yang “memanusiakan” warga kotanya, membuat warganya tetap “waras” diantara tekanan hidup di kota. Dengan adanya taman kota yang aman & nyaman, orang-orang bisa menghadiahi diri dengan piknik makan siang di taman (tapi nggak nyampah yaa), jalan-jalan diantara pepohonan untuk “menurunkan” makan siang di perut, berteduh di bawah pohon sambil baca buku atau koran, olahraga pagi di jogging track yang disediakan di taman kota, bawa anak jalan-jalan sambil membiarkannya puas jumpalitan di atas rumput, atau sekedar duduk diam, menikmati gemerisik daun & desau angin menghembus diantara dahan pepohonan… Hmmm, nikmatnya hidup ini πŸ™‚

Kemarin pas ke KL, gue sempat ke sebuah taman di distrik KLCC, named KLCC Park. Letaknya pas didepan Suria Mall-KLCC. Puyeng melihat banner “SALE !” dimana-mana (tapi dompet lagi tipisss) dan harga2 barang di mall, duduk sejenak di taman KLCC ini terasa begitu… melegakan. Dengan sebotol air dingin & beberapa potong roti, gue menghabiskan sisa waktu 2 jam di taman ini… menikmati sekeping ketenangan ditengah riuhnya kesibukan kota KL, sebelum minibus hotel menjemput gue untuk kembali ke Putrajaya. Tampak banyak orang yang menggunakan taman kota ini untuk jalan-jalan, foto2 & bersenang-senang, berkumpul dengan teman, atau sekedar duduk melepas penat. Beberapa warna bebungaan turut menyemarakkan isi taman, meneduhkan hati saat memandangnya. Sayup-sayup terdengar suara cericit burung2 yang hinggap pepohonan… sampai gue nyaris nggakpercaya kalau diluar taman sana adalah belantara beton yang penuh oleh suara bising kehidupan kota.

suria-mall-petronas-twin-towers-klcc

dsc026111

… suasana yang kayak gini nggak bakal ditemukan di tengah kota JKT, eh ? Monas aja masih rada gersang gitu. Gue dengar, rusa-rusa yang dipelihara di taman monas aja pada stress, gimana manusia yang kesana, coba ??? πŸ˜› Gue punya bayangan, kalau seandainya saja halaman museum Fatahillah bisa dijadikan taman yang teduh seperti ini. Pasti akan jauh lebih indah daripada KLCC Park. Hmmm, masih mimpi kali ya; tapi bukannya gak mungkin terwujud, kalau warga Jakarta sendiri tergerak & bergerak untuk meminta hak mereka akan sebuah tempat yang bisa “memanusiakan” warga kota dengan keteduhan & kerimbunannya : taman kota yang nyaman, aman & decent. Semoga.

Next : Hyde Park – London & Le Parc Monceau – Paris πŸ˜€

(Amiiiiiiiinnnn…!!)