Have i told u that during my first month in Penang, I had a massive Indonesian-mouth attack ? Hahaa, kampungan banget yah. Padahal gue tinggal di sebuah kota yang terkenal sebagai a BIG culinary “melting pot”, dimanamasakan ber-mahzab Mamak (india muslim), Nonya, oriental-cina, Melayu & Thai…semua ada disini. Plus, Penang dilimpahi kekayaan makanan hasil laut (pastinya) tasty saat dioleh oleh masing-masing mahzab tersebut. Benar-benar surga kuliner-lah Penang ini 😀 Cuma, foodsick- yang gue derita akhirnya sembuh juga setelah disini, gue menemukan warung nasi pecel ayam Lamongan 😀 Whuedeee… rasa sambel ulek terasi-nya manteeeep bo’, endang-bambang-lekker 😛

Penang punya banyak makanan populer, seperti  Penang char kuay teow seafood,  hokkien mee, nasi kandar, curry mee, tom yam mee, chicken blackpepper rice, claypot rice, Hainan-chicken rice, roti canai kari, roti jala, ais kachang, mee bandung… Nah, semua makanan itu stall-nya berceceran dimana-mana di seluruh penjuru Penang  🙂 Kalau dicoba semua, dijamin ngiler tiada henti dan mengakibatkan pertambahan waistline-size yang signifikan, hehe. Dengan reputasi pemakan-segala yang mendarah daging,  sekali-suakali mah gue hayuk-hayuk aja menikmati kekayaan kuliner di kota Penang ini. Tapi kalau cari makanan khas Penang yang rasanya “segar”, ini dia nih makanannya :  Laksa.

Laksa di Malaysia itu ibaratnya SOTO di Indonesia. Segala jenis laksa ada di Malaysia.. dimana setiap negara bagian punya jenis laksanya masing-masing. Trademark-nya Malaysia-lah. You name it, they have it. Gue tahu ini setelah baca infonya di wikipedia. Memang, di Indonesia juga ada laksa… tapi setahu gue cuma laksa ayam, laksa Bogor, lakso Palembang dan laksa betawi. Cukuplah Indonesia berbangga dengan jenis soto-sotoannya yang buanyaaaak dan enak-banget. Kalo soal Laksa, Malaysia juaranya 😀 Satu lagi, kalau beberapa jenis soto di Indonesia disajikan dengan mie bihun yang tipis-tipis, laksa Malaysia WAJIB disajikan bersama mie-beras yang berdiameter lebar, gak sehalus bihun.

Laksa pertama yang gue coba adalah assam laksa di OldTown Cafe, yang gue makan saat bukapuasa. Ufff, rasanya agak jauh dari yang digembor-gemborkan. Tasteless. Tapi gue masih penasaran akan legenda kelezatan asam laksa (apalagi setelah lihat Bondan Winarno menggasak semangkuk asam laksa Penang dengan buasnya sambil berkata “Pemirsa, rasanya MAKNYUSSSS…”). Gue gak mau menyerah dengan pengalaman pertama gue melahap laksa. Gue memutuskan untuk melanjutkan pencarian gue akan laksa yang lezat.

Pas Lebaran di Kelantan, gue sempat mencicipi laksa a la Kelantan & Trengganu yang gurih bersantan; namanya Laksam. Disajikan dengan mie beras yang lebih menyerupai gulungan kue beras kenyal-kenyal, Laksam ini agak mengingatkan gue akan burgo-lakso Palembang. Cuma, rasanya lebih segar, harum.

Ini Laksam a la Trengganu, mie beras-nya tebel-tebel...
Ini Laksam a la Trengganu, mie beras-nya tebel-tebel…

Pas silahturahim ke rumahnya Irfan, temennya Baim yang berasal dari Kelantan juga, kami disuguhi asam laksa penang & laksa Kelantan (kalo dalam dialek Kelantan, disebutnya “Lakse…”). Rasanya jauuuh lebih lezat dibandingkan laksa-cafe yang tasteless itu 😛 Gurih, asam, asin, pedas dan… segar. Gue sampe gak malu-malu nambah pas disuruh ibunya Irfan buat nambah, hehehe…

asam laksa buatan ibunya Irfan...
Assam Laksa buatan ibunya Irfan…
Laksa Kelantan... buatan ibunya Irfan juga
Laksa Kelantan atawa Lakse… buatan ibunya Irfan juga. Rasa kuah bumbunya mirip dengan kuah bumbu Laksam

Kak Ilah, teman labnya Baim, sempat bilang kalau laksa keluaran Laksa Shack (resto fastfood malaysia yang khusus menjual laksa & makanan malay lainnya) itu enak banget. Plus, halal. Yup, disini kehalalan menjadi faktor penting diterima-enggaknya sebuah makanan oleh orang2 melayu yang mayoritas adalah muslim; laksa yang dijual di pasar-pasar (kayak Asam Laksa di pasar Aer Itam yang terkenal) biasanya dijual di section restoran cina oleh chinese pula, dan ada peraturan nggak-tertulis yang strict di Penang ini bahwa masakan dari resto cina disini itu nggak dijamin kehalalannya, kecuali kalau memang si pemilik resto memasang plang “halal-food” (dan pastinya sebelum itu, resto tsb harus diinspeksi oleh badan urusan halal ybs).

dsc06756
Akhirnya, pas ke Suria-KLCC, kesampean juga makan Assam Laksa-nya Laksa Shack

Aaaanyway, apapun jenis laksa yg gue makan, ada satu rasa “sheer” segar, ngeblend dengan gurihnya kuah laksa. Yang bikin lobus olfaktori gue nagih makan, dan makan lagi. Rasa “sheer” yang bikin gue masih mau menghabiskan asam laksa-OldTown yang mengecewakan itu.

Ada yang bilang, laksa itu dapat pengaruh dari cina atau persia, dimana sebutan “laksa” berasal dari nama sejenis bihun cina. Di Malaysia sendiri, jenis laksa ada dua, berdasarkan tipe kuahnya : curry laksa (dengan santan) dan assam laksa (tanpa santan). Apapun yang ditaro ke dalam laksa-nya, bahan-bahan wajibnya laksa ini adalah mie beras dan daging ikan mackarel (kembung). For assam laksa, surely, they put a generous amount of tamarind (asam jawa). Gurih-asamnya laksa ini kemudian dipadukan dengan aroma segar daun kesom (polygonum leaf, atau vietnamese-mint leaf), daun mint, irisan bunga honje (bunga jahe, yang disini disebut bunga kantan), bawang merah, selada air & cili padi. Hmmmm… no wonder gue jadi nagih, segarnya itu lho. Ada campuran rasa yang pas antara gurih-asamnya kuah ikan, dengan rasa segar cacahan daun kesom & irisan bunga honje. Jujur : GUE CINTA sama Laksa. Apalagi assam laksa. Ini adalah salah satu makanan Malay yang rasanya nyambung sama lidah & jiwa gue.

Sampai saat ini, gue masih meneruskan pengembaraan gue mencari laksa yang rasanya “maksnyusss”… Sukur-sukur kalau ada kesempatan melancong ke negara bagian lain, gue niatkan untuk menikmati kelezatan laksa khas setempat.

Sampai jumpa lagi dalam pengembaraan kuliner selanjutnya… 😀