Sebelumnya, selamat beribadah puasa Ramadhan yaa bagi yang menunaikan. Di Tromsø, 1 Ramadhan 1434H jatuh pada tanggal 10 Juli 2013. Dan ini kali pertamanya perdana puasa di tempat yang nggak segaris sama garis khatulistiwa 😆 Puasa di kutub! Banyak teman-teman yang nanya: ntar puasa di Tromsø gimana, Ai? Enak dooong puasa dingin2?

Jujur aza: cuaca gloomy dingin sepanjang hari kayak foto di atas nggak bikin puasanya jadi enak-enak banget kok 😆 Plusnya cuma nggak panas aja. Yang paling kerasa sih tenggorokan cepet kering, karena memang udara disini kelembabannya rendah. Jadi bikin kerongkongan perih juga. Supaya udaranya agak lembab, gue taruh semangkuk air hangat di meja makan untuk humidifier. Sejauh ini alhamdulillah kerasa enakan. Hidung nggak perih lagi tiap narik napas. Trus dalam cuaca dingin begini, secara fisiologis akan bikin orang jadi bolak-balik pipis untuk menjaga panas suhu tubuh. Saat sahur, ini bisa diakalin dengan banyak makan buah & biskuit/roti gandum (selain minum air kayak onta haus sampai kembung… Kidding). Buah, sayur & oatmeal bisa 'menahan' cairan untuk tinggal lebih lama dalam saluran pencernaan, selain bikin kenyang lebih lama. Untuk menjaga asupan cairan, tiap sebelum & sesudah sahur dijatahin minum air masing-masing 300-400ml. Begitu pula saat berbuka puasa, sebelum & sesudah makan malam. Disempetin beli gelas tumbler yang ada teraan mililiternya. Minum teh pun juga gue batasi, karena teh sifatnya diuretik. Yang sebelumnya minum teh 3-4 cangkir sehari, udah 3 hari ini cuma minum teh manis saat berbuka aja. Trus dingin-dingin begini sebenarnya lebih cepat kerasa lapar, hahaha… Yah bayangin aja kalo tinggal di Puncak Cibodas sana, bawaannya apa nggak pengen ngemil terus tuh. Di Cibodas suhunya cuma 20'C, lha disini 8'C? 😆 Walhasil tiap jam yang muncul di kepala adalah bayangan indomi ayam bawang telor kornet.

Tapi tantangan terberatnya adalah: berasa sluggish, pengennya males-malesan bobooooo terus. Yah namapun udara dingin, dorongan untuk hibernasi tarik selimut terasa besar sekaliii. Tapi kalo malasnya diturutin, badan makin terasa lemes. Jadi yah aktivitas sehari-hari tetap jalan terus. Bebersih rumah, nyuci baju, ngangon Alma, etc etc. Untuk lari, cuti dulu. Sebagai gantinya pas malam setelah tarawih diganti tabata atau circuit training 4 set. Mau lari juga cuacanya lagi jelek: nyaris setiap hari hujan deras pake angin kencang sampai malam. Suhunya pun ngedrop sampai 8'C. Olahraga kan buat sehat ya, bukan buat bikin masuk angin, hehe.

Satu fenomena unik di pertengahan musim panas yang jatuh bersamaan dengan Ramadhan tahun ini di Tromsø adalah Midnight Sun. Kalo menurut wikipedia:

The midnight sun is a natural phenomenon occurring in summer months at places north of the Arctic Circle and south of the Antarctic Circle where the sun remains visible at the local midnight. Around the solstice (June 21 in the north and December 21 in the south) and given fair weather the sun is visible for the full 24 hours.

Seperti yang udah diceritakan di blog post yang lalu2, Tromsø di pertengahan musim panas ini terang-benderang terus selama 24 jam nonstop. Iya, nggak ada malamnya, nggak ada sunset. Ini ada hubungannya dengan kemiringan axis bumi, gerakan rotasi & revolusi bumi terhadap matahari… tapi gak akan dibahas disini; kalo penasaran silakan googling sendiri 😛 Nah, kondisi terang nonstop 24 jam ini ngaruhnya ke jadwal shalat. Waktu shalat itu kan didasarkan pada pengamatan posisi matahari dalam satu hari ya. Kayak masuk waktu dzuhur itu saat setelah matahari 'tergelincir' melewati atas kepala, maghrib itu sesaat setelah matahari terbenam & muncul merah2 di langit, and so on. Kalau selama 24 jam mataharinya di atas kepala terus, susah juga menentukan kapan masuk waktu maghrib… Lha wong mataharinya nggak kunjung terbenam. Akibatnya, sulit juga menentukan kapan masuk waktu berbuka puasa.

Kalau app jadwal shalat lokasinya di-set di Tromsø, akan terlihat jadwal maghrib-isya-subuh amprokan semua di pukul 00:00. Ya karena mataharinya nggak keliatan terbenam. Trus gimana mau buka puasa kalau dari maghrib ke subuh nggak ada jeda waktunya? Trus sholat maghrib-isya-subuh kan gak boleh dirapel ketiga2nya 😆 Kalau jadwal shalatnya mengikuti kota terdekat dari Tromsø yang masih terlihat ada matahari terbenam, susah juga… Lha wong di pertengahan musim panas ini seluruh Norwegia kompakan mengalami midnight sun. Akhirnya dibuat semacam kesepakatan khusus oleh Islamsk Råd Norge (semacam Islamic Council of Norway) bahwa untuk Ramadhan yang jatuh di pertengahan musim panas (ketika ada midnight sun), jadwal shalatnya mengikuti waktu shalat di Mekkah. Ini hanya berlaku pada tahun dimana Ramadhan-nya jatuh di pertengahan musim panas (di bulan-bulan yang ada midnight sun). Fatwa ini baru disepakati bersama beberapa tahun belakangan, hasil godokan IRN & ECFR (European Council for Fatwa and Research, yang diketuai Yusuf al-Qardawi).

Nah kalau puasa Ramadhan jatuh di awal atau penghujung musim panas (dimana udah nggak ada midnight sun), ketentuannya lain lagi: waktu maghrib ditetapkan dengan mengamati kemunculan mega-merah yang membedakan malam dan pagi. Dari ceritanya Tisyonk yang dulu tinggal di Oslo, ini kejadian pas Ramadhan 3-4 tahun yang lalu, yang jatuh di pertengahan Agustus-September. Tapi ada satu poin penting yang ditekankan oleh IRN: pengamatan hilal & mega-merah di langit saat peralihan waktu dari malam ke pagi tidak didasarkan dari pengamatan kasat mata orang awam lho… Tetapi harus oleh para ahli ilmu falak/astronomi. Jadi intinya: serahkan kepada ahlinya lah. Kalau semua sudah kompak mau percaya sama hasil pengamatan dari satu badan ahli resmi, maka puasanya juga gak usah pake repot beda2 segala, trus pake dibahas urusan kenapa harus beda, endebra-endebre. Di situs mesjid Al Nor Senter Tromsø, prayer remindernya sudah diset mengikuti jadwal shalat di Mekkah.

Seru ya; tadinya gue sempat degdegan takut nggak kuat menjalani puasa extra-lama sepanjang musim panas. Sekitar 19 jam, kalo ikut perhitungannya Muslim World League untuk daerah zona waktu GMT +1. Pernah juga pas ngobrol di bus dengan Zainab, muslimah dari Somalia yang yang sudah empat tahun tinggal disini, dia cerita kalau tiga tahun yang lalu itu puasa Ramadhan di Tromsø bisa berlangsung sampai… 20 jam! Bok, dua puluh jam, bok. Itu mah gue keburu pingsan duluan 😆 Tapi dengan adanya fatwa baru tersebut jadi ada keringanan khusus untuk kondisi Tromsø yang memang 'khusus', alhamdulillah.

So, puasa di tanah air terasa berat? Jangan kuatir… Inget-inget aja cerita puasa dari kutub utara ini: takjilnya nggak bisa sering-sering pakai kolak pisang & es blewah sirop marjan, nggak bisa gasak nasi padang buat makan malam, plus puasanya bisa sampai 16-19 jam 😆