Siapa tuh yang postingan sebelumnya bilang mau tidur jam 12 ? Siapa, ha ? Siapa ?? *lupaingatan*

Jam duabelas-apaan. Yang ada gue baru tidur jam 5 pagi. Serius. Penyebabnya ? Alma fussy (lagi) ๐Ÿ™ i wish i knew apa yang bikin Alma semalaman restless & nggak nyaman; dia hanya bangun, nangis, nyusu banyak banget, lalu tidur lagi, bangun lagi saban sejam… dan ditutup dengan tangisan maut pas jam 5 pagi. Menyisakan emaknya yang sukses teler & kembali melumurkan minyak angin di setiap sendi tubuhnya. Setelah nyerah & Baim ngambil alih ngangon Alma, gantian gue yang tidur. Mintanya sih dibangunin jam 7, sejam sebelum rencana berangkat ke mesjid kampus. Tapi ternyata… saking belernya, malah ngaret setengah jam, kebangun dengan kepala hangover berat dilatarbelakangi suara Alma nangis.

Gusti Allah, paringi kulo sabar…

Eniwei, akhirnya di pagi itu setelah gedubrakan mandi, mandiin Alma & beberes rumah, jam 8.10 kami berangkat dari rumah menuju halte bus, terbirit-birit sambil gendong Alma. Jadi olahraga deh. Gimana olahraganya, lu bayangin aja jalan cepat sambil nggendong anak seberat 8kg. Masih untung gue gak sampe mejret ๐Ÿ˜›ย  Sambil nyalip-nyalipinย  nenek-nenek (entah kenapa, pagi itu banyaaaak sekali nenek-nenek asyik jalan pagi sambil ngobrol-ngobrol) & melipir menghindari kerumunan pasar Lip Sin, mulut kami komat-kamit menggumam “Haduh, dapet dong busnya… dapet dong busnya… ada dong bus yang lewat”. Berharap moga-moga nggak telat ikut shalat idul adha.ย  Shalat idul adha di mesjid 200m dekat rumah itu mulai jam 8, sementara di mesjid kampus mulai jam 8.30; tapi kami pilih ke mesjid kampus karena selepas shalat bisa ketemu sama teman-teman & para dosen. Udah lama nggak ketemu, euy.

Alhamdulillah, doa kami pasangan muda yang menderita & ngosngosan capek ngejar bus ini langsung dihijabah; nggak sampai 5 menit nunggu di halte, eh busnya lewat ๐Ÿ˜€ Horeeee, nggak telat ikutan shalat ! Sebenarnya Baim aja yang ikutan shalat ied, sementara gue nunggu manis di pelataran masjid bersama Alma, sambil ngeliatin anak-anak arab lari-larian main di lapangan kampus. Lucu deh lihat anak-anak perempuannya pakai baju cantik-cantik… anak lakinya ada yang didandani pakai jas segala ๐Ÿ˜† Dalam tradisi arab sendiri lebaran haji ini lebih meriah diperingati dibandingkan idul fitri (kebalikannya dengan tradisi melayu dimana idul fitri dirayakan lebih meriah). Begitu khutbah selesai, langsung ngumpul bareng pelajar Indonesia sambil ngemil kue & jus dari toko arab. Kenyang ngemil, lanjut ke rumah pak Rahmat bareng Puspa & Maulana. Pulang dari sana, webcam-an sebentar dengan keluarga di Jakarta, ngasih lihat Alma jumpalitan. Bistu lanjut lagi ke rumah Zue untuk acara lunch bareng gank Parlimail ๐Ÿ˜€ Aaaah… benar-benar idul adha yang menyenangkan, meskipun akhirnya gue nggak jadi masak nasi uduk karena badan sakit-sakit hasil begadang semalam suntuk ๐Ÿ˜›

Di penghujung hari, sambil leyeh-leyeh setelah bayar hutang tidur, gue & Baim asyik ngobrolin berita prosesi haji & cita-cita kami buat naik haji bareng *amiiiin!*. Asyik ngobrol, topiknya meleber ke rasa penasaran gue akan orang-orang yang sempet berkilah/protes tentang sadisnya pemotongan sapi & kambing saat idul-adha; apakah mereka yang berkomentar “sadis !” ituย  juga doyan makan steak, sate, bakso dan sejenisnya yang pake daging ? Pengen tahu aja. Soalnya kalo iya, rada “aneh” ya… bilang sadis, tapi ikut menikmati hasil dari kesadisan yang mereka protes ๐Ÿ˜› Oh, mungkin para vegan kali ya yang protes. Tapi kalau misalnya bilang “sadis” karena nggak kuat lihat prosesi penyembelihan hewan kurban, nggak usah meracau ndak jelas atau bawa-bawa wacana kekerabatan evolusi sapi-kambing-unta-domba & manusia sebagai sesama mamalia; lebih baik menyingkir sajalah dari arena TKP kurban, beres kan ? ๐Ÿ™‚

Yang gue yakini, makna kurban dalam islam nggak sedangkal seperti hari-penyembelihan massal sapi & kambing dalam jumlah yang fantastik. Maknanya juga lebih dari sekedar “berbagi”, tapi lebih ke “keikhlasan menjalankan perintah Allah s.w.t dengan ikhlas memberikan rezeki terbaik yang bisa diusahakan”. Itu sih yang gue tangkap. Sunnah muakkad, bagi mereka yang mampu. Bo’, nabi Ibrahim a.s aja dulu diujinya dengan perintah untuk mengurbankan anaknya… kurang berat apa coba. Berkurban ini ada perintahnya dalam Al Qur’an, ada tata caranya dari haditsย  & kesepakatan alim ulama. Ini yang lebih penting untuk dipahami oleh umat muslim. Kalau soal tampak-sadisnya sih :ย  Just my two cents, penyembelihan hewan kurban itu jadi keliatan sadis karena yang ngeliatnya nggak siap mental, dan umumnya dilaksanakan di tempat umum terbuka macam pojok halaman mesjid. Di tempat terbuka macam gitu, iya aja semua mata bisa lihat, baik mata yang siap-mental maupun yang tidak.ย  Coba kalau dilalukannya di sentra pemotongan hewan, atau tempat yang lebih secluded tapi rapih… bakalan lebih “menyelamatkan” mata, pemotongannya rapih & sistematik. Selain itu, di sentra pemotongan hewan pun dagingnya akan lebih bersih diolah sehingga terminimalisir dari kontaminan yang bakal bikin dagingnya rusak, termasuk kontaminan yang berasal dari pengemasan daging sebelum dibagikan. Ingat, mereka yang dibagikan daging kurban ini juga berhak mendapatkan daging yang masih segar & bersih, biar nggak kena sakit. Bagus juga tu ada yang bikin dagingnya diolah jadi daging kalengan; bisa dimakan nanti-nanti, plus untuk pembagiannya juga lebih mudah & bersih. Tapi ini sih pendapat gue aja kok. Bagi mereka yang merasa lebih afdol mendalami esensi berkurban dengan memotong sendiri hewan kurbannya, ya monggo-monggo aja.

Eniwei, taqabbalallahu minna wa minkum; semoga Allah menerima kurban kita sebagai bentuk takwa kepada-Nya. Selamat idul adha ๐Ÿ™‚ Eid mubarak !