Zaman-dahulu-kala saat single, setelah menikah sampai sebelum Alma lahir, gue nggak tidak terlalu suka bawa tas saat jalan-jalan. Mikirnya : kalau bisa hanya bawa handphone & dompet, buat apa repot bawa tas ?  😆
Seiring dengan berjalannya waktu (& “belajar” jadi cewek), akhirnya mengalahlah gue pada keadaan dan mulai membiasakan diri bawa tas. Tetapi tetap… masih lebih sering nekad bepergian dengan hanya mengantungi dompet-handphone-kunci rumah.

Setelah Alma lahir & “perdana” diajak jalan-jalan… tidak bisa lagi gue pergi-pergi dengan hanya mengantungi dompet, kunci & handphone. Instead, harus bawa tas khusus berisi segala pirantinya Alma, dari mulai popok, babywipes, baju-ganti, celemek, selimut tipis, changing mat, mainan kicrikannya Alma… waduh, ternyata barang bawaan Alma jauuuh lebih banyak daripada punya ibunya. Padahal masih bayi (atau… justru karena masih bayi ?). Akhirnya putar otak mencari tas yang ringkas dibawa, tetapi muat diisi segambreng survival kit-nya Alma  😉

Waktu hamil,  gue bertekad kalau selama tas tersebut gue yang cangklong, modelnya nggak boleh baby-ish dengan motif kartun & pinky-pinky frilly. The only pink-thing i want to carry is my daughter, not the baby bag 😆    Minimal nggak menyerupai diaper-bag awam yang beredar di pasaran.  Sempat tergoda ingin punya designer diaper bag yang stylish-sangaaat itu… tapi begitu lihat harganya, godaan itu pun “luntur”. Selain itu, dengan menggendong Alma dan mencangklong tas di salahsatu pundak, rasanya nanti akan pegal-sebelah. Mana mau pula Baim  mencangklong tas wanitawi di pundaknya ? Ya, Ibrahim memang suami super-pengertian… tapi dia nggak se-super itu 😆  Jadi tambah lagi satu kriteria : harus model tas yang rela dicangklong oleh sang popa.

OK, diaper bag a la bayi & stylish diaper-bag sudah dicoret dari list. Sempat terpikir untuk beli diaper backpack beneran… eh tapi kok sayang budgetnya. Kebetulan di rumah ada ransel laptop, bekas semasa masih kerja. Eiger-women series warna merah, cukup kuat & tahan air. Mudah dibersihkan pula, kalau-kalau terkena noda makanan.  Modelnya sporty favorit gue, tapi cukup macho untuk dipakai oleh suami. A-ha, problem solved !! 😉  Berbekal diaper-bag converter,  jadilah Alma punya diaper-bag  😀 Ransel model begini enak & ringkas… roomy, bahan tasnya kuat untuk di-’abused’ membawa bermacam-macam barang, serta ada banyak kantong untuk menyimpan segala piranti bayi, sekaligus barang-barang moma-nya  😀

Lalu, seberapa banyak sih amunisi bayi usia 2 bulan kalau dibawa jalan-jalan ? Buat Alma yang ibunya rada “koboi”, berikutlah isi diaper bag-nya :

– Changing mat wallet by Zaralde. Isinya : 4 pcs disposable-diaper, changing mat & baby wipes

– Baby cologne, baby top-to-toe wash (dalam wadah botol kecil, bekas hotel-amenities), diaper-rash cream, alcohol swab, baby hair lotion, hand-sanitizer, betadine, nivea cream, sebotol kecil VCO & band-aid

– Baju ganti Alma : 1 onesies, 1 legging/celana tutup-kaki, 1 dress katun, 1 celana pop

– Selembar popok tetra & saputangan handuk (untuk lap gumoh & alas kepala saat ganti popok. Dikemas dalam kantong plastik reusable; jadi kalau sudah kotor, tinggal dimasukkan dalam wadah plastiknya)

– Satu set celemek + topi kupluk + kauskaki (sama, dikemas dalam kantong plastik reusable)

– Tiga-empat lembar kantong plastik bekas belanjaan, dilipat-lipat kecil

– Rattles mainannya Alma

– Gunting kecil

– Selembar kerudung bermotif, yang dialih-fungsikan menjadi nursing cover  😉

– Compact powder, lipstick & krim vitamin E (pelembab wajah sekaligus  bibir). Dikemas dalam pouch warna jingga. Ini punya siapa lagi… kalau bukan moma-nya  😆

… dan semua piranti di atas disusun dalam diaper bag-converter Zaralde. Warnanya sengaja dipilih merah, karena itu warna favorit moma-nya Alma 😀

Oia, saya juga selalu bawa notes kecil, buku imunisasi & kartu DSA-nya Alma di  dalam diaper-backpack; in case of emergency. Keduanya ditaruh dalam kantung yang berfungsi untuk menyimpan laptop.

Ini adalah default isi tas kalau bepergian yang rada jauh & lama… seperti ke pantai, ke mall, belanja bulanan, atau piknik bersama kengkawan disini. Kalau hanya ke supermarket bawah, saya cuma bawa saputangan handuk buat menyeka ilernya Alma   Sebelum berangkat jalan-jalan, dipikir-pikir lagi pentingnya bawa barang apa saja. Karena disini kami kemana-mana naik bus, jadi harus bermanuver gesit & tidak keberatan diganduli  banyak barang bawaan. Menggendong Alma saja udah cukup ‘menantang’… apalagi kalo ditambah bawa ransel berisi banyak barang. Belum lagi kalau harus menenteng belanjaan. Jadi… lebih enak bawa ransel yang ringkas & bawa barang secukupnya saja 😉

P.S : Oia… kalo ada yang mau ngadoin Longchamp le pliage tote-large bilberry, masih akan saya terima dengan senang hati 😆