escargot3There’s always a first time… for eating extreme cuisine. Gue & Baim baru saja melakukannya, dengan melahap Escargot.

Bagi yang penasaran bertanya-tanya :Escargot itu makanan apa sih ??”, silakan baca ini πŸ˜‰

Gimana setelah baca ?? Masih pengen mencicipi ? πŸ˜†

Ceritanya waktu kemarin mau order makan; pas lagi buka-buka buku menu di bagian appetizer, tercetus ide iseng untuk “…makan Escargot yuk ???” πŸ˜€ Sebenarnya ide ini udah dipupuk dari semalam sebelumnya saat gue iseng baca-baca tentang escargot. Trus, Baim ikutan baca juga. Trus, sama-sama ngiler waktu baca deskripsi :

“…typically the snails are cooked (usually with garlic butter or chicken stock) and then poured back into the shells together with the butter and sauce for serving, often on a plate with several shell-sized depressions. Additional ingredients may be added such as garlic, thyme, parsley, dill and pine nuts…”

πŸ˜†

Ternyata, keong-keong yang dimasak untuk escargot ini bukan sembarang keong yang diambil di kebun, yang biasa tumbuh sebagai hama. Bukan juga bekicot yang suka merayap-rayap di tanah basah itu. Ada sejenis keong darat bernama Burgundy snail (Helix pomatia) yang diternakkan untuk diambil dagingnya & dimasak jadi edible-snail. Salah satunya, untuk hidangan Escargot. Bahkan ada satu cabang ilmu khusus bernama heliciculture yang mempelajari bagaimana cara menternakkan edible-snails agar dagingnya cukup lezat untuk dibuat menjadi escargot. Ada tahap-tahap dalam menternakkan edible-snails ini, dari mulai pengembangbiakan, pentetasan, menumbuhkan keong2 muda dengan diberi pakan-pakan khusus supaya gemuk, dan digemukkan lagi (final fattening) agar dagingnya enak. Dalam menternakkan keong, takaran gizi dalam pakannya dihitung cermat & dikontrol sedemikian rupa; bahkan ada juga peternak edible snails yang memasukkan daun-daun bumbu seperti dill ke dalam pakan supaya daging edicle snails ini jadi lembut & lezat. Biasanya sebelum dimasak, edible-snails ini akan di-puasa-kan selama seminggu dengan hanya diberi makan tepung & minum air, untuk membersihkan saluran pencernaannya dari zat-zat beracun. Sekilas info, hidangan edible-snails ini tergolong sebagai makanan yang tinggi protein & rendah lemak (kalau dimasak tanpa mentega, ya).

escargot1OK… kembali ke acara makan-makan. Akhirnya, kami memesan seporsi escargot sebagai appetizer (padahal udah pesan sup kepiting juga πŸ˜† ). Sebelum escargot dihidangkan, pelayan yang menyiapkan meja kami menaruh piring kecil berisi capit (snail tongs) & garpu bermata dua berujung runcing (snail forks) di samping piring roti. Keduanya adalah alat untuk mengambil & memegang hidangan escargot, serta mencungkil dagingnya. Lima menit kemudian… datanglah sang pelayan membawa seporsi escargot pesanan kami πŸ˜‰

escargot11

Lihatlah lumuran garlic butter-nya… menggugah selera, bukan ? πŸ˜€ Langsung deh kami menjulurkan capit masing-masing untuk “menyerbu” sajian escargot berlumur mentega berbumbu. Seru juga mencapit rumah-rumah siput itu dari cekungan cawan escargot yang penuh oleh lumuran bumbu… serasa kayak main pancing-pancingan ikan πŸ˜› Masih dengan snail-tong yang mencapit satu siput, gunakan snail-fork untuk “mencungkil” escargot & memakannya…

escargot51

Note that using your hands to extract the meat is impolite, and sometimes frowned upon πŸ˜‰ Selesai “memancing” dagingnya keluar, kemudian…

escargot2

… HAP !! suapkan ke mulut. Chew, savour the taste… then swallow. Turns out, they are delicious; just like caviar, or sashimi. Mungkin saat suapan & kunyahan pertama, rasanya masih aneh aja. Sekilas tekstur kenyalnya mengingatkan gue akan teripang… atau kerang oyster. Kenyal-kenyal aneh gitu πŸ˜† Tetapi saat suapan berikutnya & dikunyah pelan2… rasanya lezzzaaaaatt !! Sangat lezat, apalagi saat agak lama dirasa-rasakan di mulut. Selain karena dagingnya dimasak dengan bumbu yang pas, juga aromanya nggak amis maupun terasa aneh-aneh gimanaaaaa gitu (rasa-aneh seperti seafood yang salah-ditangani atau kelamaan disimpan). Bahkan setelah kami melahap main course, citarasa escargot-nya masih lembut tertinggal di lidah… πŸ˜†

Berarti memang benar ya, bahwa : hidangan utama yang lezat ditentukan dari hidangan pembuka yang tepat πŸ˜‰