Puas berkelana ke Penang Road, Lebuh Leith & Lebuh Muntri, sesampainya di hotel gw langsung mandiiii ! Huhu, dalam udara siang yang itu lumayan sumuk itu, gue jalan-jalan dibawah teriknya matahari Penang, berransel & sambil motret2 pula (serius, motret itu lumayan nguras keringat). Selesai mandi, sambil menikmati camilan & jus jeruk yang gue beli pas jalan2, gue selonjoran dulu aaaah di sofa kamar… sambil menikmati pemandangan laut & pelabuhan Penang dari jendela kamar…
Gue terbangun entah-berapa-jam kemudian, oleh suara bel-kamar yang dipencet berkali-kali. Bujubuset. Padahal tidurnya lagi lelap-lelapnya. Pas gue intip, eeehh… ternyata sang suami tercinta-lah yang barusan mencet2 bel… baru pulang, hehe.
Sambil duduk berduaan di sofa kamar & menikmati pemandangan pantai Penang di sore hari, Baim nanya apakah mau keluar makan-makan lagi atau nggak. Wah… gue pengen sih berwisata-kuliner lagi, tapi makan yang enteng-enteng aja, “Jangan nasi kandar dulu ya, say… Perutku bisa dobel-mabok kalo dua hari berturut-turut dihantam nasi kandar, hehee..” jawab gue.
“Ya udah, aku juga pengen makan yang ringan2 aja sih,” kata Baim kemudian, “Naaah… gimana kalau kita ke Sup Hameed aja ? di Penang Road. Deket tu !”
“Sup Hameed ?”
Menit berikutnya, gue & Baim udah asik mengecek rute jalan menuju Sup Hameed via googlemaps 😛 Hahaa, ternyata dekat sekali dengan hotel yang kami inapi; nggak sampai 100 m jalan kaki-lah. Yo wis, habis magrib kami langsung ganti baju & melesat menuju resto Sup Hameed 😀
Resto Sup Hameed terletak di 48 Penang Road (upper Penang Road), berseberangan dengan Hotel Continental & cuma beberapa meter jalan kaki dari Hotel Cititel. Kalau dari beberapa review yang kami baca, Sup Hameed ini biasanya baru rame diatas jam 2 pagi… diserbu oleh orang2 yang habis ajojing di diskotik-club & pub yang bertebaran disepanjang Penang Road 😀 Yah, no wonder… bisa jadi kehangatan & kelezatan sup Hameed adalah obat “hangover” yang ampuh 😛
Hidangan yang “terkenal” disajikan di Sup Hameed adalah… Sup Torpedo 😛 Banyak orang yang bilang klo Sup Torpedo adalah “afrodisiak” (mengingat “torpedo” itu aselinya adalah bull’s penis & testicles)… ada yang mau coba ? Anthony Bourdain dalam salah satu edisi “No Reservation” pernah cicipin semangkuk sop Torpedo di Sup Hameed ini, lho 😀 Biar kata Anthony Bourdain udah nyicipin sup torpedo, tetep gue gak minat sama jeroan-jeroan ituh, terimakasih 😛
note : (lihat gambar di kiri) resto
Sup Hameed memang menyajikan hidangan “Sup Kaki Kambing”… tapi plang-kaki dibawah plang Sup Hameed itu bukanlah penanda kalau resto ini menjual sup-kaki (kaki kambing, maksudnya :-P).
.Setelah memilih tempat duduk di bangku-kursi tepi jalan, gue & Baim langsung memesan semangkuk Sup Lembu (tadinya mau coba Sup Kambing, tapi takut mblenger 😛 ) & seporsi Roti Canai. Minumnya Limau Ais & Barley Ais aja, biar nggak machtig (belajar dari pengalaman di nasi kandar, hahaa). Sambil nunggu pesanan datang, langsung aja gw jeprat-jepret foto pake kamera HP 😉
Dan… akhirnya, datanglah sup pesanan gue :
Porsi supnya sih nggak segede sup kambing Roxy, tapi rasanya…. tebel, mantap, maknyusss 😀 Potongan-potongan daging sapi-nya “cukup” besar, empuk, tapi nggak hancur alias masih kenyal-kenyal-ngelawan pas dikunyah 😀 Rasa sup-nya nggak mblenger seperti yang gue takutkan (karena defaultnya tu masakan India-mamak), malah aroma spicy bumbunya cukup tipis & juga segar karena cacahan daun bawang & seledri. Kayaknya kuahnya pakai susu atau minyak apaaa gitu, deh 😛 Yang kuat justru aroma kaldu dagingnya yang gurih & … beefy 😛
Supnya pun dimakan dengan setangkup roti benggali– a crusty bread loaves from the traditional Mamak ovens. Roti Benggali ini kulitnya renyah, teksturnya lembut sekaligus kenyal, tebal & masih ada serpihan oats-nya yang cokelat halus kemerahan. Gurih,pastinya 😀 Cara makan sup dengan roti bengali ini : 1.cuil/sobek rotinya, 2.celup-celup ke kuah sup, lalu… 3. hap ! nyammm nyammm 😀 Silakan gunakan sendoknya untuk menyeruput kuah sup & “mengail” daging sup-nya 😉 Sedikit “melenceng” dari topik Sup Hameed : di beberapa Indian coffee shops di Penang, roti benggali ini disajikan dengan dipanggang & dibubuhi butter, kaya-jam & telur setengah matang. Minuman padanannya : secangkir kopi panas atau teh tarikk 😉 Pabrik roti benggali ini ada di “Ismalia Bakery” Transfer Road No.114 – Penang, didirikan oleh sheik Mohd Ismail dari Madras – India pada tahun 1930-an. Waktu jalan-jalan sarapan di Transfer Road, gue pernah lihat ada yang mesen Bengali Bread toast ini… gile men, gede & tebellll aja rotinya 😛 Roti Bakar Eddy mah lewatttt…
…Hadoh, snapshotnya diambil pas gue lagi mangap pula 😛 Seporsi roti canai, sup + roti benggali & Ais Limau dibandrol seharga RM7.6. Benar-benar cocok-lah ini makanan untuk menghangatkan perut di malam hari : hangat, ngenyangin, tapi nggak membuat perut “penuh” (kecuali kalau anda makan 3 porsi sup kambing/jeroan/torpedo + roti ya 😀 ). Baim & gue pun pulang dengan dengan perut enteng sambil cengar-cengir hepi… nggak terbungkuk-bungkuk kekenyangan lagi seperti kemarin malam, hihiii… 😉
3 Comments
memez
duh… fotonya bikin ngecesss… salam kenal ya
aini
@memez : salam kenal juga, Memez 😉
Ferringhi, Jalan Penang, Merbok, Tanjung Dawai « cik designer
[…] along Jalan Penang, located right next to Cititel. Boleh tahan sedap jugak la, as attested in this post. Besides the tasty soup, this place probably got famous for including bull’s penis on […]