Waktu kali pertama belanja bumbu di Alanya, kebetulan di toko lagi ada promo daging domba halal beku, NOK 100,-/kg saja. Segitu aja udah promo ya, gimana harga normalnya? Jangan dibayangin 😆 Sebenarnya waktu itu mau cari daging sapi halal, tapi kata yang jaga toko stoknya lagi kosong; adanya kambing aja. Sejauh ini sih di Tromsø nemunya baru kambing ato domba untuk produk daging halal dari bangsa hewan berkaki empat.

Membayangkan hidangan daging domba, hmmm… yang kepikir malah hidangan lebaran. Di keluarga Baim, kalo pas lebaran hidangannya arab-wi semua dari mulai marag kambing, nasi kebuli, sampe semur kambing. Kambing galore! Di keluarga gue, pas lebaran selalu ayah masak gulai kambing. Jadi yah bagi kami, hidangan daging kambing itu makanan spesial di saat-saat spesial.

Minggu lalu, panci presto hadiah dari Baim resmi dijajal pertama kali untuk mengolah si daging kambing ini. Dibikin apa? Yang klasik-klasik aja: Gulai Kari Kambing 😀 Gue nggak tahu persis bedanya gulai sama kari… abis citarasa & bumbu-bumbunya kan mirip yah. Apa gulai itu kuahnya encer sementara kari kuahnya kental ya? Cuma kemarin itu bikin gulai/karinya ditambahin potongan nanas, kentang & paprika (setelah dagingnya dipresto sampai empuk), jadinya agak mirip-mirip kari yah? Kalau Ayah sih tiap masak gulai pasti dipakein daun temurui/daun kari, jadinya lebih ke gulai a la Aceh. I guess yang kemarin gue bikin itu lebih ke “kari” kali yah… #dibahas

Eniwei,

Begitu si gulai/kari dihidangkan, bisa gue lihat wajahnya Baim berseri-seri. Lebaran comes early, kata dia 😆 Oia, Alma ikut makan si gulai/kari kambing ini lho… Dan lahap! Gue pernah cerita blom sih kalau pas lebaran 2011 lalu Alma udah makan nasi kebuli marag kambing & semur kambing dan doyan? Tante-tantenya Baim ampe amazed lihat si bocah lahap makan daging kambing & nasi kebuli 😆 Waktu itu umurnya belum lagi dua tahun. Gak masalah juga sih buat gue, selama makanannya bersih & nggak pedas… malah enak kalo seumur itu udah bisa makan table foods.

 

Resep untuk gulai/kari kambingnya nyontek di resepnugraha.net, tapi cabenya dikurangin (karena Alma ikut makan) & kemirinya diganti dengan kacang macadamia. Tak ada kemiri, macadamia pun jadi. Untuk satu resep cuma butuh 1/2 kg daging kambing, tapi karena gue tambahin nanas, kentang & paprika maka bumbunya dibikin dobel aja. Gapapa biar kuahnya banyak & mlekoh. Agak bangga juga sebenarnya saat berhasil bikin masakan ini, meski citarasanya belum bisa menandingi gulai kambing buatan Ayah. Setiap lebaran, selalu ayah yang masak gulai kambing -from scratch. Gue cuma bagian bikin roti jala, manasin gulainya plus ngabisin gulainya… Termasuk bagian yang malam2 mengendap-ngendap bukain kulkas nyomotin sisa gulai kambing 😆

 

Dalam rangka menghemat santan (NOK 40,- sekaleng 400ml, bok!), kemarin gue nggak bikin roti jala untuk dimakan bersama si gulai/kari. Tapi gapapa, pake nasi pun rasanya udah nikmaaattt bangeeettt. Apa lagi yang lebih nikmat daripada duduk bertiga menyantap sepiring nasi bersimbah gulai/kari kambing hangat, sambil menikmati pemandangan salju turun diluar sana menari-nari dihembus angin dingin suhu minus-8?