Setelah penantian selama berbulan-bulan, melewati endless packing & repacking cycles, akhirnya… Kami sekeluarga merantau lagi. Ngikut Baim yang kembali ngelanjutin riset PhD sembari ngajar. Tujuan kali ini: Tromsø 🙂 Yes, we are moving to Norway. Europe, baby!!! *maap, masih ndeso*

Baim & gue excited banget untuk pindahan kali ini… sekaligus nggak pernah nyangka bakal pindah sejauh itu juga sih. Serius beneran jauuuuh karena Tromso adalah kota besar paling utara di Norway & sudah masuk dalam lingkar arktik, alias wilayah kutub utara. Kalo baca di wikipedia sih kota Tromso ini 'cuma' 350 km-an dari pusatnya kutub utara. Makan tuh winter abadi, Ai 😆

Persiapan merantau ke kutubnya sudah dimulai sejak masih di Penang, sebelum pindahan ke Jakarta. Untuk mengenal medan di Norwegia, gue banyak-banyak ditatar sama bu @TisaTisyonk yang sudah lima tahunan di Oslo. Gerecokin nanya-nanya dari mulai urusan apply visa, cara berpakaian selama disana, 'bekal' apa aja yang harus dibawa dari Indonesia (dia nyaranin bawa temu kunci, daun kunyit & kencur yang banyak loh :lol:), pilihan provider internet yang bagus, tempat beli daging halal, belanja stroller & baju anget anak-anak dimana aja, sampai how to deal with orang-orang sana. Makasih buanget ya buuuuk , udah bersedia ditanyain ina-itu, sampai dikasih list lengkap petunjuk belanja bahan makanan halal di Norwegia pula 😀 Selama minggu-minggu final di Penang, kami membekali diri beli-beli baju hangat, thermal base layer, winter accesories, insulated jacket & snow boots. Saat itu pre-winter sale di amazon.com. Mumpung masih di Penang nih, karena beacukainya gak rese' & gak kena banyak pajak plus kutipan ina-itu sehingga harga barangnya relatif jadi lebih murah. Setelah semua winter apparels datang, sebagai gantinya baju-baju jaman di Penang sebagian besar direlakan masuk ke recycle center. Hanya beberapa potong saja yang masih bagus kami bawa pulang ke Jakarta untuk dipakai sehari-hari. Sisanya ya mboyong pulang jaket & snow boots 😛

Tapi namanya juga Aini, kalau nggak belanja winter apparels lagi di Indonesia rasanya gak afdol (bilang aja emang lo kalap belanja, Ai :lol:). Sesuai petunjuk Tisa, akhirnya gue sambangi beberapa toko Factory Outlet di Jakarta, Bandung & Bogor yang jual baju-baju dingin. Akhirnya dapat banyak baju hangat itu di Bogor Boutique Outlet & dua chain-storenya yang di Bandung: Merdeka Factory Outlet & DSE Factory Outlet. Booookk, disitu dapet insulated hiking jacket Jack Wolfskin booookk; Harga aslinya nyaris EUR300, di Bandung dapet Rp 280.000 saja (itu sudah diskon 30% :-D). Selain itu berhasil menggaet beberapa lembar fleece outerwear waterproof keluaran North Face & Jack Wolfskin, t-shirt olahraga lengan panjang bahan Climacool/Dri-Fit, kaus kaki & beanie hat (keluarannya Eiger & Garut ternyata keren plus anget euy!), serta fleece outerwear untuk Alma. Oia, sama dapet legging korea yang bahannya lentur, cukup tebal & hangat di toko EMY (Thamrin City Lt.1 los B8 no.2). Langsung ik borong 6 bijik! 😆 Aturan paling utama untuk pilih baju & aksesoris musim dingin adalah: Pilih yang bahannya wool (MUAHAL! Plus nyucinya ribet) atau bahan polyester/acrylic (agak murah laa), atau campuran wool+acrylic (harga masih reasonable) karena insulasinya bagus & coldproof. Jangan pakai bahan katun karena katun itu sangat breathable, thus bakal sukses bikin masuk angin kalo dipakai di tempat yang iklimnya musim dingin abadi. Agak senang juga sih, cardigan-cardingan yang dulu cuma dipake kalau jalan-jalan ke Puncak & Cibodas, kali ini bisa tiap hari dipakai saat di Tromso. Begitu pula dengan sweater-sweater lama yang 27 tahun lalu dipakai Ibu Ayah saat kuliah di Seattle PLUS baju-baju hangat gue yang kala itu masih umur 4 tahun, ikut diboyong ke Tromso. Saat beberes rumahpasca banjir besar, gue bahkan menemukan sarung tangan wool kecil yang dulu dipakai saat winter 1984-1987 di Seattle! Dan sekarang, sarung tangan & sweater tersebut dipakai sama Alma selama disini :'-)

Perlengkapan 'perang' untuk gugulingan di salju beres, selanjutnya giliran visa. Pada dasarnya Norwegia masuk dalam Uni-Eropa (meski mata uangnya nggak ikutan pakai Euro) & masuk kesana bisa pakai visa Schengen. Untuk kasus kami, masuknya dengan mengajukan visa family reunification. Baim sudah lebih awal apply visanya di Kuala Lumpur, di kedutaan besar Denmark (disana nggak ada kedubes Norway maka 'dilemparnya' ke kedubes Denmark; semacam ada kesepakatan antara sesama negara-negara Skandinavia itu lah). Begitu mudik ke Jakarta, gue & Alma apply visa Norway di kedubes Norwegia di Jakarta (Menara Rajawali – Kuningan). Checklist dokumennya ada semua lengkap & jelas banget di website www.udi.no; Tapi ntar dibikin satu entry khusus buat tips apply visa Norwegia. Kalau baca di www.udi.no sih untuk visa family reunification itu ngurusnya sampai approved bisa sekitar 2-3 bulan. Tapi case per case juga sih, ada yang bisa lebih cepat, ada juga yang jadinya agak lama. Kemarin itu apply visanya 11 Desember 2012, pas pertengahan Januari 2013 visanya approved, alhamdulillah. Hanya saja karena pertengahan Januari itu Jakarta kena banjir besar & kedubesnya tutup, jadi baru dikabari sekitar seminggu setelah tanggal visanya approved. No problemo, yg penting visa dapet!!!

Oia sambil menunggu kabar visanya jadi, kami juga sekaligus menunggu kabar kapan dapat rumah sewa untuk selama di Tromsø . Baim udah mendaftar untuk masuk di perumahan yang disarankan oleh staf kampus… Dan dapet waiting-list nomer 6 aja gitu 😆 Kata staf di kampus, rumahnya baru bakal bisa ditempati sekitar akhir Februari. Hati agak ciut juga sih saat tahu masuk waiting list nomor enam. Yah secara rumahnya udah fully furnished tapi sewanya termasuk murah, pastilah jadi favorit banyak orang. Tapi yang penting keluarga udah masuk daftar tunggu. Kalau milik, ya jadi tinggal disana & boyongan terbang sekaligus bertiga. Kalau nggak, Plan B-nya bisa Baim berangkat duluan ke Tromsø, tinggal dulu di student dorm sambil cari rumah sewa, baru kemudian gue & Alma nyusul kesana setelah semuanya siap.

10 Februari kemarin, Baim dapat email cinta dari staf kampus yang mengabarkan bahwa… Kami dapat rumah sewa tersebut & per 25 Februari 2013 sudah bisa ditempati. Alhamdulillah… Dengar berita tersebut, itu leganya lebih-lebih daripada lega bisa pupita lagi setelah sebulan sembelit 😆 Tapi dengan datangnya berita itu, berarti kami cuma punya waktu 2 minggu buat packing & siap-siap kesana. Nah lhoooo, gedubrakan deh packingnya jadi serba kilat 😆 Mau nego datang kesana setelah 4 Maret, kok ya kolokan amat yah. Jadilah kami putuskan untuk pergi ke Tromso sebelum Februari 2013 berakhir.

Visa sudah di tangan, rumah sudah siap ditempati, selanjutnya mari segera berburu tiket pesawat!! Untuk ke Tromso harus transit dulu di Oslo lalu ganti flight domestik lanjut terbang 2 jam (kalau cuacanya bagus). Ada banyak maskapai yang terbang ke Oslo, tapi kemarin pilihannya jatuh pada Qatar Airways. Pertimbangan kenapa pilih Qatar Airways:

  • Bisa issued ticketnya sekaligus beres untuk perjalanan sampai ke Tromso. Jadi semuanya dapet dalam satu itinerary
  • Bisa tiba di Tromso saat siang hari (sekitar pukul 13.00 waktu setempat), thus kami bisa segera ke kantor administrasi kampus untuk ambil kunci rumah & masuk ke rumah sewa di siang itu juga
  • Transit beberapa kali di Singapore, Doha & Oslo. Jadi nggak ngendon lama di dalam pesawat seperti rute Jakarta-Amsterdam 11 jam nonstop, yang mana terancam bikin Alma cranky berat. I mean, Jakarta-Penang 2 jam aja udah cukup horror…
  • Jarak seat pitch-nya cukup lega, flight entertainmentnya juga OK. Penting buat Alma yang bosenan & rada2 sebel ama tempat sempit
  • Makanannya katanya enak 😛
  • Dengan paket combo ketiga poin di atas, harga tiket one-way Qatar Airways untuk bertiga masih jauh lebih murah daripada maskapai yang lewat Amsterdam atau Frankfurt (PENTING, hahaa… teteeepp carinya yang paling murah)

Setelah tiket issued, tinggal satu hal lagi yang harus dilakukan: mengabarkan tanggal keberangkatan kami ke abah-bunda-ibu-ayah serta sanak-saudara lainnya. Sengaja berita dapat-rumah & tanggal keberangkatannya dirapel barengan supaya nggak ada yang bisa protes *hihii* Dan sudah bisa ditebak, komentar beliau-beliau adalah: KOK BERANGKATNYA CEPAT AMAT SIIIIHHH??? 😆 Yah mau bagaimana lagi. Iya sih, ortu & sanak-saudara masih kangen main-main sama Alma. Sejak Desember 2012 pun Baim & gue bahkan belum sempat sowan ke rumah semua sesepuh & saudara, apalagi ketemu sama semua teman & sahabat kami. Sebagai jalan tengah, akhirnya kami berdua bikin deadline untuk waktu sowan pamitan, deadline ngepak barang2 yang akan dikirim via cargo (pakai jasa TNT) & deadline kapan koper sak isi-isinya harus beres dikemas.

Dua minggu jungkirbalik jujumpalitan packing serbakilat, akhirnya 25 Februari kemarin kardus barang-barang perkakas berangkat duluan via cargo. Perkiraan durasi pengirimannya sekitar 10 hari untuk tiba di Tromso. Tiga hari kemudian kami menyusul berangkat. Ini lebih seru lagi cerita perjalannya, soalnya benar-benar unexpected journey: we didn't expect it to be sooooooo chaotic melibatkan projectile vomitting, jus tumpah ke dalam tas (yes, ke dalam tas gue), turbulensi akibat cuaca jelek sepanjang penerbangan SIN-DOH-OSL, transit di Doha yang ternyata bikin megap-megap, dan lain sebagainya 😆 Tapi untuk saat ini alhamdulillah kami bertiga sudah tiba di Tromsø & segala sesuatunya berjalan nyaman & lancar, selancar koneksi internetnya. Sejauh ini meski masih agak-agak celeng setelah long haul flight, tapi masih bisa bertahan dihajar suhu di bawah nol derajat celcius. Semoga bisa terus fit sampai nanti jadi betah. Aamiin!

 

-xoxo- Good morning from Tromsø 🙂