Waktu awal-awal 2012 lalu baca hasil perpanjangan visa, gue melongo kaget. Kok cuma dikasih sampai November 2012 siiiih? Biasanya kan sampai setahun. Ini setahun aja kagak nyampe. Boro-boro, sembilan bulan aja kagak. Baim pun menjelaskan kalau peraturan yang sekarang itu batas visa diberikan sampai akhir masa kontrak kerja saja. Trus harus perpanjang lagi dong ntar?

Diperpanjang lagi kalo aku jadi sekolah disini atau dikontrak kerja lagi,” kata Baim

Kamu rencana mau nerusin lagi di Penang?”

“Nggak lah!” samber Baim, “Udah tujuh tahun aku di Penang, bisa bulukan ntar…”

“Ntar pindahnya kemana yah kita?”

“Bisa dicari, itu mah… Insha Allah nanti dapat yang lebih baik.”

😆

Jadi, demi menjaga kompor tetap ngebul dan istrinya bisa nerusin hobi blanja-blenji koleksi tas *tas kresek belanjaan, maksudnya*, papa Baim pun giat mencari gawean baru untuk selepas November nanti. Istrinya ini mah cuma bisa bantuin doa aja… Sama bantuin manage dana darurat dengan cara super berhemat belanja 😆 Doanya sambil ketar-ketir juga sih, soalnya November semakin dekat & tanda-tanda gawean baru itu belum juga terlihat. Papa Baim keliatannya sih datar-datar aja, tapi gue tahu, deep down inside pasti beliau kepikiran juga. Tiga bulan sebelum November, sempat tersirat sebersit resah: apakah nggak ada tanda-tanda samsek ini adalah sebuah pertanda?

Ternyata Allah cuma pengen kami bersabar sedikiiiittt lagi, karena pada suatu siang di penghujung Ramadhan, doa kami dijawab olehNya. Reaksi pertama: Alhamdulillah… Allah maha baik *sujud syukur*. Reaksi kedua: berarti harus buru2 kukut-kukut packing buat angkat kaki dari Penang dong??? Dua bulan aja gituh buat packing & ngurus dokumen. Pas cerita ke Ibu, beliau nyeletuk: “Lha kan kalian yang minta supaya dikasih segera tempat yang baru. Sekarang sudah dikasih. Ya jalanin aja kalo cuma beberes dua bulan.”

Iya juga sih, udah bagus nasib nggak terkatung-katung 😆

September-Oktober ini adalah bulan terintens buat kami bertiga. Campur-aduk rame rasanya, Nano-Nano mah kalah. Seminggu setelah lebaran, kami harus buru-buru urus surat keterangan pindah, bikin Kartu Keluarga (karena sebelumnya nggak punya 😆 ), bikin KTP baru & legalisir surat nikah. Tadinya mau sekalian bikin eKTP, tapi alamakjaaaannn ngurusnya bikin nangis darah. Ditengah ngurus-ngurus segala dokumen, tiba-tiba datang berita duka: nenek wafat & disusul oleh tante Nus yang berpulang dua hari setelahnya. Sementara keesokan harinya kami sudah harus terbang balik ke Penang. Sampai di Penang, abis narik napas langsung mulai beres-beres. Pesan ini-itu buat sandang di tempat baru. Teler, teler deh.

Sampai hari ini terhitung sudah empat kardus besar barang-barang yang kami relakan, ditaruh di recycle center. Baju-baju, buku & majalah bekas, sendal & sepatu rusak, wadah makanan& peralatan masak bekas, sampai kipas angin yang Baim belikan waktu gue hamil tua & mendadak somplak setelah seminggu kami tiba di Penang (kipas anginnya, bukan gue). Beberapa barang yang kondisinya masih bagus sudah dikelompokkan & dikabari ke teman-teman, kali-kali ada yang berminat. Empat dari lima koper sudah terisi penuh. Lemari-lemari hampir selesai dikosongkan. Alhamdulillah kehidupan kami selama empat tahun disini dikemas dengan mudah. Barang-barang kami juga nggak banyak-banyak amat sih. Yang susah itu cuma satu: melepas keterikatan dengan Penang, mengemas seluruh kenangan kami selama duduk di kota cantik ini.

Bukannya gue nggak mau pindah dari sini. Kalau ada peluang & tawaran yang lebih baik, ya diterima lah… siapa yang nggak mau. Tapi kalau sekarang membayangkan keluar dari Penang… Rasa-rasanya masih nyesek. Nggak lebay deh. Gue bakal merindukan sunrise yang setiap pagi menyembul dari balik perbukitan pulau Jerejak. Gue bakal kangen lari di blok sekitar apartemen di udara pagi yang sejuk, Gue bakal kangen lari sore di tepi danau USM. Gue bakal kangen jalan-jalan di sepanjang distrik kota tua, yang penuh oleh aroma lembab bangunan tua, dupa, masakan hawker food bercampur wangi laut. Gue bakal kangen kerupuk lekor sekantong RM1, teh krisan dingin & minuman coklat Milo buatan sini. Gue bakal kangen senyum ramah tetangga & nenek2 tua yang saban kali ketemu di jalan depan pasar, mempersilahkan gue untuk jalan mendahului beliau yang tertatih-tatih dengan tongkatnya. Gue bakal kangen pasar malam Sungai Dua yang menjual nasi kerabu & laksam superlezat. Gua bakal kangen tandoori cheese naan & mango lassi Kapitan. Gue bakal kangen sore-sore duduk leyeh-leyeh santai di pantai depan Queensbay Mall. Gue bakal kangen pemandangan indah kota Penang dari atas Penang Hill & English tea house di atas situ. Gue bakal merindukan jalanan teduh yang dilewati sepanjang rute bus U304. Gue bakal kangen memandang lepas ke langit dari balkon flat sewa kami, tanpa terhalang belantara bangunan gedung bertingkat. Gue bakal kangen cuaca labil disini, dimana hujan deras beserta angin kencang bisa seketika mengguyur Penang yang sedang panas-panasnya. Gue bakal kangen angin dingin sehabis hujan yang membawa serta aroma laut. Gue bakal kangen indahnya pelangi yang melengkung di atas perbukitan kampus setelah hujan. Gue bakal kangen pemandangan Bukit Jambul di belakang gedung apartemen. Gue bakal kangen bus RapidPenang yang membawa kami kemana-mana selama tinggal disini, yang tiketnya semurah RM1.40 & bikin kami makin yakin untuk nggak beli mobil. Gue bakal kangen spot favorit di USM: bukit (yang katanya horror) yang selalu gue datangi kalau jalan pagi di kampus, dimana dari situ bisa melihat pemandangan sunrise, laut selat & jembatan pulau pinang yang merentang sampai ke mainland. Gue bakal kangen tempat kencan pertama kami di Penang: warung Thai food di tepi pantai Batu Feringghi, makan sup tom yam sambil menikmati pemandangan sunset. Gue bakal kangen bakery Delicious, roti canai Argyll Road, kedai Kapitan di lebuh Buckingham, nasi kandar Mutiara komtar, Cheesy Wedges KFC sini, yong tau foo, chai kueh & bubur ayam telur asin di foodcourt Tesco Jelutong, roti isi krim vanilla seharga RM1.50, soya cincau gerobakan yang dijual uncle depan pasar, teh tarik pertama yang gue cicipi di warung thai dekat airport, laksa air itam di Gurney hawker centre, roti tissue sepanjang satu meja makan di kedai Kayu, Horlicks McFlurry, ayam panggang Nandos, serta gila-gilaan belanja alat baking di Daiso. Gue bakal kangen teman-teman Indonesia disini. Gue bakal kangen teman-teman Parlimail. Gue bakal kangen flat kecil kami yang nyaman, lega & sepanjang hari selalu terang oleh sinar matahari. Gue bakal kangen hiburan kecil sehari-hari disini: 15 menit moment of solitude melihat matahari pagi terbit, ditemani secangkir teh. Gue bakal kangen Penang. Sangat.

But life must go on. Kalau berani bilang “hi”, harus berani juga bilang “goodbye”. And if you are brave to say “goodbye”, life will reward you with a new “hi!”.

Jadi kalau sekarang ada yang nanya “Jadi pindahan, Ai?”, gue jawab, “Jadi, insha Allah… Untuk awal baru yang lebih baik.”

Insha Allah 🙂