Karena kecantol sama popok kain a.k.a Clodi (cloth-diaper), ujung-ujungnya malah jadi ngebandingin si clodi dengan pospak (popok sekali-pakai). Berbekal hasil survey harga pospak di supermarket & segunung info dari para mommies di forum ini, akhirnya dicobalah bikin ilustrasi itung-itungan. Jadinya kira-kira seperti ini :
Pospak (disposable diapers) :
Newborn-baby ngabisin sekitar 10-12 diapers/hari (tahu teorinya sih dari sini), karena katanya masih bolakbalik pup-pipis. Saat usianya diatas 4 bulan, gantinya sekitar 3 jam sekali; so… sekitar 8 diapers/hari (termasuk kalau pup, pospaknya harus segera diganti). Dengan asumsi si anak lulus potty-training sekitar umur 2,5 tahun, didapat hitungan ini :
(12 diapers X 31 hari* X 4 bulan) + (8 diapers X 31 hari* x 26 bulan) = (1488) + (6448) = 7936 diapers needed (dengan asumsi sehari-harinya anak full pake pospak). Ada yang pernah bilang kalau pospaknya dipakai sampai menyerap-jenuh maka jumlah popok yang dipakai dalam sehari bisa kurang dari angka yg disebutin di atas… tapi gimana rasanya kalau kelamaan pakai popok yang basah-jenuh ? Risih ‘ngkali 🙁
Disini, harga pospak per lembarnya sekitar RM0.50. Jadi total uang yang dikeluarkan untuk beli pospak sampai anak lulus potty-training = (7936) x 0.50 = RM 3968… belum termasuk duit buat beli baby-wipes, disposal-system, disposable wetbags, serta krim ruam-popok.
(+) :
– Nggak perlu stress melihat gundukan popok kotor yang “menjerit” minta dicuci.
– Nggak perlu nguli nyuci popok; tinggal lepas, siram pup-nya, trus buang pospaknya.
(-) :
– Ehmm… duit hampir RM4000 habis untuk pospak saja, yang dipakainya relatif sebentar (apalagi kalo creeettt kena pup) trus dibuang. Iya sih, duit segitu banyak dibelanjakannya nggak sekaligus… tapi untuk belanja pospak, hukum yang berlaku adalah sedikit-sedikit lama-lama menjadi “bukit”.
– Secara psikologis, si anak jadi keenakan & nggak “belajar-risih” kalau popoknya sudah basah karena ompol (karena di kulit bokong, permukaan pospak terasa kering-kering aja saat dipakai, meski udah dipipisin berkali-kali).
– Di rumah pun harus disiapkan disposal-system (dan wetbags/kantong plastik untuk traveling) yang memadai, supaya bau popoknya nggak demek & menguar kemana-mana (meski sebelumnya segala sisa-sisa poop sudah dibersihkan).
– Oia, jangan lupakan pula kontribusinya dalam menambah gundukan sampah. Bayangkan kalau satu orang “memproduksi” 7000-an popok kotor dalam waktu 2,5-3 tahun… itu baru satu orang.
Popok -kain a.k.a CLODI (reusable cloth-diaper) :
Baca-baca di beberapa forum & situs tentang perpopok-kainan, newborn baby (sampai usia 3-4 bulan) butuh sekitar 3 lusin popok kain; bisa berupa popok tali, popok jadul-segi empat (flat-diapers), atau popok prefolds. Misalnya pakai flat-diapers, disini 1 lusinnya = RM25. Tiga lusin = RM 75. Di Jakarta, mungkin selusinnya bisa lebih murah lagi.
Kalau pakai popok kain, sebaiknya didobel dengan diaper-cover. Disini selembar diaper-cover (yang rada bagusan) = RM 35. Newborn baby cukup punya enam diaper-covers ukuran S, jadi : 6 x RM35 = RM 210.
Kalau berat bayinya udah 3.5kg, udah bisa dipakein one-size pocket diaper (pocket-diaper), atau all-in-one diaper (AIO-diaper). Disini mayoritas merk AIO/pocket-diaper yang dijual adalah merk import. Beli satu pocket-diaper sudah dapat 2 inserts; rata-rata harga per popoknya = RM81. Menurut para frugal-mommies, minimal punya 10 set aja udah cukup. 10 pocket diapers (termasuk 20 inserts) = RM 810.
Setelah usia bayi diatas 4 bulan pun flat-diapers/prefoldsnya masih bisa dimanfaatkan jadi kain penyerap-ompol (soaker/booster) yang dipakai bersama one-size diaper covers. Disini, selembar one-size diaper cover dibandrol @RM 55. Kalau beli 4 = RM 220.
Jadi, total uang yang dikeluarkan untuk beli semua clodi ini : (75) + (210) + (810) + (220) = RM 1315. Oia, angka diatas belum termasuk beli baby-wipes, nappy-liners, serta nappies fasteners/snappies (penggantinya peniti bayi. Boleh juga sih pakai peniti… tapi takut aja si baby kecoblos 😛 ).
(+) :
– Irit, kalau dilihat pemakaian jangka panjang (dipakai sampai anak lulus potty-training & mulai pakai training pants).
– Kalo ntar punya anak lagi… clodinya bisa dilungsurkan & dipakai ulang, asalkan sebelumnya dirawat dengan “penuh kasih-sayang” 😆
– Resiko kena diaper rash lebih sedikit karena popok yang basah bisa segera ketahuan & si anak akan “belajar-risih” dari rasa basah tersebut (ini menurut testimonial nyokap tercinta & para mommies lainnya)
– Memanfaatkan rasa “risih” ini, kalo kata nyokap sih akan lebih cepat melatih anak untuk potty-training. Popok kain juga breathable buat kulit bokong bayi.
(-) :
– Harus keluar banyak uang saat pertama kali beli popok, sehingga sekilas kelihatan boros.
– Harus rela “nguli” a.k.a rajin cuci popok. Mungkin deraan “nguli” + panik akan terasa menggila saat musim hujan.
– Kalo kata nyokap, sekalian melatih supaya nggak nunda-nunda kerjaan nyuci popok (Thanks, Bu… you read me like a book 😆 ).
– Karena sekarang banyak produsen popok yang bikin insert berdaya-serap tinggi, ortu juga harus rajin mengecek popok yang sedang dikenakan si bayi, apakah basahnya sudah jenuh atau belum (kalo nggak, ya sama aja kayak pake disposable diapers). Di situs ini juga disebutkan :
we recommend changing your baby’s diapers as soon as they are wet and/or dirty, rather than on some fixed schedule (for example, every 2-3 hours), because this method is healthier for your baby and makes potty training easier.
Bandingkan RM 3968 dengan RM 1315. Kalau mau murah, bisa saja clodinya beli satu-satu dari berbagai merk. Bisa juga mengkombinasikan pemakaian clodi lokal dengan clodi import. Clodi buatan Cina harganya lebih murah lagi; sekitar RM 35 perlembarnya, katanya sih versi murahnya clodi merk import dengan kualitas yang sebanding. Clodi buatan lokal juga murah-meriah : selembar popok + insert antara Rp. 60.000 – 85.000. Tapi kualitasnya bervariasi… cocok-cocokan juga ya. Untuk kenyamanan si baby & keawetan usia popoknya, ambil asumsi pakai clodi merk import dulu-lah.
In my own opinion, sistem popok jadul (muslin/flat diapers) + diaper-cover lebih cocok untuk bayi usia 1-2 bulan yang bolakbalik pup-pipis. Lebih murah pula dibandingkan dengan pocket-diaper atau AIO diaper merk import. Yah, kecuali kalo mau sedia 2 lusin clodi import ya 😆 Mendingan pas usia 1-2 bulan pakai flat diapers + diaper cover, setelah 3 bulan baru pakai pocket diaper a.k.a clodi yang keren ituh.
*****
Anyhoo… hitungan diatas hanya hitungan kasar, dengan mark-up dimana-mana, plus belum termasuk biaya iuran listrik, iuran air, sama duit beli detergen. Agak subjektif juga, karena berdasarkan situasi & kondisi gue (asumsi sampai 2 tahun kedepan bakal jadi SAHM, atau mungkin WAHM). Nggak pengen memaksakan idealisme ini, hanya ingin berbagi informasi saja. Kalau ternyata ada yang senasib atau tertarik ber-popok-kain-ria… mungkin hitungan diatas bisa dijadikan bahan pertimbangan.
Yang perlu disadari juga, pemilihan antara memakai clodi atau pospak sebenarnya cocok-cocokan dengan kondisi ibu, kondisi bayi, dan tenaga “helper” yang tersedia. Jangan maksain diri lah, mulai berpopok-kain senyaman yang anda bisa. Kalo kasus gue, disini tenaga “helper” yang legal tu muahalll (pakai “helper” ilegal memang lebih murah, tapi sangat-tidak-aman). Llihat keadaan tersebut, banyak orang yang nyaranin gue untuk pake pospak… tapi jujur aja, agak sakit-ati saat membayangkan harus keluar duit RM 150-an/bulan hanya untuk beli pospak. Resikonya saat memilih untuk ber-clodi-ria, gue sadar-sesadar-sadarnya kalau nanti bakal punya tambahan satu job-description baru : mengurus segala cucian baju & popok bayi. Insya Allah i don’t mind… ini memang plan-A kami. Sempat kepikiran juga akan beberapa plan-B… seperti kalau di bulan pertama usai melahirkan nanti gue kecapekan atau sakit, mungkin si baby dipakaikan pospak dulu. Kalau saat bepergian/dalam perjalanan jauh harus mengganti popok, mungkin nanti kami bakalan “cheating” pake’in pospak 😆 Pengennya bisa rutin semaksimal mungkin mempopok-kainkan si baby dan menggunakan pospak disaat-saat darurat aja. Alhamdulillah juga, sekarang jadi mensyukuri keputusan beli mesin cuci (daripada beli TV) saat dulu awal-awal pindah kesini. Cuma mesin cuci top-loading sih, tapi yang penting digunakan dengan penuh-cinta. Nanti si mesin cuci akan sangat-sangat membantu pekerjaan nguli cuci-popok 😆
Trus untuk perawatan clodi ini cukup mudah. Aturannya :
-pakai detergent tanpa pemutih, pewangi, pelembut & fabric brightener. Detergen bubuk lebih baik daripada detergen cair. Kalau pakai detergen biasa = 1/4 takaran yang dianjurkan, sedangkan detergen baju bayi = 1/2 takaran.
-jangan dikelantang/dicuci dengan air panas. Cuci saja dengan air suhu biasa.
-sebelum clodi dipakai untuk pertama kali, lakukan 3x siklus cuci-jemur-kering terlebih dahulu untuk merontokkan semua kotoran & mendapatkan dayaserap yang baik.
-clodi boleh dicuci bareng baju bayi. Pas dicuci, bilas terlebih dahulu ampas poopnya, lepas semua kancing, pasang laundry-tabnya (kalau clodinya pakai velcro) & keluarkan insertnya.
-cara mencucinya : bilas clodi dengan air, tambahkan detergen, cuci. Bilas 2-3 kali sampai nggak ada busa tersisa, peras, keringkan di dryer atau jemur dibawah matahari (ini lebih bagus karena sinar matahari ampuh “merombak” sisa-sisa noda pup).
-Jangan kena papan penggilasan atau sikat cucian yang segede gaban itu, bisa mbrudul ntar ! 😆 Kalau mau disikat, mending pakai sikatgigi bekas, atau dikucek-tangan aja.
-cintai clodi anda seperti anda mencintai anak anda… atau tas branded anda 😆
Gitu aja sih. Mohon do’a & semangatnya ya kawans, semoga kami mampu menjalankan “idealisme” popok-kain ini 😉 Semangaaatt !!
6 Comments
TAR
kalau ayah setuju clodi, memang mesti agak repot (relatif sih, kalau mau dianggap tidak repot ya tidak repot). anak jadi terbiasa dengan tidak kotor, bersih, daaaan yang paling penting you do not contribute to the increasing of Greenhose Gasses that makes changes in climate. he he he. kamu dulu juga pake clodi. kalau kaita nice ke alam, alam pun akan diperintahkan-Nya baik ke kita.
aini
setuju Yah 😉
Lela
Kalo dikurs kan harga di sana memang lebih mahal ya, belum punya baby sih, tp krn hunting2 jg jd tau soal dipers kain ini, taunya dulu cm pospak, hehe.
Kalo produksi Indo kan jg bnyk yg murah tuh, ada Nice kids, zigie zag, n AIO (sistem lidah). Penasaran pengen nyoba, tp dicobain ke siapa, hehe…
Lam kenal ya mbak.
aini
salam kenal juga, Lela 🙂
Iya, sy juga tertarik sama popok Indo yg BabyOz & ZigieZag; buat si baby sering ganti2 pakai lebih asik ya 🙂
Wah… IMHO, malah jauh lebih murah klo beli clodi disini. Clodi BumGenius, di JKT harga termurah yg pernah sy lihat : Rp.250.000,- (cmiiw). Disini RM79, dikurs-kan x Rp.2700 = Rp.213.300,- 😉
tapi popok kain macam gini bs jadi investasi jangka panjang lah 😀
Jo
halo mbak, seneng bisa nemu catatanmu 🙂 saya mo punya baby 2 bulan lagi, skrg lagi “gila2″nya hunting popok, walaupun sudah dibekali popok tali dan alas ompol sejibun sama si emak hehehe..
sy tertarik dgn ide popok+diaper cover..tapi kok di bayangan sy tetep aja basah kalo cuma ditambal popok tali di dalam diaper cover, apa dikasih lagi alas ompol lagi?
f.y.i akhirnya sy beli cluebebe+babyland+coolababy utk starter, 3 untuk 285rb…tapi lagi tertarik untuk punya insertnya be nice kids utk serapan popok tali dan diaper covernya mungkin mau tambah ziggie zag atau babyoz itu, belinya satu2 kali yaaa, dicoba terus baru nyetok 😛
aini
popok tali biasanya malah saya jadiin pengganti celemek/tadah-iler 😛
Biar nggak basah, pakai popok tetra/muslin square/alas ompol + diaper cover. Kalau popok tali, bakalan tetap basah, karena popok tali kan tipis ya… nggak menyerap sebagus popok tetra/muslin square/alas ompol (alas ompolnya dipakai didalam diaper cover (sbg pengganti popok), bukan buat alas diluar popok).
Sama, saya juga nyobain popok2 made in china tersebut… tetapi imho, setelah coba sana-sini, buat saya sih tetap lebih enak pakai popok tetra+diaper cover 😉 Soalnya murah-meriah, cepat kering, nyucinya mudah & nggak perlu rajin2 di-stripping (seperti yang harus dilakukan ke popok2 clodi/pocket diapers)
Selamat mencoba-coba ya, Jo… ntar bakal ketemu kok enaknya & cocok-cocoknya 😉