… Ini, adalah “hadiah-kejutan” dari si Baim π Selama persiapan pernikahan sampai saat acara resepsi di Bogor selesai, gue benar-benar nggak tahu akan pergi ke’situ’. Sampai semalam sebelum keberangkatan, saat sedang panik ngepak baju sambil misuh-misuh, gue bertanya ke Baim : “Emangnya kita mau pergi kemana sih, Im ???”
Lalu, dengan kalemnya Baim mengeluarkan secarik kertas & memberikannya ke gue. Pas gue baca…
ternyata, itu adalah kertas itinerary tiket perjalanan ke Lombok !!
Hari – 1
Hanya dengan dua ransel gede + 1 koper berroda, kami berangkat jam 04.30 ke bandara Sukarno-Hatta (bener2 bulan madu berransel π ). Lumayan teler, karena semalam sebelumnya baru selesai ngepak jam 01.00 π Tadinya mau pesan taxi via telepon utk berangkat pagi ke bandara, tapi kata ibuayah nggak usah karena ayah insist mau nganterin kami. Huhuhu… makasih banget ibu-ayah… π
Kami berangkat dari Jakarta ke Bali naik AirAsia, lalu lanjut ke Lombok naik TriganaAir.Β Sampai bandara, kepala rasanya masih celeng banget. Kami shalat subuh bergantian di musholla boarding room. Selesai shalat : lanjut tepar π Untung panggilan untuk naik pesawatnya cukup jelas, jadi nggak bablas ketinggalan pesawat. Bersyukur juga, tadi tidurnya pas nunggu boarding… soalnya kalo tidur pas di pesawat, pemandangan langit pagi hari dari jendela seat bakal terlewatkan ! π
Setelah 2.5 jam naik pesawat, jam 9.00 kami sampai di Ngurah Rai – Bali. Pas ngambil bagasi di bandara, kami ketemu dengan Lisa & Hendra; keduanya adalah junior-nya Baim di Ilkom & Lisa itu adalah adiknya Kiky, sahabat gue. Mereka berdua menikah sama-sama tanggal 8-8-’08 kayak kami π Wakakakakakk… ternyata hanimun-nya ke Bali π
Transit di Bali selama 3 jam, kayaknya sayang banget kalo hanya mendekam di airport. Setelah mengisi perut di Solaria-Ngurah Rai, kami menitipkan koper kami di servis penitipan koper bandara (Rp.20.000,-/koper besar), lalu pesan taxi untuk… jalan-jalan ke Kuta Square π Hehehe, Kuta Square kan dekat dari Ngurah Rai, nggak sampe 10 menit naik taxi.
Hal pertama yang gue lakukan di Kuta Square : beli sendalΒ !!! Setelah menemukan alas kaki yg cucok & nyaman, kami langsung menyerbuuuu pantai Kuta… π
Nggak bela-belain belanja di Bali deh, selain karena lagi musim-liburan (harga2 merokeeet), kami sepakat untuk “buying experiences” ajah π Puas ngibing 2 jam di Kuta Square, kami balik ke Ngurah Rai lagi untuk mengejar flight ke Lombok. Hehehe, dalam perjalanan menuju Ngurah Rai, taxinya sempat terjebak kemacetan di Poppi Lane… dan sukses bikin Baim gelisah nggak karuan, takut ketinggalan pesawat π
Satu pengalaman yang agak merinding pas naik TriganaAir adalah : waktu check-in. Nggak computerized, kami hanya menuliskan nama & no.KTP di sebuah buku besar. Bujubuset… hare gene nggak computerized, repot banget tu kalo ampe ada knapa2 musti cek ke buku besar itu. Pesawat TriganaAir juga nggak besar-besar amat… macam pesawat propeller lah. Penumpangnya kebanyakan turis2 bule & jepang, hihihi. Yang WNI kayaknya cuma gue & Baim π
Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit penerbangan dari Ngurah Rai – Bali untuk sampai ke bandara Selaparang – Lombok. Dari bandara Selaparang, kami menuju penginapan menggunakan taxi. Tadinya kami mau naik Cidomo sampe Senggigi… tapi nggak jadi… takut kudanya kecapekan, trus jalannya ngesot, trus mati & menjelma menjadi arwah kuda ngesot πΒ Oia, Baim masi nggak mau ngasih-tau tuh kami akan menginap dimana πΒ Daripada semakin penasaran & berhubung perut juga semakin lapar, kamipun mampir makan siang di Restoran Ayam Taliwang Dua Em (2 M) di Jl. Transito Majeluk, Cakranegara. Makanan yang dipesan : dua porsi ayam taliwang, 1 plecing kangkung, 1 sambal beberok & 2 es kelapa muda+madu putih (madu bagus lho buat menambah stamina, hikikikikiik..). Baim protes begitu gue memesan semua makanan pedas-pedas, takut acara Hanimun-nya berubah jadi acara-pulang-pergi-ke-toilet π Tapi bagi gue, makanan pedas-nan-tasty di Lombok is a FEAST !! π
Oia, kalau makan masakan ayam Taliwang di Lombok, jangan bayangkan kayak di resto-resto taliwang di Jakarta yaa. Ayam Taliwang-nya nggak pake ayam negeri, tapi pake’nya ayam kampung muda… means, ayamnya pithik-pithik alias keciiil π Pas pertama kali lihat, Baim langsung komentar : “Ini Taliwangnya pake Ayam Somalia deh, kayaknya…”. Tapi begitu cicip sepotong dagingnya, beuuuuuuhh… langsung merem-melek keenakan π Gurih bin lekker, u know ? Pelajaran #1 : Don’t judge the food by it’s portion-size π
Selesai kenyang makan siang, barulah kami menuju daerah Senggigi… ke penginapan kami π Ternyata sesampainya diΒ Senggigi kami masih harus naik lagi ke Batulayar, daerah perbukitan di atas Senggigi. Wah, mau dibawa kemana ini gue ? Tadinya gue udah GR aja berpikir bakalan nginep di Senggigi & menikmati sunsetnya yg indah π
Ternyata, pemandangan dari atas Batulayar ini lebih indah…Β saat menyusuri jalan perbukitan menuju Batulayar, gue bisa melihat ke pemandangan pantai Senggigi di bawah sana π Limabelas menit kemudian, taxi kami berbelok masuk ke sebuah gerbang kayu & batu besar yang diapit dua arca. Sekilas gue baca nama yang tertera di gerbang besar itu : “Imaj Villa Batulayar – Lombok“.
Di lobby hotel, kami disambut dengan fruit-punch dingin & cold-towel… hmmm, ampuh mengusir rasa gerah dari teriknya matahari Lombok π Untuk sampai ke villa penginapan, kami harus berjalan menuruni tangga batu yang agak curam, sekitar 10 meter jaraknya dari lobby; namun pemandangan pondok vill & hutan yang tersaji di bawah sana benar-benar indah…
…Rasanya, gue pengen tinggal selama-lamanya disini deh… π
.
Hari – 2
Seusai subuh, kami duduk-duduk di beranda villa sambil menikmati teh hangat. Di bawah villa sana, tampak kabut pagi mulai turun menyaputi pepohonan hutan…
… tempat ini benar-benar “ngumpet” & tenang… jauh dari keriuhan Senggigi. Pemandangannya pun berbeda dengan “Lombok” yang sering kami lihat. Surely, Imaj villa is a little slice of heaven π
Sambil menunggu sarapan dihidangkan di ruang makan, gue duduk-duduk di beranda sembari baca NatGeo yang dibeli di Ngurah Rai. Tapi, kayaknya berenang di private pool lebih menarik deh… π So, mari kita berenaaaang!! π Puas-puasin deh berenang sampai kulit gosong kepanggang matahari…
Selesai berenang & sarapan, kami keliling-kota bareng keluarganya Tante Iis, saudaranya Baim. Dimulai dengan ke rumahnya Kak Ida (kakaknya tante Iis) di Tanjung; kami menyusuri jalan raya tepi pantai sepanjang Senggigi (coast road) menuju Tanjung.
Di rumah Kak Ida, kami dijamu makan siang disana. Hidangannya : ayam taliwang + plecing kangkung + tahu goreng + sambal kecap + sop iga + kerupuk kulit + Kopi Panas. Mantap ! Mana kangkungnya Lombok itu renyah-segarnya tiada taraaa, membuat plecing kangkung yang sebelum2nya pernah gue makan pas di Jimbaran & Jakarta mah lewaaaaat kalau dibandingkan dengan yang di Lombok ini π
Usai makan siang, kami ke kebun mangga-nya Kak Ida, berbekal seteko es teh manis, setoples guede kerupuk kulit (UENAK !!) & Sate Tanjung (sate ikan dengan bumbu santan, ketumbar & bawang). Dari atasΒ bukit kebun, kami bisa melihat sunset & hotel Sheraton Senggigi… So beautiful !
Pulangnya, kami mengambil rute jalan bukit, memasuki Pusuk Monkey Forest (arah ke hotel Oberoi Lombok), dimana monyet2 masih pada berkeliaran di jalan raya…! Hihi, bawa mobilnya jadi musti hati-hati biar nggak nabrak monyet2 lucu ini… π
Sorenya kami muter2 kota Mataram, ke rumah tante IisΒ & ditutup dengan makan malam sate Bulayak di Taman Kota Jl.Udayana (dekat Airport Selaparang).
Huhuhu, tepar banget-lah badan ini, setelah dibawa jalan-jalan dari Senggigi-Tanjung-Mataram. Begitu sampai di Imaj Villa, ternyata udah jam 22.00 ! Huhuhu, padahal pengennya sore hari itu kami udah kembali ke hotel, jalan-jalan bentar di Senggigi menikmati sunset, trus berenang malam-malam di villa’s private pool…Β well, it’s supposed to be OUR romantic honeymoon, just the two of us. Tapi ya sudah-lah, setidaknya kami jadi tahu kota-kota lainnya di Lombok itu seperti apa… Tidak hanya berkutat di Senggigi aja. Plus, ada sesi wisata kulinernya π Bener banget dah, Kuliner Lombok adalah salah satu warisan budaya dunia yang harus dilestarikan !!! π
Ngelihat sisi lain Lombok selain Senggigi, udah. Wisata Kuliner, udah. Hasilnya = kami berdua sukses meliliiiit sakit perut, malam itu π Iya aja jadi sakit perut, lha wong dua hari ini kami berwisata-kuliner dari satu restoran taliwang ke restoran taliwang lainnya… Gimana nggak melilit tuh perutnya, diisi Ayam taliwang, sayur beberok & plecing kangkung melulu. Ditambah lagi makan sate Tanjung & sate Bulayak…. spicy & pedasnya, jangan ditanya πΒ Percaya deh, di Lombok ini yang nggak pedas itu cuma air minum π Menurut gue, pengalaman wisata kuliner di Lombok ini adalah yang paling seru, asyik sekaligus paling horror… horror buat perut kami, maksudnya π
Kalo udah gini, kerasa banget manfaatnya obat diare yang selalu gue bawa kemana-mana dalam tas. Huhuhu… ya sudah-lah, akhirnya malam itu kami duduk2 aja di beranda vila, minum teh hangat sambil menikmati angin malam. Nggak berenang dulu…Β π
.
Hari – 3
Bangun pagi, setelah menikmati sarapan, kami berdua… berenang lagi π Hahaha, pokoknya gue memanfaatkan kesempatan dapat private pool ini untuk berenang sepuas-puasnya. Kulit jadi keling, itu bisa diputihin lagi… that’s what whitening-lotions are forΒ π
Selesai berenang, kami packing secepat kilat & bebersih. Siangnya jam 12.00, kamipun check out dari Imaj Villa. Hiiiiks, gue nggak pengen pulang deh rasanya… soalnya terlanjur betah. Seandainya gue punya segerobak duit US$100, mau deh gue tinggal sampe sebulan di Imaj Villa ini. Suatu hari nanti, insyaAllah kami balik lagi ke Imaj Villa π
Sebenarnya, kami masih punya jatah dua hari lagi di Lombok… inginnya lanjut ke Gili Trawangan atau Gili Meno. Tapi setelah dipikir-pikir, kok nggak seru aja ke Gili Trawangan pas lagi musim liburan gini, soalnya Gili Trawangan lagi penuh-penuhnya sama turis bule. Ntar malah nggak dapet feeling “Lombok”-nya. Akhirnya kami buka peta & memilih untuk mengeksplor pantai-pantai Lombok yang terkenal indah. Berbekal mobil sewaan, kami memulai perjalanan menuju pantai Kuta & Tanjung Aan π
Dalam perjalanan, kami berhenti untuk makan siang di Restoran Lesehan Taliwang Irama (teteeeeeep, nggak kapok π ), di Jl. Ade Irma Suryani. Selesai makan siang, kami mampir sebentar ke Banyumulek, sebuah desa pusat pengrajin tembikar tanah liat (gerabah) di Lombok. Keramik buatan Banyumulek khas dihias dengan tempelan kulit telur yang di-cat warna-warni. Di Banyumulek, Baim beli beberapa souvenir untuk Mutia & Ahmad. Oia, kita juga bisa melihat langsung proses pembuatan keramik (minus pembakarannya) & ikutan coba bikin π Dengan Rp.20.000,- di Banyumulek gue udah bisa nyobain belajar bikin cangkir gerabah… semacam Pottery-Class gitu π Gue membawa pulang 2 gelas mug keramik buatan gue sendiri.
Sayang, bikin keramiknya gak bisa berduaan sama si Baim… Kalau berdua, serasa jadi Demi Moore & Patrick Swayze di film “Ghost”, hahahaa…
Tadinya dari Banyumulek kami ingin lanjut ke Sukerare, desa pusat kerajinan tenun-ikat Lombok. Tapi berhubung takut kesorean sampai di Kuta, maka kami terus melanjutkan perjalanan ke Kuta. FYI, sebenarnya Kuta bukan hanya milik Bali lho… di Lombok juga ada pantai Kuta, arahnya ke selatan pulau Lombok. Keindahannya membuat gue & Baim speechless saat menjejakkan kaki di pasir pantai Kuta yang putih bulat-bulat seperti biji lada putih. Sejauh mata memandang ke lautnya, batas langit biru tampak nyaris melebur dengan deep-blue-sea… seolah horizon menghilang di tempat ini π
Pantai Kuta ini disebut juga sebagai Pantai Putri Nyale. Nyale, adalah sejenis cacing laut berwarna-warni karena aktivitas bioluminasi (glow-in-the-dark) dan banyak hidup di perairan pantai Kuta. Biasanya Nyale dapat dilihat sekitar Februari-Maret; namun dalam bulan-bulan tersebut kemunculannya tidak dapat diduga, hanya sekali dalam setahun & biasanya saat subuh menjelang matahari terbit. Masyarakat Lombok merayakan peristiwa ini dengan berbondong-bondong ke pantai Kuta untuk mencari cacing nyale dalam upacara Bau Nyale (Bau = mencari (bahasa sasak)) . Ada keyakinan bahwa warna nyale yang muncul akan menjadi pertanda hasil panen tahun itu; kalau warnanya merah berarti hasil panen tahun itu akan gagal, sementara warna hijau menandakan hasil panen yang bagus sepanjang tahun itu. Mungkin, cacing nyale ini adalah sejenis bioindikator lingkungan juga ya π
Asal-muasal cacing Nyale ini sering dikaitkan dengan salah satu legenda suku Sasak. Syahdan… dahulu kala di tanah Lombok, hidup seorang putri bernama putri Mandalika. Putri Mandalika ini terkenal oleh kecantikan wajahnya & keluhuran budinya.Β Ironisnya, kecantikan putri Mandalika ini menyebabkan perselisihan besar diantara pangeran-pangeran di negerinya, yang berebut ingin memperistrinya. Sedih karena melihat negerinya terpecah-belah akibat dirinya, putri Mandalika bersemadi mencari petunjuk. Saat petunjuk itu sudah didapatnya, putri Mandalika berkata bahwa dia menerima takdir atas dirinya untuk berubah menjadi nyale, yang keindahannya bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat saat melihat ke laut. Dengan harapan perselisihan di negerinya bisa berhenti tanpa harus ada pihak yang kalah pun menang, kemudian putri Mandalika terjun ke laut…mengorbankan dirinya. Saat putri Mandalika terhempas ke laut, tubuhnya melebur berubah menjadi cacing-cacing kecil berwarna-warni yang indah & unik. Cacing-cacing jelmaan tubuh puteri Mandalika inilah yang dipercaya menghuni perairan pantai Kuta, sehingga pantai Kuta disebut juga dengan nama pantai Putri Nyale.
Di pantai Kuta, kami dapat info kalau pantai Tanjung Aan hanya berjarak 5 km dari pantai Kuta. Hanya lima kilometer, sayang banget kalo nggak didatangi… mumpung belum keburu sore , kami arahkan mobil sewaan kami menuju pantai Tanjung Aan π
Pantai Tanjung Aan ini memiliki dua sisi bentuk pantai yang berbeda, yang dipisahkan oleh sebuah karang yang menjorok ke laut. Sisi di sebelah kiri karang tersebut memiliki pantai berpasir kuning & lautnya berwarna biru-dalam serupa laguna;Β sementara sisi kanannya merupakai pantai dengan pasir putih yang haluuus & airnya bening berriak-riak kecil, memantulkan samar-samar warna turqoise. Sekali lagi, ternyata diatas langit masih ada langit ya… Kirain pantai Kuta Lombok udah the ultimate beach we’ve ever seen in Lombok π
Suasana di pantai Tanjung Aan ini sepi, saat kami kesana hanya ada sepasang turis Perancis & turis Jepang yang berkunjung selain kami berdua. Memang, pantai Tanjung Aan ini masih “bersih”, tenang & indah. Mungkin satu-satunya yang agak mengganggu adalah pedagang-pedagang yang “memaksa” kami untuk membeli dagangan dari mereka. Maksa-nya niat banget lho πΒ Kami kaget juga mendadak dikerubuti lima pedagang sarung tenun-ikat sekaligus, padahal kami samasekali nggak menunjukkan minat untuk membeli dagangan mereka. Tapi, setelah tawar-menawar yang cukup alot akhirnya kami membeli masing-masing 1 sarung dari para pedagang itu, hihihi…
Kata guide di pantai Tanjung Aan, masih ada satu pantai yang keindahannya telak mengalahkan pantai Kuta & Tanjung Aan; yakni pantai Mawun. Pantai Mawun ini adalah sebuah teluk laguna yang diapit dua bukit, hanya 45-30 menit perjalanan naik motor dari pantai Kuta. Cuma 30-45 menit naik motor, tapiii… jalurnya mendaki-bukit-lewati-lembah π Plus, sayangnya sore itu matahari sudah hampir terbenam sehingga kami tidak bisa lanjut kesana πΒ Lain kali-lah kalau ada rejeki ke Lombok lagi, kami akan ke pantai Mawun… insyaAllah π
Kami sampai di Senggigi sekitar jam 20.00. Dan… kami masih belum memesan penginapan manapun untuk malam itu ! Lapar, lelah & belum memesan penginapan benar-benar kombinasi “mematikan” yang bisa bikin kita turn-off dalam sebuah perjalanan. Memang, seharusnya ini disiapkan sedari awal… tapi ya sudah-lah, biar jadi pelajaran untuk trip-trip kami selanjutnya π
Hal pertama yang kami lakukan setibanya di Senggigi : makan malam nasi goreng, di Warung Cak Poer. Haha, kesampean juga makan makanan yang nggak pedas. Makanan di warung ini dibuat pedas-by-demand karena pengunjungnya kebanyakan para bule (yang lidahnya kebakar kalo makan yang pedas-pedas π ). Setelah makan, barulah kami mencari penginapan. Syukurlah, akhirnya malam itu kami nggak harus tidur berkemah di pantai… Kami menyewa sebuah kamar di Hotel Pacific Beach. Dari semua hotel di Senggigi yang kami kontak, hanya Hotel Pacific Beach inilah yang nggak fully-booked. Sempat ngeri juga sih waktu gue lihat suasana hotelnya yang remang-remang gelap & sepi… Dari kejauhan, suara deburan ombak terdengar jelas, bikin gue merinding. Tapi mau protes gimana, hanya penginapan ini aja yang kamarnya tersedia untuk dipesan. Ya sudahlah, dinikmati saja, hanya semalam ini kok. Toh kamarnya pun bersih & nyaman,Β apa lagi kasur tempat tidurnya yang diluar dugaan sangat nyaman & cukup empukΒ π
Ah, akhirnya… bisa juga istirahat juga.
.
Hari -4
Seusai subuh kami kembali tidur, saking capeknya badan ini setelah sehari sebelumnya melancong ke pantai Kuta & Tanjung Aan. Jauh bo’ kedua pantai itu… makan 3 jam perjalanan dari Senggigi-lah. Saking teparnya, kami tidur sampai melewati waktu makan pagi. Kami terbangun oleh sms yang dikirimkan Pak Sam, salah satu staf Imaj Villa yang punya rekanan penjual mutiara Lombok. Dalam pesannya, pak Sam akan datang ke hotel tempat kami menginap bersama temannya yang menjual mutiara Lombok itu. Kemudian kami janjian bertemu di poolside hotel Pacific Beach.
Sambil menunggu kedatangan pak Sam, kami berjalan-jalan di sepanjang pantai wilayah Hotel Pacific Beach. Ternyata… dibalik nuansa remang-remangnya yang semalam bikin gue merinding, hotel ini punya pemandangan pantai pasir-hitam yang indah π Mungkin hanya The Oberoi & Sheraton-Lombok yang bisa mengalahkan keindahan pantai Hotel Pacific Beach ini π
Setelah ketemu pak Sam & temannya, lalu memilih beberapa aksesoris mutiara untuk oleh-oleh, kamipun berkemas untuk meninggalkan Lombok. Rencananya check-out, naik taksi ke Selaparang, trus dari Lombok lanjut ke Surabaya. Di Surabaya kami berencana untuk mengunjungi keluarga Om Makmur (adik mamanya Baim) selama sehari, lalu pulang ke Jakarta naik kereta.
Tadinya, kami mau nelepon taksi buat ke airport Selaparang & nunggu disana sampai jam kami naik pesawat. Ternyata, ada bala bantuan tak terduga yang datang π Begini ceritanya : sehari sebelumnya, saat dalam perjalanan menuju Kuta, gue melewati sebuah kantor kecil bertuliskan “PT. eF-In”… yang mana, adalah kantor cabang dari perusahaannya alm. Kakoeng. Iseng-iseng, gue sms ibu begini : “Bu, Bu… masa’ aku baru aja ngelewatin kantor cabangnya eF-In di lombok lho… Aku jadi keinget sama Kakoeng, kangen deh”
Udah tuh… gue kirim smsnya cuma buat cerita-cerita aja. Gak ada balasan sms dari ibu sampai… keesokan paginya, saat kami jalan-jalan di pantai-nya Hotel Pacific Beach : “Kak, ibu kmrn telpon kepala kantornya, namanya Pak Mardiana, salah satu yang dulu belajar langsung ke Kakoeng. Orangnya baik. Kamu nanti sore ke airport naik apa ? Ibu ngabarin ke Pak Mardiana kalau kamu lagi ada di Lombok. Pak Mardiana katanya mau kirim orang untuk jemput kamu, tolong kabari ke dia kamu di hotel mana & mau check-out jam berapa. Pak Mardiana bilang kalau kamu butuh sesuatu selama di Lombok, hubungi dia di nomor ini ya…”
Hwalah… benar2 bantuan tak terduga π Gue & Baim hanya bisa berpandang-pandangan aja… menimbang-nimbang antara nelepon pak Mardiana atau nggak. Nggak enak aja, takut jadi ngerepotin. Tapi nyokap udah keburu ngasih ‘amanat’ & nggak lama kemudian menelpon kami dari Jakarta buat ngecek apakah udah nelepon Pak Mardiana atau belum π Yo wis… Alhamdulillah, ternyata ada yang mau membantu kami. Akhirnya jam 11 siang, kami dijemput oleh adiknya Pak Mardiana & bergerak menuju Mataram π
Kami mampir ke kantor cabangnya eF-In, menemui Pak Mardiana & Bu Enny (istrinya). Kirain mau langsung ke airport Selaparang… eh ternyata malah diajak makan di Resto Seafood 99 (Jl. Subak, Cakranegara). Whuiiii…kalau anda-anda mengunjungi Lombok & menggilai seafood, wajib untuk makan di resto ini π Kepiting Saus Padang-nya MANTAP !! Citarasa bintang-Lima dengan harga kaki-lima deh… plus tempatnya nyaman & apik pula π Dari Resto Seafood 99, kami lanjut ke Ampenan beli ayam-Taliwang besek. Dari situ, Bu Enny kemudian bilang mau mampir ke pasar Sweta.Β Bu Enny saja yang turun ke pasar, kami menunggu di mobil sambil ngobrol-ngobrol. Sekembalinya ke mobil, ternyata oh ternyata… bu Enny membawa banyak-tentengan berupa terasi Lombok, cumi kering, emping melinjo & kerupuk kulit… dan bilang kalau ini jadi “bekal” kami untuk pulang ke Jakarta !! Gue & Baim cuma bisa berkali-kali mengucapkan “terimakasih banyak” kepada Pak Mardiana & Bu Enny… beneran deh, nggak nyangka bakal sampai diservis sebegini rupanya π Kami diantar Pak Mardiana & Bu Enny ke airport Selaparang; di airport juga sudah ada tante Iis yang turut melepas kami. Setelah berpamitan, dengan tambahan tentengan sebanyak 2 tas besar, kami pun bergerak terbang menuju kota selanjutnya : Surabaya π
6 Comments
Kapsah
Hah.. kok di kmr lo n baim ada bath tube berisi kembang ai.. lo mandi kembang yah [as honeymoon??
aini
iya jeng, mandi kembang buat diruwat dulu sebelum hanimun π Sesuai sama lagunya : “mandi kembang, tengah malaaam…”
hahahaa…
Grei
wuihhh mbak aini nyampe lombok juga dan tanjung, tanjung itu tanah kelahiranku mbak #padahal ga ada yang nanya hihhhi . dah 11tahun ga kesana hikss, kangen banget sama kulinernya
aini
Oooh Grei lahir di Tanjung ya? Aku sukaaaaa sate tanjung, hahahaa… Makannya bisa bertusuk-tusuk nggak inget diri π
Kangen deh pengen ke Lombok lagi juga π
agus
Fotonya mantap2.. mbak aini
Yuyun
wah aku juga waktu ke lombok mampir ke restoran ayam taliwang dua em itu. seporsi nya dapet seekor ayamnya dan banyak bangeeeet :)) ayam bakar madunya the best sih itu hehe