Kayaknya, udah lama gue nggak mengalami bad-hair-day 😛 Ya iya lah… lha wong sekarang kepalanya ditutupin kain. It’s been ages since my last bad-hair-day. Tapi sejak jadi istri-rumahtangga a.k.a a housewife, sekarang gue punya jenis “bad-x-day” yang lain. Namanya : bad-kitchen-day.
Gue nggak tahu kenapa gue bisa punya jenis bad-day yang satu itu. Padahal, gue nggak termasuk orang yang rapih (apalagi maniak-kerapihan). Beneran. “Kerapihan” bukanlah salah satu kriteria utama yang gue miliki sebagai istri-rumahtangga 😛 Setelah mengangkat baju2 yang kering dijemur, gue nggak pernah satu-satu menyetrika baju2 tersebut sebelum dilipat rapi; gue hanya menyetrika baju kalau bajunya mau dipakai pergi keluar rumah. Gue gak pernah menyusun buku-buku gue di rak buku dengan kategorisasi/urutan tertentu (misal : in alphabetical order); biasanya buku2 itu hanya gue susun begitu saja. Setelah mencuci piring & peralatan makan, gue nggak pernah mengeringkannya satu-persatu dengan serbet; semuanya gue taruh aja di rak cucian piring & i let them dried “naturally”. Kadang-kadang kalo lagi rajin, peralatan makan yang udah kering itu gue taro dalam lemari. Tapi, itu kadang-kadang aja lho.
See ?
But… I easily stressed-out-and-become”a-super-jutek-housewife” when my kitchen is sooooo messy. That’s the sign, of me, having a bad-kitchen-day.
Gue cinta sama dapur putih-kecil gue, my kitchenette, yang mejanya cuma berukuran 1.5 x 1 m itu… Gue pengen dapur gue selalu bersih, wangi, & kinclong agar siap gue pakai kapanpun gue mau bereksperimen disana. I (even) almost do every of my favorite things at my kitchen… makan siang disitu sambil baca buku, menikmati segelas teh hangat di pagi hari, nunggu cucian selesai dibilas sambil minum es-teh… bikin roti bakar buat sarapan & menikmatinya bareng secangkir teh… asik aja bekerja didekat dapur gue, karena akses untuk mengambil cemilan & minuman menjadi lebih mudah 😀
That’s why, kalau semalam sebelumnya gue habis memakai dapur (entah untuk masak-dalam-partai-besar atau sekedar bereksperimen dengan teh/kopi-tarikk & roti isi meisjes), gue selalu membersihkan permukaan dapur sampai bersih-sih-sih. Biar pagi harinya pas gue melek bangun, gue nggak perlu capek-capek membersihkannya dulu, trus baru membuat teh sambil leyeh-lehey.
To tell you the truth, harus membersihkan dapur pagi-pagi itu somehow bisa merusak mood gue. Karena, mata gue yang baru beradaptasi dari bangun tidur jadi “sepet” saat melihat dapur berantakan. Biasanya tangan gue segera “gatel” ingin buru2 ngeberesin itu semua. Tapiii… tapi karena mata udah keburu “sepet”, sementara tangan gue mengelap meja, mulut gue ikutan bekerja, dalam bentuk : “ngedumel”. Dan kalo gue udah ngedumel & jadi superjutek, itulah saat yang tepat bagi si Baim untuk memasang sumbat telinga demi bisa menikmati pagi yang damai 😛
Baim bilang, kasus bad-kitchen-day gue ini adalah salah satu contoh dari apa yang biasa orang sebut sebagai “Domino-effect”. Ngamuknya bisa nyamber kemana-mana. Jadi, kalo mood gue lagi jelek … well, have a guess. Itu mungkin saja karena dapur gue lagi berantakan.
🙂
.
.
.
PS : Ada yang pernah mengalami bad-kitchen-day juga ? Atau mengalami jenis bad-x-day yang lainnya ? Bagi-bagi ceritanya dong ke gue… 😀
3 Comments
echy
kayaknya ini sindrom mantan M24 dech heheheh
aini
Wah… setuju, Chy.
Berarti, elu juga harus waspada tu, Soalnya prosentase lu buat kena sindrom-mantan-M24 ini juga besar…
….gyahahahahahaaaa..!
Al Dente | Catatan si Aini
[…] OK, ini semakin menguatkan fakta bahwa gue memang punya serious issues berhubungan dengan kerapihan dapur. June 5th, 2009 in Aini & Baim | tags: al dente, dapur, iseng, […]