Pagi kedua di guest-house Cikaniki.

Saat gue membuka jendela kamar lebar-lebar… brrrrrr !! Masih, dinginnya udara pagi terasa begitu menggigiti kulit. Kontras banget sama kehangatan sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela. Ah, rasanya gue ingin tinggal lebih lama di tempat ini … setidaknya sampai hati benar-benar tenang.

Selama di TNGHS, gue merasa seperti punya “tempat” yang cukup luas untuk mengeluarkan semua isi hati gue, layaknya menumpahkan isi ransel yang kepenuhan di atas lantai : gue akan gojrek-gojrek itu ransel sampai semua isi-nya keluar berserakan.
Setelah kosong & lega… barulah kemudian satu-persatu isinya dipungutin lagi, diatur & dibereskan.

Sometimes, to heal either a brokenheart or (in my case) a high-tension-stress… all you need is a huge-additional space for your heart & mind.

Aaaanyway, pagi itu semua penghuni rumah masih tepar. Tepar, kecapekan setelah kemarin trekking ke Curug Piit. Huahahaa, siapa yang nggak capek, coba…? 13 km jalan kaki, bo’.

Sebenarnya pagi itu gue punya cukup tenaga untuk berjalan-jalan ke perkebunan teh. Tapi gue memilih untuk tidak kesana. Kata pak Mat, jalan menuju kebun teh tertutup oleh kabut tebal yang menuruni lereng gunung. Langsung terbayang deh, kalau berjalan sendirian didalam kabut tebal & nggak akan bisa tahu apa yang sedang mengintai gue… Ufff, ngeri !! πŸ˜›

Tapi, bukan itu juga sih yang jadi alasan.

Alasan gue adalah, gue sedih… karena akan berpisah dengan indahnya sunrise nan magis di perkebunan teh sana. Gue nggak mau kembali kesana, hanya untuk mendapati diri membatin “Kapan lagi yah, gue bisa kesini, menikmati sunrise seindah ini…? Besok-besok gue harus terbiasa lagi melihat pemandangan sunrise diantara gedung2 jalan Sudirman”. Itu hanya akan membuat gue merasa semakin sedih karena perpisahannya terasa nyata. Instead, biar saja bayangan sunrise yang magis itu terus melekat dalam ingatan gue, membuat gue terus yakin & yakin bahwa “Suatu hari nanti, gue akan kesini lagi, datang mengunjungimu… So, until we meet again, ya !?” πŸ™‚

Akhirnya gue menghibur diri dengan roti-meisjes & secangkir cokelat panas, yangΒ  gue nikmati sambil duduk-duduk bareng Septian di beranda belakang. Sayup-sayup, suara teriakan surili terdengar menggema di dalam hutan sana. Sama seperti gue, mungkin kawanan mereka juga hendak memulai hari. Bedanya, gue memulai hari dengan secangkir cokelat, surili memulai hari dengan buah-buahan liar & dedaunan segar πŸ˜†

Pukul 9.00, kami semua sudah selesai berkemas & siap meninggalkan guest-house. Seisi rumah kami rapikan bersama-sama, meskipun pak Mat & istrinya mencegah kami & berkata biar mereka saja yang membereskannya. Yang kami bawa pulang hanyalah botol-botol plastik berisi air yang kami isi sendiri, untuk bekal di jalan. Fitri & Cecil memberikan origami burung-bangau buatan mereka untuk Anggi & mengajarinya cara untuk menggerakkan burung kertas itu. Anggi tampak senang saat memainkannya. Sebelum pulang, kami berfoto bersama di tangga guest-house :

100_24541
Tim “SPARTAN CAIYOOOO..!!”, minus Septian-sang cheerleader

Sampai bertemu lagi ya, Cikaniki…

πŸ™‚

White water Rafting at ArusLiar

Ternyata, sedih-sedihan berpisah dari TNGHS cuma berlangsung sebentar πŸ˜› Keluar dari Kabandungan, kami semua excited menyambut acara utama hari itu : rafting di sungai Citarik… wooo-hooo !!! Kami keluar dari TNGHS melewati jalan yang sama saat menuju kesana. Begitu keluar dari Kabandungan, mobil kami masuk ke arah Cikidang, melewati kebun teh & kelapa sawit… trus nyampe deh diΒ  Cigelong, tempat ArusLiar (provider olahraga arung jeram).

Di pendopo kantor ArusLiar, kami mendaftarkan diri & memasukkan beberapa data pribadi untuk keperluan asuransi. Selesai mendaftar, kami masing-masing diberi sebuah gelang dengan kunci loker yang tergantung disitu; jadi daripada kuncinya dikantongin trus ilang pas berarung-jeram, mendingan gelangnya dipakai aja. Didekat pendopo kantor ini terdapat area terpisah untuk ganti baju & kamar mandi. Ruangan lokernya terletak didalam area kamar mandi.Β  Dalam loker ini, kami bisa menyimpan dompet-HP (silent mode/off), handuk, satu set baju ganti & peralatan mandi. Barang bawaan lainnya seperti ransel etc., kami tinggal dalam minibus yang dijaga oleh pak Yanto.

Selesai bersiap-siap, kami dibawa ke tempat penyimpanan pelampung untuk memilih pelampung & helm. Kami juga memilih dayung masing-masing disitu. Tebak sendiri-lah, warna helm & pelampung apa yang gue pilih πŸ˜‰

Selesai melengkapi diri dengan helm-rompi pelampung & dayung, kami semua naik ke truk pickup & dibawa turun menuju kampung Parakan Telu. Disitulah tempat kami akan mulai menyusuri jeram-jeram sungai Citarik.Β  Jaraknya dari pendopo ArusLiar tadi ada sekitar 3 km. Wooo-hooo !! Kami semua benar2 excited… Bahkan Chris yang terkenal “berekspresi-datar” pun nggak henti-hentinya nyengir selama diatas pick-up dalam perjalanan menuju tepi sungai. Rasa deg-degan sudah mengisi dada, yang nanti akan pecah saat berarungjeram πŸ˜€

dsc00852
dsc00853
Septian & Niken : cool, calm…and confident… cieeeh !

Sepuluh menit kemudian, sampailah kami di tepi sungai Citarik di kampung Parakan Telu. Disinilah tempat titik awal perjalanan arung-jeram.

dsc00855
Cecil & Aini : Smileeee… !!

Gue satu-perahu dengan Cecil, Septian & Pak Deny (guide & nahkoda kapal πŸ˜›Β  ). Didalam kapal, kami di-briefing oleh pak Deny cara mendayung, mengontrol perahu bersama-sama, menghadapi arus yang bergolak & dasar-dasar prosedur keselamatan saat berarung jeram seperti… gimana cara menolong teman yang kecebur sungai trus kebawa arus (sounds scary, tetapi ternyata nggak separah itu kok :-P). pak Deny juga memberitahu bahwa perjalanan yang akan kami tempuh itu adalah sekitar 8 kilometer, kira2 memakan waktu 2 jam, dengan 7 jeram berarus kencang & 4 jeram berarus sedang & berhenti sekali untuk beristirahat. Kami juga akan mengarungi beberapa aliran sungai yang tenang untuk menikmati pemandangan sekitarnya. Perjalanan kami akan berakhir di desa Citangkolo, kecamatan Cikidang. Setelah sesi briefing selesai… petualangan pun dimulai…!!!

Disini, di halaman ini, gue cuma bisa merangkum sesi arung-jeram itu dalam dua kata :

SERU, GILAK !!!! πŸ˜†

Selebihnya, untuk membayangkan seperti apa serunya berarung-jeram, silakan lihat foto2 berikut…

arusliar1
…arus jeramnya masih sedang niy…
dsc00873
…istirahat dulu, di perhentian pertama… minum air es dulu…
6citarik190608
masih popotoan di tempat istirahat…

8citarik190608
…Lanjuuuut lagi !! Wooo-hooo !
5citarik190608
Yiiii-Ha !!
arusliar2
Ini baru mantap-lah !
1citarik190608
Zet, Pria & Fitri !
3citarik190608
Whoooossssh !
dsc00881
Akhirnya, sampai juga di desa Citangkolo… Minum-minum kelapa muda, segarnyaaa!!

Jujur, gue sekarang jadi nagih pengen ber-arung jeram lagi, hahahahaa… ! Pengen nyobain program yang ini, atau yang ini sekalian πŸ˜€

Puas goclak-goclek berarungjeram-ria & minum kelapa muda, kami dibawa kembali ke pendopo ArusLiar, menaiki truk pickup. Rompi pelampung yang sudah dilepas kembali gue pakai, karena kedinginan πŸ˜› Gimana nggak dingin, lha wong masih pakai baju basah, trus diterpa angin-kencang saat truknya melaju kencang. Selesai mandi, berganti baju & shalat, kami dijamu makan siang (udah termasuk paket sih) di ruang makan dekat pendopo. Menunya : Nasi Timbel, Sayur Asem, ayam-tempe-tahu goreng PLUS sambal & Lalapan sayur segarrrr πŸ˜‰Β  Ah… nikmat banget-lah, menggasak hidanganΒ  a la Sunda sambil dibuai angin sepoi-sepoi… πŸ˜€

Kenyang makan siang, seharusnya kami langsung naik mobil & pulang… tapi kami memilih untuk bermalas-malasan dulu di beranda ruang makan, menikmati semilir angin yang berhembus diantara dahan-dahan pohon bambu. Iseng, gue membaca brosur ArusLiar yang tergeletak di atas meja. Pada peta yang tercantum dalam brosur, gue baca kalau kantor ArusLiar di Cikidang itu hanya 30 menit perjalanan dari pantai Pelabuhan Ratu. Iseng, gue nyeplos : “Yun, Cil… lihat deh ini, dari Cikidang sini ke Pelabuhan Ratu ternyata lumayan dekat ya ? Cuma 30 menit perjalanan aja… ”

Niatnya sih nyeplos cuma mau ngasih tau Yuna & Cecil doang. Tapi… teman2 lainnya kemudian terdiam. Saling berpandangan. Kayaknya gue tahu nih apa yang kalian pikirkan…

… then, Pria popped out the question : “Guys, semuanya pada mau nggak, kalo abis ini… kita ke Pelabuhan Ratu ?”

“MAUU, MAU, MAUUUU…!!!” seru anggota yang lainnya kegirangan, dengan catatan : “Tapi kita tanya pak Yanto dulu ya, mau nggak pak Yanto nganterin kita kesana…”

Setelah Pria memastikan bahwa pak Yanto juga OK-OK aja untuk menambah perjalanan ke Pelabuhan Ratu, kami segera pamitan dengan Pak Deny &Β  guide lainnya. Tanpa berlama-lama lagi, kami langsung TANCAP GAS menuju Pelabuhan Ratuuu…!!!

πŸ˜€

Pantai Citepus, Pelabuhan Ratu

Matahari sudah turun sepenggalan tubuh, saat mobil kami tiba di perempatan jalan masuk menuju Pelabuhan Ratu. Saat mengeluarkan kepala dari jendela, tercium samar-samar aroma laut yang amis-garam & segar, yang dibawa oleh angin yang berhembus dari arah pantai… Angin yang sama turutΒ  membawa pula sayup-sayup suara debur ombak di kejauhan sana. Pohon-pohon ketapang tampak tumbuh disepanjang tepi jalan,Β  pendek dengan dahan-dahan melebar seperti payung. Disana sini, pohon-pohon kelapa tumbuh menjulang tinggi.

Aaaaah… pantai & lautnya !!! Semua yang terasa disini seolah menarik gue kembali mengarungi labirin memori, ke masa-masa kecil gue di Ambon dulu…Β  πŸ™‚

Kalau dirunut-runut, selama 3 hari itu gue benar-benar menikmati pemandangan yang kontras… mulai dari naik ke gunung, ditutup dengan turun ke pantai πŸ˜€

Sore itu di Pelabuhan Ratu, kami disambut oleh kesibukan pelabuhan kota kecil tersebut. Nelayan-nelayan menyiapkan perahu & jaring untuk berlayar. Bau amis ikan samar tercium dari segala arah, bercampur dengan wangi asap bakaran dari restoran seafood disana-sini. Hotel-hotel bintang 3 tampaknya semakin banyak dibangun disini, menawarkan kenyamanan & jenis hiburan yang bersaing dengan beberapa kedai yang mulai menggeliat bangun… dengan iringan musik dangdut atau house-music, kedai-kedai ini menyiapkan kesemarakan hiburan malam yang dijanjikannya.

Mobil kami terus melaju sampai berhenti di pantai Citepus yang luasΒ  & cukup bersih. Begitu mobil berhenti, tahu apa yang kami semua lakukan ?

… Melepas sepatu, menggulung celana sampai diatas lutut lalu… berlari menuju ombak yang pecah berdebur di tepi pantai sana ! πŸ˜€

Yiiii-Ha !!!

img_2575
Pria & Septian, langsung cibang-cibung di pantai

100_2497

"Horeee... kita udah sampai di pantai !!!"
“Horeee… kita udah sampai di pantai !!!”

100_2470

100_2471

Cecil & Fitri : "Wooo-hooo! We're sooo happy !"
Cecil & Fitri : “Wooo-hooo! We’re sooo happy !”
Cecil, leap of Joy !!
Cecil, leap of Joy !!

Untuk menutup perjalanan 3 hari yang indah ini…

… dan untuk menyempurnakan pengalaman setelah kemarin menikmati sunrise di bukit kebun teh Nirmala-TNGHS, kami semua duduk bersama-sama menikmati pemandangan ini :

100_2527

Subhanallah. Sempurna… benar-benar sempurna.

πŸ™‚

Perjalanan 3 hari itu benar2 pengalaman yang “indah”. Definitely, that was one of the best moment in myΒ  life… Someday, gue ingin mengulang lagi perjalanan tiga hari ini bersama Baim πŸ™‚

Plus, mana ada coba… calon penganten yang sebelum menikah malah jungle trekking, hiking, turun tebing, kakinya digigiti pacet/lintah, trus kulit wajahnya sukses belang item-item setelah berarung-jeram-ria ? Hehe, itu semua adalah tugas para spa-therapist di salon untuk mempermak-ulang gueΒ  sepulangnya dari perjalanan-3-hari-ini πŸ˜€ Yang penting : GUE HAPPY !!

YAAAYY !

Buat Cecil, Fitri, Septian, Yuna, Niken, Zet, Pria, Chris, Pak Yanto… terimakasih banyak, semuanya ! Perjalanan 3-hari ini benar-benar BEST TRIP EVER, lah !! Sampai bertemu lagi dalam kesempatan perjalanan selanjutnya, ya… πŸ™‚