… Nope, ini bukan ulasan tentang food court di Plaza-Senayan yang Soto Betawi-nya enak ituh. Jadi maaf ya untuk para pecinta kuliner π Kali mari kita sedikit “menyerempet” berbicara tentang… tanaman bumbu. Ternyata, nggak jauh-jauh juga ya dari soal makanan π Bukan 100% makanan, tapi justru inilah yang bikin makanan jadi sedappp.
Waktu tahun lalu ayah berkunjung ke sini, beliau berkomentar : “Kak, di depan flat kamu ditaro tanaman-tanaman hias dong. Yang kecil-kecil gitu. Kan seger dilihat, Kak… Hijau-hijau tiap pagi, dilihatin sambil disiram… Bikin adem lho.”
Gue cuma nyengir mendengar usulan ayah. Nyengir, karena berbeda dengan ayah yang bertangan-dingin dalam hal memelihara tanaman, tangan gue samasekali nggak ‘dingin’ dalam hal miara tanaman. Oo, i’m suck at growing plants… in fact, kayaknya nggak segitu jagonya miara makhluk-hidup; miara suami-tercinta aja kadang-kadang masih suka lupa dikasih sarapan π Dan, gue pikir kalau harus lihat yang hijau-hijau segar, gue sudah cukup puas memandangi deretan pohon besar di halaman parkiran apartemen, yang tumbuh pas didepan jendela balkon flat kami. Regularly, pepohonan tersebut selalu mengeluarkan bunga-bunga kuning & pink segar yang cantik. Sangat indah, menentramkan mata… serta cukup biarkan siraman hujan & cahaya matahari dari langit yang merawatnya π
As far as i remembered, tanaman yang gue piara biasanya selalu bernasib mengenaskan; either lupa disiram, atau udah rajin disiram tapi kemudian kena jamur/kutu daun/penyakit tanaman lainnya, atau tumbuh meliar di tanah dimana biji tumbuhan tersebut dijatuhkan π Judulnya doang ya gue kuliah di institut pertanian, tapi tangannya ‘panasan’ kalo merawat tumbuhan. Ironis, memang π Sepanjang ingatan gue, makhluk hidup berwarna hijau-daun yang sukses gue pelihara & biakkan adalah… kultur biakan sianobakteri, di lab. Duluuuu banget. Itupun sukses dipelihara karena dibawah deraan & tekanan supaya penelitian buat skripsinya segera beres & lulus π Oh, satu lagi : gue sukses menanam kecambah kacang hijau, untuk preparat praktikum lab biologi-dasar π Juga, lumut yang tumbuh di dinding luar samping kosan gue dulu (yang ini sejujurnya gue nggak tahu tumbuh dari kapan). See ? Makhluk hidup berklorofil yang sukses gue pelihara adalah tumbuhan-tingkat rendah, kecambah, serta satu algae mikroskopik uniseluler… Belum ada sesuatu yang berbatang kokoh, berdaun & menghasilkan buah atau bunga yang bisa gue rawat. Ini membuat gue kepikiran : apakah gue adalah produk anomali dalam keluarga gue ? Karena bokap-nyokap jago dalam hal mengurus tanaman, bahkan sepupunya bokap (Uwa’ & suaminya) ada yang sukses berkebun sayur-mayur & herbs di Cibodas sana… dari yang ditanam secara konvensional, organik, sampe secara hidroponik & aeroponik. Gue sampai ternganga waktu jalan-jalan ke kebunnya Uwa’, melihat suguhan visual yang menggiurkan berupa tomat-tomat merah nan ranum yang masih menggantung di tangkainya, ketimun & melon yang guede-guede pas dipanen, juga barisan daun selada hijau segarrr yang menggoda buat dipetik & dilahap bersama italian-herbs salad dressing π
Balik lagi ke soal merawat tanaman…
… di rumah ortu gue di Jakarta, ayah menanam banyak tumbuhan di pekarangan rumah kami. Ada pohon mangga, pohon walisongo, pohon asam jawa/tamarind… Ada juga pohon kembang sepatu, oleander, morning glory, anggrek & bunga kupu-kupu (yang kalau musim berbunga akan tampak warna-warni, indah & sooo frolicking), semak melati belanda, melati jasminum sambac & pohon kemuning (yang kalau berbunga, aroma harumnya tercium sampai ke sudut belakang rumah dan selama seminggu kami nggak perlu menggunakan air freshener)… Sampai dengan tanaman-bumbu seperti pohon kunyit & dua pohon Temurui yang daunnya sangat harum. Daun pohon Temurui ini kerap disebut sebagai daun kari, yang sering digunakan sebagai penyedap masakan Aceh & India-mamak. Di dapur rumah ortu, daun Temurui udah jadi bumbu wajib… sewajib lada hitam, cabe, italian herbs, garam-gula, serta… terasi π
Biasanya kalau ayah-ibu memasak makanan Aceh (seperti gulai ikan tenggiri, ikan asam padeh, atau tumis ikan-kayu), atau ingin membumbui-ulang gulai kambing yang dibeli dari restoran padang (kurang sedap tanpa daun temurui), kami hanya tinggal memetik sejumlah daunnya dari pohon di depan rumah & merajangnya untuk dimasukkan ke dalam masakan… as simple as that π To be honest, tiap kali gue keluar rumah memetik daun temurui dari pohon, gue serasa jadi tokoh Tilo yang diperankan Aishwarya Rai di film Mistress of Spices… dimana Tilo mengolah bumbu-bumbu yang ditanamnya di pekarangan rumah menjadi ramuan-ramuan ajaib unutk membantu orang-orang π
OK, i *might* suck at growing plants. Tapi setelah nonton Mistress of Spices & setia ngikutin seri tayangan Jamie at Home (ngiler-abiz lihat dapurnya Jamie Oliver yang menghadap ke kebun sayuran & bumbu-herbs!!), gue menyimpan impian untuk membuat sepetak spice garden diΒ rumah-masa-depan gue nanti π Just… a small sanctuary for me, growing those spices and herbs. I dreamed about growing some windowsill herb-garden with folding-greenhouses in my future-kitchen… but a small rooftop garden, or a backyard greenhouse would be nice π
Serius… gue selalu membayangkan punya taman kecil yang dipenuhi bumbu-bumbu ini. Apalagi setelah tadi pagi membaca artikel ini, malah jadi semakin pengen π Nggak perlu berupa taman yang besar & penuh oleh bushes, tapi cukup memanfaatkan lahan kosong di balkon atas rumah atau sudut pekarangan. Tanaman-tanaman bumbu herbal tersebut ditanam dalam pot-pot, kemudian disusun dalam petak-petak meja rak. Biar agak-agak artsy, rak & pot-potnya akan gue lukis berwarna-warni π Tanaman bumbunya juga yang sederhana aja seperti jahe, kunyit, seledri, kucai/daun bawang, daun ketumbar (cilantro), kemangi, lengkuas, sereh & bunga kecombrang. Oh, gue juga pengen menanam daun mint, daun basil,Β rosemary, oregano & thyme (pastinya harus ada AC yaΒ π ). Di beberapa sudut, dalam pot-pot besar bolehlah ditanam pohon temurui, pohon tomat-ceri, jeruk purut, lemon & pohon cabe. Kalau area-nya agak luas… bisa juga diletakkan meja kecil & sofa untuk tempat minum teh sore-sore π Letak spice-garden ini juga harus dekat dengan dapur; jadi kalau gueΒ lagi masak & perlu bumbu-bumbu, gue tinggal jalan dikit aja kesana untuk memetik daun-daun bumbu yang gue inginkan bersama Baim & anak-anak kami nanti… Aaaah, ini menyenangkan sekali !!! π
Semoga impian akan rumah-masa-depan ini terwujud pas nanti kami sudah punya rumah… amiiiin π Untuk sekarang, gue mau mikir dulu… windowsill dekat tempat jemuran itu bagusnya diisi tanaman apa aja ya ??
2 Comments
asta
Haiyaaa…kemarin aku baru ngobrol sama teman di kantor tentang hal ini. Aku bilang ke dia sambil megang pot kecil tumbuhan yang ada di meja dia, “Eh, gue pengen deh bisa meliara tanaman yang buat masak di rumah. Seledri ato daun bawang. Abis kalo beli kan ga bisa dikit, padahal kepakenya paling cuman satu batang dua batang tiap masak. Nggak pake, kurang sedap, pake cuman dikit, jadi keburu layu!” Eh .. ladalah .. kok dirimu nulis ini. Yuk mari kita menanam bumbu! π Tukeran info ya Ni!
And it just happened that … tadi malem aku mengutak-atik layout flat baru kita di atas kertas, dan space di balkon ternyata hanya diperuntukkan bagi kompressor ac dan tali jemuran tuh! So … bisa ditaruh di atas kompresor ac itu! Ntar kalo gambarnya udah rapih, I’ll show it to you ya. Hi hi hi .. ga sabar pengen beli milimeter block .. secara gue bukan arsitek gitchu π
Ah .. setaun itu lama ya .. :p Can’t wait to move!
aini
di link yang gw share via e-mail, ada beberapa pernak-pernik rak yang unik untuk bikin taman dengan memanfaatkan area kecil di rumah (di balkon, windowsill, atas kompresor AC… bahkan di kaca jendela π ) Kayaknya bisa jg klo nyontek modelnya & pesan costumized ke tukang besi disini. Huhuhuuu, baca & lihat2 gambarnya tu bikin ngiler dah, say… π Tenang ajah… setahun, kalo diisi sama buanyak perencanaan & doa yg gak putus2nya, i.A pasti bakalan gak kerasa lama π
Hihihiii, gw jadi ikutan excited gini, hihihii π