Winter is Coming! Musim nyerok salju kembali datang! *pegang sekop gaya Ned Stark pegang pedang*

firstsnow_15

Agak kurang antusias menyambut winter kali ini karena saljunya kurang heboh dan… abis sakit. Biasanya begitu salju turun lebat, besok paginya langsung gugulingan main salju bareng Alma *Baim cuma bisa palmface*. Tahun ini winternya setengah hati. Kok?

Musim dingin di Tromso tahun ini super aneh. Tahun lalu, belum juga Desember suhunya sudah -5’C, salju sudah selutut & turun tiap hari. Tahun ini? Hujan. Nggak, bukan hujan salju, tapi hujan air biasa & deras, kayak di Bogor. Turun sih salju, tetapi sehari-dua hari saja. Sisanya hujan nonstop berminggu-minggu. Cemmana la, ini Tromso apa Bogor?? Makasih loh, global warming.

Dan karena suhunya galau, nggak jelas winter apa hujan kayak spring, akhirnya jadi musim sakit. November lalu Alma ada kali 3x kena batuk pilek. Plus, di sekolahnya berkali-kali ada murid yang kena cacar air. Gue? wassalam, kalau ketularan flu dari Alma jadinya batuk berkepanjangan. Hanya saja biasanya kalau flu & batuk, tinggal minum obat flu & tidur siang aja seminggu juga sembuh. Kali ini batuknya malah makin heboh. Saking hebohnya sampai malam nggak bisa tidur karena kebangun batuk-batuk.

Nggak kunjung sembuh, akhirnya nyerah, memutuskan ke dokter minta obat. Oh, jangan dikira kalau ke dokter di Norway bisa cluk datang trus langsung diperiksa sama dokternya. NGGAK BANGET πŸ˜† Di sini, sakit seperti flu-batuk-pilek itu dianggapnya bisa sembuh sendiri. Katanya, melatih daya tahan tubuh. Kecuali kalau ternyata setelah seminggu nggak kunjung sembuh. Iya sih, healthcare systemnya Norway bagus, tapiΒ  bagus buat mereka yang hitungannya sakit akut, kronis atau kecelakaan parah. Ya amit-amit sih ya. Kalau mau periksa ke dokter, harus bikin online appoinment & baru dapat tanggal konsultasi 2-3 minggu kemudian. Jadi antara sakit beneran sampai 3 minggu gak sembuh-sembuh, atau kalau sembuh dengan sendirinya, kita harus nelepon ke klinik buat membatalkan temu-janji sama dokter (kalau lupa, bakal kena charge 200 NOK). Itu kalau ke dokter pribadi (general practitioner). Iya, di Norway setiap penduduknya punya dokter pribadi tapi ya itu, kalau mau ketemu harus bikin temu-janji dulu. Bisa juga periksa ke dokter legevakt (UGD) di RS, tapi siap-siap aja kena gebuk tagihan yang lebih mahal… dan most likely hanya diobatin pakai Paracetamol. Kalau bukan sakit yang akut, life-threatening atau kasus chronic illness yang serius, SOP berobat di kutub ya seperti itu. Flu? Batuk pilek? Nih tablet paracetamol & bill dua kali lipat bayar dokter klinik, nah pulang sana istirahat & makan yang bener.

Jadi pas sakit kemarin, tiap hari kami cek jadwal temu-janji dokter di website… ada slot kosong atau nggak. Beruntung banget kemarin dapat slot kosong, karena ada yang cancel. Yay!!! *sujud syukur* Mayan, biarpun kudu jalan kaki sekilo pas salju turun lebat, yang penting dapat slot ketemu dokter. Nunggu barang 15 menit, trus dipanggil ke ruang periksa. Ternyata dokter pribadi gue ini ibu-ibu udah tua, baik & ramah banget. Kok ternyata? Iya, seumur-umur tinggal di kutub, ini pengalaman pertama ketemu langsung sama sang dokter pribadi πŸ˜†

Setelah diperiksa, kata dokter ada tanda-tanda radang karena bakteri, yang bikin batuknya makin menjadi-jadi dan nggak kunjung sembuh. Terus kalau karena bakteri, langsung dikasih obat antibiotik gitu? KAGAK… sama dokternya dirujuk lagi buat tes darah dkk, roentgen, lalu diambil sampel cairan nasofaring untuk memastikan bakteri penyebabnya supaya antibiotiknya tepat. RUM sekali ya! Kalau di Indonesia, most likely bakal dicekokin cocktail antibiotik, hihi. Oh, ini pengalaman pertama juga diambil sampel cairan nasofaring. Sebelum melakukan prosedur, dokternya bilang: this might feel very uncomfortable & you will feel like you want to sneeze, but try to resist it. Dan benar kata dokternya, very uncomfortable. Semacam nostalgia waktu dioperasi rhonolith. Btw, gw kira segala rongga hidung tenggorokan diorok-orok ini udah yang paling sakit. Sampai beberapa hari kemudian tetangga sebelah cerita kalau dia abis endoskopi karena perutnya bereaksi sama obat flu yang dia minum… OK, endoskopi masih jauh lebih nggak enak.

Sementara menunggu hasil lab (baru keluar 3 hari kemudian), sama dokter diresepin codeine buat diminum 1x malam sebelum tidur. Ini biar dahaknya keluar & bisa istirahat, nggak lagi kebangun batuk-batuk kencang. Again, di Norway ini obat batuk yang mengandung penenang cuma bisa dibeli pakai e-prescription, tidak dijual bebas biar tidak disalahgunakan jadi ‘barang bagus’. Ya gimana nggak ‘bagus’, obatnya mengandung turunan morfin. Begitu diminum… kerasa banget efeknya jedarrrrrr. Untuk pertama kalinya dalam 3 minggu, gue bisa tidur pulas & nggak sekalipun kebangun karena batuk. Setelah hasil labnya keluar, ternyata sinusitisnya aja kambuh, efek dari radang yang sebelumnya bikin batuk2. Setelah diobati, akhirnya sembuh buh buh. Sekarang tinggal jaga kondisi badan, banyak minum, selalu pakai baju hangat di-layered yang benar dan kalau bebersih rumah pakai masker aja biar nggak kambuh lagi. Kan bentar lagi mau liburan… πŸ™‚

Kalau cerita tentang pengalaman ke dokter selama di Norway, beberapa teman di sini ada yang komen: kok gitu amat sih, ke dokter aja nunggu 2-3 minggu dulu & nggak dikasih cocktail antibiotik pula. Well, nggak bisa menyalahkan sistem healthcarenya sini juga sih. As we all knew, sakit flu batuk-pilek itu penyebabnya kan virus. Virus nggak bisa ditumpas dengan antibiotik (antibiotik cuma bisa dipakai buat menumpas bakteri, bukan virus). Pakai antibiotik buat ngobatin viral infection? That would be a misuse of antibiotics. Kitanya jadi belajar buat mengenali sinyal tubuh, mengutamakan istirahat plus makan-minum yang benar, memberi kesempatan buat daya tahan tubuh untuk melawan si virus. Jadi nggak yang apa-apa panik ke dokter. Kecuali kalau ada kondisi-kondisi tertentu ya. Bandingkan dengan kasus salah satu teman di sini yang (ternyata) extrapulmonary TB-nya kambuh & menyerang sistem limfatik (sebelumnya dia pernah kena TB tulang). Bengkak gede di leher, begitu ke klinik langsung diperiksa lengkap, lalu dikabari besok masuk rawat inap dan seminggu kemudian operasi pengangkatan jaringan. Jadi tindakan yang diambil ya tepat sesuai yang dibutuhkan pasien. Lalu yang gue amati, hubungan pasien-dokter di sini lebih rasional aja. Anyway kalau misalnya nanti terulang lagi kejadian serupa, kayaknya bakal milih bikin appointment aja terlebih dahulu deh, buat jaga-jaga aja biar nggak dagdigdugduerrr musti nunggu 2-3 minggu. Toh kalau ternyata sembuh sendiri, tinggal dibatalin ini.