Satu hal yang gue sukai dari Tromsø adalah: kemana-mana bisa jalan kaki. Ke kampus, ke supermarket, ke sekolah Alma, ke mall, ke danau, ke kebun raya, semua bisa ditempuh pake kaki. Sentrum (tengah kota) pun kalo mau jalan kaki juga bisa, cuma 6 km. Tromsø kota kecil sih… saking kecilnya ngelilingin pulau Tromsøya buat half marathon aja nggak dapet jarak totalnya, kudu nyebrang ke mainland dulu baru bisa genap 21 km 😛

Tapi di hari-hari gelap polar night begini, kalau mau aman jalan kaki wajib hukumnya pakai gelang atau rompi glow in the dark atau yang reflektif (memantulkan cahaya kalau kena lampu sorot). Peraturan pertama buat aman jalan kaki: be safe = be seen. Kalo siang bisa pake baju warna gonjreng. Lha kalau gelap semua-semua keliatan remang-remang? Alma tiap jalan pergi-pulang sekolah sekarang dipakein reflective vest. Banyak juga orang dewasa yang pakai rompi reflektif, terutama mereka yang kerjanya outdoor, yang kemana-mana naik sepeda, serta yang pada suka lari. Iya, lari gelap-gelapan & di tengah udara winter -3'C begini. Tapi biasanya yang jalan kaki aja sih lebih milih pakai reflective arm band, ankle band atau wrist band.

Awalnya karena nggak punya ID wrist band sih. Mau pesen, mahal… Apalagi yang bahannya reflektif, lebih mahal. Tambah lagi kalau mau yang bagusan pesennya ke US, tekor di ongkir. Ada juga sih yang bikin di Norway, tapi nggak lebih murah juga. Kok rasanya sayang yah pesan mahal-mahal 😆 Waktu ke Europris (semacam toko sagala aya gitu) nemu reflective slap-wrist band warna kuning neon, langsung kepikiran bikin ID band. Lumayan, gelangnya cukup lebar bisa ditulisin PLUS bisa dipakai pas winter gelap-gelapan. Tau kan reflective slap-band, gelang yang kalau dislepet di pergelangan langsung kegulung. Di toko buku biasanya jual. Satu lagi bahan yang dibutuhkan: spidol permanent marker.

Bikinnya sih gampang banget: tinggal tulisin aja di wrist band-nya nama lengkap, tahun lahir, nomor yang bisa dihubungi, golongan darah & keterangan tambahan sehubungan dengan kondisi medis. Gue pakai panduan dari Road ID ini. Ya maap Road ID-nya belom kebeli, nyontek panduannya dulu aja deh hihi. Diutamakan sih nulis primary information seperti nama lengkap (pakai surname/family name & bukan nama panggilan apalagi nama alay), kota domisili & kodepos serta nama & nomor kontak darurat. Buat nomor kontak darurat, disini gue pakai nomor Baim. Mungkin kalau yang tinggalnya masih sekota dengan ortu atau kakak-adik bisa dimasukkan juga nomor mereka. Kota domisili & kodepos berguna kalau lagi lari di kota lain, atau negara lain. Selanjutnya boleh ditulis juga secondary information seperti golongan darah, kondisi kesehatan tertentu serta tahun kelahiran. Informasi yang kelihatannya simpel, tapi berguna banget kalau tiba-tiba ada kenapa-kenapa… Ya amit-amit gebrak-gebrak meja, siapa juga yah yang mau dapet musibah. Tapi kalau misalnya kena, setidaknya informasi ini mempermudah orang yang mau nolong kita.
 

Oh iya, paling bagus sih bikin reflective ID band ini pakai wrist band polos warna gonjreng biar tulisannya kebaca aja. Trus nulisnya yang rapi ya 😛 Reflective ID band ini biasa gue pakai di pergelangan tangan (sama satu lagi ada dicantolin di tas), tapi bisa juga dipake di pergelangan kaki. Dimanapun, asal jangan ketutupan kain… Kalo nggak ya sama aja bo'ong, hehe. Kalau lari, selain reflective ID band ini gue juga pakai reflective vest (rompi) yang warnanya gonjreng. Yang penting itu tadi, be seen.

Gampang kan bikin reflective ID band? Jalan kaki & lari tuh enak, sehat, gampang, murah pula… Yang mahal mah running gear-nya 😆