Pertengahan Juni kemarin kami diundang ke acara kumpul2 di rumahnya Mas Danu. Sesama wong Indunisi yang jauh2 merantau ke kutub juga. Eniwei, semalam sebelumnya gue ditelepun Fitri yang ngabarin acara mas Danu sambil panik bayinya diare & gak mau berenti2 nangis. Trus ujung2nya curhat, si Mas Danu minta dibuatin bumbu Mie Aceh, pengen makan itu buat acara besok. Dasar gue orangnya baik hati nggak tegaan tidak sombong & rajin menabung, akhirnya mengajukan diri buat bikinin bumbunya. Cincay, tinggal googling resepnya & cemplung2in ke blender.

Singkat kata singkat cerita, besokannya gue-Baim-Alma dateng ke rumah mas Danu bawa hantaran setoples bumbu Mie Aceh. Gue kasih dong ke mas Danu. Mas Danunya sumringah senang riang gembira, tapi pake lanjutan: “…tapi aku nggak bisa masaknya, mbak. Mbak yang masakin buat makan siang kita semua, ya? Aku udah siapin semua bahannya… Tinggal udangnya lagi aku kupas. Mau ya mbak? Hehe…”

Jyaaaahhh didaulat masak. Kirain dateng tinggal makan aja 😆 *tamu nggak tau diri*

Ya namanya juga kali pertama bikin mie Aceh, rasanya jangan ditanya… Sudah pasti ajaib bin amburadul. Minus emping, minus acar, minus daging kambing toppingnya mie Aceh, minus bawang goreng. Mas Danu juga salah beli mienya; belinya mie cina yang dari tepung kacang itu, instead of mie kuning basah. Yatapi seajaib-ajaibnya makanan Indonesia, kalo disuguhin mah bakalan abis ludes juga. Antara kangen & nggak enak sama gue, kaliyah 😛

Dari rumah mas Danu, cerita beralih setting ke rumah kami. Minggu lalu pas beberes lemari ransum makanan, nemu mie telor yang udah kebuka. Korek2 lagi isi lemari & rogoh2 isi kulkas, ada emping, tomat, toge, bawang-timun, daging kambing, udang, sama bawang goreng. Bumbu buat mienya lengkap pun semua. Bosen makan nasi mulu, yawdah ah masak Mie Aceh aja.

Bumbu:

  • 1 red onion gede
  • 6 siung bawang putih
  • 4 cabe merah besar
  • 4 bijik cabe rawit maha pedas (atau 1 cabe habanero ukuran sedang)
  • 2 sdt ketumbar, sangrai
  • 6 kemiri, sangrai
  • 1 sdt adas, sangrai
  • 1 sdt bubuk jintan
  • 1 sdt bubuk kapulaga/cardamom
  • 1 sdt merica
  • 1 sdt bubuk kunyit
  • bubuk kayumanis & cengkeh
  • gula dan garam sesuai selera

Bahan-bahan lainnya:

  • minyak secukupnya untuk menumis
  • 1 butir bawang bombay kecil, iris2
  • 300 gr udang, pisahkan kepalanya
  • 600ml air
  • 150 gr daging kambing atau sapi, potong2 kecil (kalo gue, daging kambingnya di-shaved pakai pisau dalam keadaan masih 1/2 beku. A whole lot easier buat dipotong kecil2 😉 )
  • 300 gr mie kuning basah, siram air panas (atau mie telor, seduh air panas)
  • 1 butir tomat, potong2
  • Segenggam tauge, cuci bersih tiriskan
  • 1 sdm kecap manis
  • sendok makan kecap manis

Pelengkap:

  • Emping goreng
  • Acar ketimun – bawang merah
  • Bawang goreng
  • Irisan jeruk limau

-Blender semua bahan2 bumbu, simpan dalam toples selai (bisa untuk 2x masak mie Aceh)

-Rebus kepala+kulit udang sampai harum, saring, ambil airnya

-panaskan minyak, tumis 1/2 bagian bumbu beserta irisan bawang bombay. Masukkan irisan daging kambing, masak sampai warna berubah. Tambahkan air kaldu udang, udang, tomat & tauge, masak sampai tauge mulai layu & warna udang mulai berubah kemerahan. (p.s: untuk mie goreng, kurangi air kaldunya)

-Tambahkan kecap manis, aduk rata. Lalu masukkan mie, masak sampai matang. Kalau mau tipe mie Aceh yang basah, masak agak lamaan dikiiitt aja, biar mienya agak mekar sedikit

-Sajikan panas2 dengan taburan bawang goreng. Hidangkan bersama emping goreng & acar. Sesaat sebelum makan, kecrutin jeruk nipis & aduk.

(bisa untuk 4 porsi. Atau 2 porsi besar, kalau makannya gahar macem gue & Baim 😆 )

Hasil masak yang ini? Jauuuuuhhh lebih enak. Menurut Baim & gue ya, hihi. Mungkin karena kali ini pilihan mie-nya benar. Mungkin juga karena ada emping & acarnya. Mungkin juga karena memang pas lagi kabita mie Aceh aja. Lumayan laaaah pokoknya, berhasil ampuh menumpas rasa kangen makan Mie Aceh Seulawah Benhil 😆