Yeaaayy, akhirnya musim panas tiba juga di Tromsø!! Udah mau awal Juni, itungannya udah masuk musim panas dong? 😉

Setelah musim dingin super panjaaangg sampai akhir Maret, musim semi di Tromsø berlangsung basa-basi ; selama April selang-seling hujan gerimis & salju 😆 Salju tebal masih menyelimuti tanah Tromsø sampai akhir April, bahkan awal Mei kemarin pun sempat turun salju sekali. Yah namanya juga kutub, nggak ajaib juga di bulan Mei turun salju. Tapi Tromsø ini istimewa: karena letaknya di utara masuk ke lingkar kutub, sejak April mataharinya siap-siap terbit terus sepanjang hari yang puncaknya nanti adalah midnight sun di bulan Juni-Agustus. Ngaruhnya ke apa? Selain zona waktu setempat dimajukan satu jam (daylight saving time), siangnya pun jadi lebih panjang karena nyaris terang sepanjang hari. In fact, sejak pertengahan Mei ini sudah nggak ada malam. Penasaran seperti apa kondisi nyaris-nggak-ada-malam? Nih:

Foto tersebut diambil pada pukul 2 dini hari, bukan pukul 6 pagi. Efek lainnya: jadwal waktu shalat ikut berubah. Kalau Februari lalu itu maghrib pukul 16.40, isya 19.51 & subuh 03.49, di bulan Mei ini maghrib-isya-subuh semua amprokan pada pukul 00:00. Silakan bayangkan serunya nanti pas bulan puasa Ramadhan… Bulan Juli pas midnight sun kan? Sudah pasti terang benderang sepanjang hari, nggak ada matahari terbenam penanda masuk waktu maghrib. Makanya ulama setempat mengeluarkan fatwa yang memperbolehkan muslim/muslimah di Tromsø mengikuti jadwal waktu shalat di Mekkah sampai musim panas berakhir. Nggak kebayang kalau puasanya kudu 24 jam. Ehtapi pernah ngobrol2 sama muslimah dari Senegal, dia cerita kalau pernah puasa 20 jam di Tromsø ini. Tetep, nggak kebayang kalo musti puasa 20 jam 😆

Sehubungan dengan porsi siang yang jadi lebih panjang, gue & Baim memutuskan untuk mendandani rumah supaya ada 'malam'nya. Dimulai dengan… Pasang tirai anti-tembus sinar matahari. Ya abis gimana dong, sepanjang hari nggak gelap-gelap, daripada nggak bisa tidur? Terutama untuk Alma yang udah kalong supaya nggak tambah kalong. Dulu waktu baca tentang fenomena midnight sun yang efeknya bikin orang insomnia sempat mikir: ah jangan-jangan itu lebay. Eh ternyata kemudian ngalamin sendiri 😆 Bioritme manusia memang sebenarnya sangat dipengaruhi oleh exposure sinar matahari. Kebanyakan sinar matahari bikin jreeenggg kuat melek sepanjang waktu, terlalu sedikit sinar matahari pun bikin badan lesu, ngantuk & maunya mendekam tidur melulu (nah itu nanti pas musim dingin). Kalau sekarang, Alma beneran jadi ogah tidur. Pas disuruh masuk kamar, selalu dia ngeles sambil nunjuk jendela: “Masih siang, Mama… Ndak gelap. Alma mau main sepeda di luar… Gimana doy?” 😆 Sebagai gambaran kondisi jam 9 malam disini, silakan lihat gambar berikut:

Serius, itu jam 9 malam, yang terang-benderang macam jam 4 sore. Mau jogging sampai jam 10 malam pun masih terang. Di dalam kamar tidur apalagi, sukses bermandikan sinar matahari!

Berikut setelah dipasangi tirai anti-tembus sinar matahari:

Ta-daaaa… Akhirnya gelap! Ayo Alma buruan kamu tidur, nggak ada lagi alasan nggak mau tidur! 😆

Sisi positif dari matahari makjreeenggg sepanjang waktu salah satunya adalah pemakaian lampu jadi hemat. Saat malam tirai-tirai ditutup pun masih cukup terang, sepanjang siangnya apalagi… Mandi sinar matahari, uuuw yeaaah 😆 Dari pagi sampai sore semua tirai jendela dibuka lebar-lebar biar rumah hangat oleh sinar matahari, mengkompensasi hari-hari gloomy di musim dingin yang lalu. Cuma yah lama-lama nggak asik juga tiap jendela dibuka, bagian dalam rumah terlihat macam akuarium. Jadilah semua jendela dipasangi tirai tipis vitrase. Masih tembus pandang? Vitrasenya pakai dua lapis! Woohoooo sukses deh dari luar (rada) nggak bisa lihat ke dalam rumah, tapi dari dalam rumah masih bisa stalking tetangga! #eh

Sip lah… rumah sudah cantik, siap menyambut hari-hari hangat di musim panas! Selamat menikmati insomnia musim panas, Ai!