Everybody deserves a holiday ! Suntuk, bosan & cuaca gloomy Penang bikin pengen keluar jalan-jalan agak jauhan. Yang suasananya beda gituh. Hummm… ke KL enak kali yah ?

Kebetulan tengah Oktober kemarin, Baim dapet undangan buat bantu ngajar di Universiti Pertanian Malaysia (UPM) Serdang. Ngajarnya dibawah tim Dr. Nuraini, ada Najiha juga sesama RO. Cuma karena dia cowok sendiri, dapet kamar sendiri dong. Biar itu kamar nggak sepi-sepi amat, gue & Alma ikut. Trus kami perpanjang nambah 3 hari di KL. Mayan, jadi liburan.

Sebetulnya gue termasuk jarang ke KL. Padahal kalo naik bus cuma 4-5 jam perjalanan (bandingkan dengan ke Kelantan naik bus 8 jam). Kenapa jarang ? Soalnya di KL nggak ada temen/sodara yang bisa gratisan buat tempat numpang tidur gratis πŸ˜† Kalau Baim lumayan sering ke KL buat ngajar; tapi palingan tektok sehari aja, jarang sampai nginep.
Sebelum acara liburan kemarin, the most recent time ke KL itu sekitar 2 tahun yang lalu. Pas Oktober juga, pas pula lagi hamil 2 bulan. Yeah, sudah bisa ditebak : muntah-muntah. Di pesawat aja mabok. Jadinya pas sampe di KL cuma mendekam di kamar hotel. Lupakan ngalap beli baby furniture di IKEA, lupakan main2 di KLCC Park, lupakan dinner berdua di Tarbush… lupakan ! Makanya pas ada kesempatan ke KL lagi, tekad gue sudah bulat : mau balas dendam sama trip 2 tahun yang lalu ! πŸ˜†

OK kita mulai kisah liburan kali ini. Untuk menuju, sempat terpikir opsi naik bus malam dari Penang. Rencananya : naik bus jam 12 malam dari Penang, trus paginya nyampe di KL, titip koper di KL Sentral trus jalan-jalan. Lepas makan siang baru pergi ke Bangi (daerah KL-coret sono… dekat Putrajaya) naik ERL (KLIA Transit), turun di stesen Putrajaya & lanjut ke penginapan naik taksi. Tapi waktu bandingin harga tiket bus dengan tiket pesawat… ih lebih murah bolak-balik naik AirAsia. Sebagai perbandingan : naik bus Penang-Klang Valley-Penang itu RM 60 x 2 orang x 2 = RM 240. Belum ongkos taksinya, ongkos ERL & ongkos ‘killing time’ jalan-jalan. Belum geret-geret koper sambil ngangon Alma. Belom kalo Alma cranky didalam bus. Udah lah naik pesawat aja. Tiketnya Baim kan gretong, sementara tiket gue & Alma p-p ‘cuma’ RM 228. OK, langsung pesan tiket pesawat, beres.

.

Bagian-1 : Uniten @ Bangi

31 Oktober kami mendarat di airport LCCT Sepang & ternyata… dijemput sama staf dari UPM πŸ™‚ Hihi,udah nyiapin duit taksi aja gue. Beres check-in di The Residence @ Uniten, kami diantar staf ke UPM (di daerah Serdang) untuk makan siang. Selesai makan siang, Baim & team setting lab di school of math, sementara gue & Alma main-main aja di sekeliling kampus. Kalo Alma capek, tinggal pangku trus pasangin film kartun dari hape.

Sorenya kami balik ke hotel & istirahat. Nggak sempat jalan-jalan disekeliling hotel karena ternyata… sama aja cuacanya kayak Penang : saban sore hujan deras pake gluduk-gluduk. Padahal penasaran sama danau dekat hotel ini. Oia, The Residence ini hotelnya ada didalam wilayah kampus Uniten (Universiti Tenaga Nasional) & menghadap ke danau kampus. Karena letaknya jauh dari pusat kota KL (seperti Jakarta-Bogor laa), gue nggak merekomendasikan hotel ini buat mereka yang mau liburan hepi-hepi di KL. Tapi kalau ada keperluan berkunjung ke daerah Putrajaya dan sekitarnya & cari akomodasi yang harganya moderate tapi nyaman, silakan pertimbangkan untuk stay disini. Eniwei… untung saluran TV kabel di hotel lumayan OK : ada Star Movie & Travel Living Channel. Plus kamarnya nyaman & luas, cukup luas buat Alma jungkirbalik setelah semua perabotnya dipinggirin. Oh well, bawa balita gituloh.

Malamnya kami rencana pengen makan-makan di restoran D’Tasik, resto seafood di pinggir danau kampus. Tapi ternyata… Senin tutup. Dan jalan sepanjang tepi danau menuju D’Tasik itu gelap nggak ada lampu ! Ogah ambil resiko kecebur danau gara-gara jalan malem gelap-gelapan, pesan in-room dining aja deh. Mahal dikit gapapa, daripada kecebur. Pas makanannya datang, gue & Baim bengong. Bukan bengong karena harganya (harganya pun standar makanan hotel), tapi… karena rasanya enak ! No offense ya, tapi baru ini gue (dan Baim juga mengakui) menemukan makanan hotel di Malaysia yang tergolong enak. Curiga kokinya orang Indonesia, hihi. Oia, porsinya pun GEDA ! Set nasi goreng untuk Baim & nasi ayam hainan untuk gue, rasanya samsek nggak mengecewakan. Dan nyaris kekenyangan. Later, Najiha & Dr. Nuraini pun bilang hal yang sama tentang makanan yang mereka pesan : porsi geda & enak.

Esok paginya (1/11) selesai sarapan berlima, Baim berangkat ke UPM & gue bawa Alma jalan-jalan ke danau kampus. Ternyata… danaunya luas yah. Dan mau bawa Alma jalan-jalan, kok ya agak takut. Selain jalanannya becek karena sisa hujan semalam, tepi danaunya nggak ada pembatasnya. Ngeri kalo Alma kepleset & kecebur ah ! Akhirnya Alma hanya jalan-jalan menyusuri satu sisi danau aja.

Alma senang banget jalan-jalan pagi itu. Agak rewel pas naik tangga mau kembali ke kamar, tapi setelah ketemu kasur yang enak buat lelompatan, dia happy lagi.

Makan siang ? Cincay, pesan lagi aja makanan hotel. Inilah enaknya kalau anak udah bisa makan makanan yang sama dengan ortunya. Buat ransum Alma, dari Penang cuma bawa susu UHT 6 kotak (250 ml) & 6 kantong nugget kukus. Begitu sampai hotel, susu & nugget langsung masuk kulkas. Susu UHT cuma bawa segitu untuk kebutuhan dua hari di Bangi saja. Selama Alma masih bisa makan makanan gue (makanan yang bersih tentunya, bukan hawker food yah), nuggetnya di kulkas jadi ransum. Nuggetnya dibawa juga untuk mengantisipasi GTM yang melanda beberapa hari sebelum berangkat. Ketar-ketir juga, gimana ini kalo pas jalan-jalan si GTM ikutan juga. Eh ternyata… sembuh loh ! Alma makannya jadi superlahap. Di setiap waktu makan, gue cuma makan 1/2 porsi karena 1/2-nya lagi habis sama Alma πŸ˜† Sembuh karena ganti suasana kali yah. Untuk sarapan, Alma makan makanan breakfast buffet; hari pertama makan nasi lemak, karipap & rendang (rendangnya manis); hari kedua makan nasi dagang, samosa & kari ikan. Makan siang & malamnya sharing sama gue. Enak deh kalo makannya begini.

Di malam kedua, alhamdulillah diundang dinner di KL oleh prof. Zanariah πŸ™‚ Kami dijamu di restoran Seri Melayu; letaknya di jalan Conlay, di pusat kota Kuala Lumpur dekat dengan KLCC. Konsep restorannya berupa buffet restaurant dalam dining hall bernuansa melayu. Gedungnya dari luar serupa rumah adat melayu, kebanyakan makanan yang dihidangkan juga makanan melayu (yang rasanya sudah disesuaikan dengan citarasa kontinental). Karena mengusung ide ” a total Malay Heritage experience”, sepertinya banyak yang menjamu klien expat di restoran ini… tengok kiri, ada semeja penuh bule. Tengok kanan, sama juga.Β  Oia, ada live performance tari-tarian tradisional Malaysia juga. Gue lebih konsen menikmati makanannya (dessertnya enak !) daripada nonton live performance; imho, masih lebih festive & indah kesenian tradisionalnya Indonesia. Yang mana bikin gue bertanya-tanya : di Indonesia ada nggak ya, resto yang mengusung ide seperti ini ? Kan seru tuh tamu expat dijamu makanan khas Indonesia dalam versi fine-dining, lalu disuguhi pertunjukan kesenian tradisional Indonesia seperti tari saman, tari legong, dsb. Tapi jangan debus yah. Sayang sekali kalau hanya di Bali atau Prambanan aja yang ada resto serupa ini… kan lebih keren lagi kalau juga ada di Jakarta. Tamu yang hanya semalam-dua malam di Jakarta bisa dijamu merasakan “a total Indonesian Heritage experience” πŸ˜‰ Overall, it was a really pleasant dining experience.

.

Bagian-2 : Kay- Ell

Rabunya (2/11) Baim lanjut mengajar lagi di UPM, sementara gue beberes untuk siangnya check-out & berangkat ke KL. Koper dibawa Baim, sementara gue cukup bawa ransel & Alma dalam gendongan. Dari Bangi, ada 2 cara untuk menuju KL. Pertama : naik taksi dari hotel ke stesen ERL Putrajaya >> di stesen naik KLIA Transit (RM 9.5) >> turun di KL Sentral >> nyebrang trus naik monorail (RM 1.6) >> turun di bukit bintang >> jalan kaki ke hotel di jalan Pudu. Tapi Baim menyarankan cara kedua : dari Uniten naik taksi, terus cuussss langsung ke hotel di KL. Sudah bisa ditebak, cara mana yang dipilih πŸ˜† Kalau mau bablas naik taksi, yang penting pilih taksi yang beneran pake argo (teksi bermeter). Jangan mau naik taksi yang argonya tarikan. Pengalaman banget sama taksi di Penang, ongkosnya ditawar semua (kecuali taksi bandara)… masih lebih kerenan burung-biru kemana-mana deh. Tapi ternyata di KL ada juga taksi yang bagusan & argometernya beneran jalan. Semalam sebelumnya pesan taksi dari Sunlight Taxi. Sejam sebelum taksinya datang, dikirimi sms notifikasi berisi konfirmasi pesanan taksi, booking number, nomor taksi yang akan menjemput & estimasi jarak ke tempat tujuan. Oia, untuk pesanan taksi ke wilayah luar kota KL ini dikenakan extra charge RM 10. Jujur, ini pengalaman pertama gue naik taksi, berdua Alma doang, di Malaysia. Sempet takut dibawa kabur πŸ˜† Biasanya kemana-mana kan naik bus, ogah banget gue bayar taksi mihil-mihil. Tapi kalo taksi yang argonya jelas begini insha Allah credible & aman. Buat jaga-jaga, GPS dinyalakan selama perjalanan (inilah untungnya punya hape dibundled ama GPS !!). Tapi akhirnya GPS tersebut lebih membantu si pak supir yang nggak tahu jalan Pudu itu dimana πŸ˜† Akh pak supir gimana sih. Eniwei, perjalanan Bangi-KL naik taksi totalnya RM 39, itu udah termasuk extra charge RM 10 & duit tol RM 1. Jadi bayaran yang tertera di argometer sekitar RM 28 ya. Termasuk murah; di Penang gue naik taksi sejarak kayak Sudirman – BlokM (dalam kondisi lancar jaya) bisa ‘digebuk’ RM 15 atau setara Rp. 45.000′-. Sorean dikit RM 20 bahkan 25. Giblik.

Selama di KL, kami tinggal di MY Hotel. Letaknya sekitar 5 menit jalan kaki dari daerah Bukit Bintang yang rame itu. Booking via airasia.com dapat diskon 10%, dapet RM 213 untuk dua malam (tidak termasuk sarapan). Sengaja nggak pilih hotel yang letaknya tepat disekitaran Bukit Bintang karena disana terlalu berisik. Oia, tadinya gue mau turun di Bukit Bintang trus jalan-jalan ke Pavilion Mall & makan siang disana. Tapi udaranya sedang panas & Alma agak cranky karena mengantuk, akhirnya langsung ke hotel. Early check-in, langsung dapat kamar. Kamar hotelnya ? Niceee… bersih, rapih, nyaman, sejuknya enak & cukup luas.

Lebih impressed sama kamar di MYhotel daripada hotel yang di Uniten. Dari pengamatan selama menginap disini, biar hotelnya kecil tetapi bersih, terang, staf hotelnya gesit & ramah, serta kayaknya cukup banyak pasangan turis bule uzur yang nginep disini. Oia, di hotelnya juga ada restoran kecil & money changer. Tepat disebelah hotel ada warung kayak 7-11 & resto kecil Al Wira (menunya nasi kandar, roti canai, nasi campur dkk) yang buka pagi sampai tengah malam. Lumayan bisa sarapan disitu. Gue sempat makan siang disana sebelum check-in; nasi biryani ayam madu & limau ais = RM 10. Standar KL lah. Kalau untuk tempat numpang tidur aja sementara sehari-harinya kelilingan senang-senang di KL, MYhotel ini udah cukup banget.Β  Ehtapi ini standar gue ya, nggak tahu juga deh kalau buat yang less adventurous. Gue pribadi sih sangat merekomendasikan hotel ini πŸ˜‰

Sambil menunggu Baim datang, gue & Alma akhirnya tidur siang aja. Baim sendiri baru sampai di hotel jam 7 malam (jam 5 sore dari Putrajaya). Kelar shalat & bebersih, langsung keluar buat makan malam di Pavilion. Tadinya mau makan di Tarbush atauΒ  Al-Amar, tapi tempatnya nggak baby friendly. Yes, menurut gue, dimanapun itu yang ada asap shisha menguar kemana-mana termasuk nggak baby-friendly. Sebelum ke Pavilion, kami mampir dulu di Lot-10 (ke National Geographic Store), sama ke… Sephora Starhill Gallery ! πŸ˜†

muka pengen ngalap

Ehtapi di Sephora cuma puas-puasin cuci mata & maenan tester. Harga disini agak lebih mahal dibandingkan dengan pesan langsung ke seller langganan; untuk beberapa palette bisa beda 50-100 ribuan. Tapi untuk beberapa kosmetik, masih lebih murah beli disini daripada ikutan PO di Indonesia (Oh, gue KAPOK-SURAPOK ikutan PO di Indonesia !! *maap curcol*). The famous Urban Decay Naked Palette nggak sampe 500 ribu disini, wahai sodari-sodari πŸ˜‰ Oia, di daerah sini juga ada mall baru : Fahrenheit. Trus yang pada nyari Uniqlo, letaknya pas diseberang Sephora Starhill Gallery.

Kenyang cucimata & kenyang cuci mulut, kami kembali ke hotel. Sudah mendekati tengah malam, nightlife ajep-ajep pun mulai menggeliat keluar. Kafe & bar suaranya mulai seru, udara kerasa panas & berbau asap rokok, mbak-mbak masseurs makin agresif menggaet cowok-cowok timur tengah di jalan sambil bujuk-bujuk buat mampir lah, mulai banyak pula yang mejeng dengan dandanan seseksi Angelina Jolie tapi betisnya betis kuli… emang baiknya nggak bawa anak kecil deh kalo kesini πŸ˜› Kalopun sama anak kecil, usahakan pulang ke hotel sebelum jam 11.

.

Bagian-3 : IKEA !!

Kamis itu (3/12) gue bangun dengan hati senang riang gembira, karena… jadwalnya ke IKEA !! Ihiy, stamina sudah siap untuk ngalap disana, dompet pak suami pun sudah siap diberdayakan seisi-isinya πŸ˜† Sengaja berangkat pagi supaya pulangnya nggak kesorean & nggak amprokan sama macet jam pulang kerja. Tipikal kota metropolitan, jam pulang kerja macet & kereta penuhnya gila-gilaan. Bedanya Jakarta lebih unbearable kali ye.

Anyway…

Ke IKEA di daerah Damansara ini gampang & transportnya enak. Kuncinya ya itu : berangkatnya selepas pukul 9 pagi. IKEA-nya sendiri buka jam 9.30, restoranya buka jam 9. Lepas sarapan, kami berangkat dari hotel jam 9.30 ke KL Sentral naik monorail dari stesen Imbi (Rm 1.6 x 2). Turun di stesen Tun Sambanthan, trus nyebrang masuk ke KL Sentral. Dari KL Sentral nyambung naik LRT (RapidKL, RM 2.1 x 2), turun mentok di stesen LRT Kelana Jaya. Trus keluar nyebrang & nunggu kedatangan free shuttle bus di halte bus seberang stesen Kelana Jaya πŸ™‚ Busnya bakal stop di pintu masuk Ikano Power Centre; itu udah satu gedung sama IKEA. Cuma karena pas nyampe halte bus eh hujan turun (dan busnya baruuu aja berangkat), kami akhirnya naik taksi. Again, pilih taksi yang bermeter. Total ongkos : RM 10 saja. Eat that, wahai taksi Penang… *masih bete*

(p.s : untuk pilihan rute & transport lainnya menuju IKEA Damansara, silakan lihat disini)

(Catatan tambahan per 17/11 : Dinniw bilang, di wilayah Bukit Bintang (depan Royale Bintang Hotel) ada juga free shuttle service untuk ke mall The Curve (seberangnya gedung IKEA). Setahu gue shuttlenya berangkat agak siangan, sekitar jam 10-11an & opsi jam balik ke Bukit Bintangnya itu jam 3 siang & jam 8 malam. Jadi kalau mau agak siangan ke IKEA & nggak bolak-balik naik RapidKL, sila naik free shuttle bus ini πŸ˜‰ TFS ya, Dinn !)

Sampai di IKEA… langsung mangap. Udah nggak sabar pengen ngalap. Jalan, jalan, jalan… eh kok malah keasyikan nguplek di bagian baby products ?? Alma kan udah bukan bayi lagi, hihi. Yah maap, abisan saya masih dendam dua tahun yang lalu gak kesampean ke IKEA gara-gara mual hamil muda. Apa punya bayi lagi aja kali ye ? *digetok buku tabungan ama Baim* Yaudah, mari pindah ke tempat mainan anak-anak. Sementara Alma asyik main sama Baim, ibunya ngalap dulu ye.

Paling enak kalo mau belanja di IKEA itu : bikin dulu list barang yang mau dibeli. Browsing aja di situsnya ikea. Lalu menggunakan excel di hape : catet barang yang mau dibeli, berapa jumlahnya & berapa harganya. Ini berguna banget supaya acara belanja lebih terencana & nggak kalap. Dan yang terpenting : nggak bikin suami meratapi dompetnya setelah melewati kasir πŸ˜† Tapi yah tapi, biar udah bikin list belanjaan lengkap, laper mata mah tetap. Tiap gue megang piranti & mendesah “Ih, lucu yah. Bagus yah…”, pak suami langsung galak : “Ada di list nggak ? Kalo ada beli, kalo nggak taro !” sambil pasang muka (sok) galak. Cakep cakep kok galak banget siiih, sayang ? *sok-sok muji* *daripada digeret keluar IKEA*

Mama, kita catet dulu apa yang mau dibeli... biar dompet papa nggak jebol !

Tapi pada akhirnya, nggak terlalu ngefek juga sih ‘digalakin’ Baim. Tetep nambah juga belanjanya. Abis senyuman gue lebih maut bikin lumer, MWUAHAHAHAA !

Acara belanja dipotong sebentar buat makan siang di IKEA restaurant. Pesan gravad lax, pear soda, Daim cake, cappucino & IKEA wedish meatballs. Alma ikut makan meatballsnya & lahap ! Nggak usah Alma, gue & Baim juga lahap.

Yang bikin meatballsnya enak adalah gravy cream sauce & lingonberry sauce. Belah dagingnya, celup-celup ke kedua saus tersebut, lalu makan. Mmmhhhmm. Every bite is precious. Tapi bikin lupa diri. Sadar-sadar tinggal kesisa sebutir-dua butir meatballs aja. Ah, belom bisa gue bikin swedish meatballs seenak & se-creamy punya IKEA… sekali waktu pernah coba bikin, jadinya malah swedih meatballs (karena buatan gue rasanya masih menyedihkan πŸ˜† ). Tapi yang bikin makan siang kali itu semakin indah adalah Daim cake.

Aku mau lagi ! πŸ˜†

Kalo kata Meta : paruik kanyang, hati sanang. Udah kenyang, acara belanja jadi lebih menyenangkan. Dan pastinya keganasan ngalapnya pun berkurang, hehe. Temuan paling berharga di hari itu : vas bunga kecil mirip labu erlenmeyer, tapi lucu juga dijadiin botol saji homemade sauce. Satu tips lagi : kalau ke IKEA mampirlah ke bagian As-Is. Disana ada banyak produk IKEA yang dilepas harga miring; biasanya karena kegores/mbrudul dikiiit atau bekas barang display, tapi kondisinya masih bagus & kuat. Lumayan banget hasil ngacak-ngacak di As-Is : dapat dua tea cup, satu pie dish putih, beberapa piring & alas makan, sama shawl hanger. Semua nyaris setengah harga & relatif masih mulus. Ada baby cot juga, masih baguuus… beserta matrasnya pula. Tapi gimana caranya bawa pulang ke Penang ? Ah lagian Alma juga udah nggak muat tidur disitu *menghibur diri* πŸ˜†

Selesai belanja, hihii… pak suami laper lagi. Sabar ya sayang, kita rapihin belanjaan dulu. Melipir ke meja pembungkusan barang & sisihkan waktu buat swalayan mengemas rapih belanjaan. Daripada nanti di hotel ribet-ribet ngepak lagi; ada Alma gitu loh. Ngepak di hotel beresiko belanjaan dimainin & dibanting-banting si bocah *ngeri sendiri* Oia, saran aja : bawa gunting kecil sendiri. Gunting yang disediakan disini bikin emosi jiwa πŸ˜› Selesai dengan urusan kasir & kemas-mengemas, Sambil nunggu jadwal bus berangkat, melipir dulu ngemil-ngemil di kafenya.

my current obsession. Lebih enak daripada yang fish roe paste. Nyesel cuma beli satu tube.

Jam 4 sore pulang naik free shuttle bus ke stesen Kelana Jaya. Rute pulangnya sama dengan rute pergi, hanya saja dari Kelana Jaya kami turun di Dang Wangi, lalu jalan kaki nyambung naik monorail dari Bukit Nanas. Turunnya di Imbi. Dari Imbi jalan kaki ke hotel. Kalau turun di KL Sentral bakal amprokan dengan jam pulang kerja; bisa penuh desak-desakan & kelamaan nunggu naik monorail ke Imbi. Oia, buat yang perlu rute rail lines di KL bisa lihat disiniΒ  (ikuti yang bergaris tebal, yang garis putus-putus itu masih plan).

Jadwal layanan Ikano free shuttle bus

Pas nyampe di hotel, pas hujan deras makbyuurrr. Ya udah, sepanjang sore tiduran mengistirahatkan kaki aja sambil nyicil beresin koper. Malamnya selepas magrib, keluar lagi makan malam di daerah Pavilion. Sambil cari-cari beberapa benda yang lucu-lucu, hihi. Dalam perjalanan balik ke hotel, jalan sepanjang changkat bukit bintang macet total. Sampai ke Imbi & seterusnya. Itu baru jam 10 malam. Wassalam deh yang pada milih naik taxi.

.

Bagian-4 : KLCC

Jum’at (4/11), jadwal pesawat pulang kami ke Penang jam 5 sore. Enaknya seharian kemana lagi ya ? Ah, ke KLCC aja. Sekalian check-out pagi-pagi. Karena barang bawaan bertambah satu kardus gede (sebelumnya cuma bawa koper kecil beroda), akhirnya sewa taksi buat ke KL Sentral. Perhatikan kata ‘sewa’ : ini taksi yang nggak pake argo. Sopirnya minta RM 25, Baim nawar 15. Akhirnya dikasih RM 20. Gapapa… ngos-ngosan naik tangga & jalan kaki geret koper & kardus ke KL Sentral ?

Di KL Sentral, koper & kardus ditaro di tempat penitipan koper πŸ˜‰ RM 5 untuk satu koper/kardus besar barang. Beres nitipin, kami menuju KLCC naik RapidKL. Sekali naik saja, turun di stesen KLCC, jalan sedikit, sampai deh di basement shopping Ampang Mall Suria KLCC. Tujuan utama di Suria KLCC : ke Kinokuniya & Sephora (lagi) ! Penasaran sama Sephora disitu, katanya lebih besar daripada yang di Starhill Gallery (dan emang lebih besar). Oh sama sekalian kunjungan sosial ke Nine West, menjenguk boots cantik disana, hihi. Sayang sekali… baru sebentar melakukan kunjungan sosial, gue digeret keluar sama Baim karena nyaris meneteskan air liur diatas knee-high leather boots hitam nan sexy. Ya maap, sayang… namanya juga ngiler. Abis itu mau ajak Alma jalan-jalan di KLCC Park, tamannya luas & cantik, ada playgroundnya juga. Tapi lagi-lagi karena paginya hujan, nggak jadi deh. Alma akhirnya main di section buku anak-anak di Kinokuniya. Mau diajak ke Aquaria & Petronas Science Centre, eh bocahnya tidur. Ya sudah, berarti emang harus ke KL lagi πŸ˜‰ Sebelum pulang, ngemil-ngemil cantik dulu & bawa macaron Chocolat World untuk cemilan.

Lucky me, hari itu special macaron of the day-nya adalah Red VelvetΒ  πŸ˜€

Sebenarnya begitu siang hujan sudah reda. Masih pengen melipir ke playground & Aquaria, cuma kayaknya bakal bablas & ntar malah telat check-in di LCCT. Akhirnya jam 1 siang cabut ke KL Sentral, ambil barang yang dititip, lalu naik bus Aeroport menuju LCCT (RM 8 per orang, kalo bus airport coach harga tiketnya RM 9). Sampai LCCT langsung check-in, makan siang, lalu boarding. Selama di pesawat, Alma tidur lagi *sujud syukur* Jam 6 sore alhamdulillah sudah sampai lagi di Penang πŸ™‚

Sebenarnya KL itu agak ngebosenin yah… kalau nggak ada IKEA, belum tentu menarik πŸ˜† Masih lebih menarik tujuan wisata di Penang, Melaka & daerah lain seperti Perak, Kota Kinabalu, Cameron Highland… atau pulau Tioman, pulau Redang & pulau Perhentian. Kalau tujuannya buat belanja & merasakan aura metropolis, monggo melancong ke KL. Kemaren itu kebetulan memang lagi pengen ngerasain suasana yang mirip Jakarta; cocok-lah pergi ke KL. Meski biasa aja, tapi gue masih pengen lagi pergi kesana kok. Terutama buat menyambangi IKEA πŸ˜† Somehow, kota ini sukses bikin (agak) ngiri dan berkali-kali ngebatin “Coba yaa Jakarta bisa kayak gini”. Terutama pas naik transportasi umumnya. Beuuh. Kapan itu dong Stasiun Kota dibuat macam KL Sentral ? Nggak usah jauh-jauh lihat ke Singapura, KL aja udah lumayan bikin ngiri.

So, tujuan selanjutnya mau kemana lagi ? Penasaran pengen ke Perak euy… ke Kellie’s Castle. Trus ke Cameron Highland. Trus ke Malaka, pengen lihat Jonker Street, Christ Church (yang suka dipake Bobby Chinn buat tempat syuting masak) & bangunan kuno budaya peranakan. Trus ke pulau Tioman. Trus keΒ  gunung Kinabalu. Trus ke gua Gopeng & main rafting *Alma mo dititipin ke siapaaa pas rafting ?* Trus… trus… trus kita ngumpulin duitnya dulu yuk buat liburan selanjutnya πŸ˜†