Saat Alma lahir & menerima kado-kado dari para saudara, gue menemukan tulisan berikut tercetak di salahsatu bungkus gendongan bayi buatan lokal :

image

 

Nggak tahu kenapa, membacanya membuat gue makin terpacu untuk memberikan ASI buat Alma, diatas breastfeeding problems yang saat itu sedang dialami. Saat itu yang bisa gue kasih ke Alma cuma ASI, ya udah, itu saja yang semaksimal mungkin gue usahakan. Somehow, kampanye macam ini yang gue rasa ‘ngena‘ ke gue (gue nggak bicara kena-apa-nggaknya di orang lain yah). Lebih di luar apa yang ditulis di buku-buku, situs breastfeeding, produk-produk alat bantu menyusui, pendapat para ahli, dan sejenisnya. IMHO, bagus juga kalau di tiap kemasan produk baby apparels diselipkan secarik pesan seperti ini.

Beberapa buku yang mengusung tema tentang kehamilan & persalinan pasti membahas soal pemberian ASI. Dari mulai yang bahasannya klinis, sampai yang bernuansa religi ataupun self-healing. Jaman waktu hamil, gue banyak-banyak memanen info seputar menyusui dari buku-buku tersebut. Kebanyakan sekedar numpang baca di toko buku, beberapa gue beli & jadikan pegangan sehari-hari manakala nanti struggling di rumah. Tapi di salah satu buku yang gue beli (yang gue pikir isinya akan bagus karena bertema religi & satu-satunya buku kehamilan & persalinan yang bernuansa religi yang gue beli), alangkah kagetnya & sedihnya gue saat membaca tulisan ini :

image

Watdehel ? #&*%@^$ ??

Nggak habis pikir akan dua hal : 1. Penulisnya kok bisa segamblang itu menulis penyataan diatas, membawa-bawa kata ‘neraka’ ? 2. Bagaimana perasaan seorang ibu yang sudah berjuang sekuat tenaga untuk menyusui tapi menemui hambatan, lantas membaca tulisan tersebut ? Seorang ibu yang mungkin membeli buku ini dengan keyakinan akan mendapatkan informasi santun & kalimat penyejuk, tetapi malah dosa & neraka yang digadang-gadang didalamnya ? Meski penulis buku tersebut adalah seorang ibu juga (entah dia berhasil memberikan anak-anaknya ASI full ato nggak). tapi menurut gue, tulisan diatas sama sekali nggak punya empati.

Ini yang membuat gue selama ini memilih diam-dan-mengamati mengenai hal seputar menyusui, kecuali kalau ditanya langsung atau sharing dengan mereka yang pernah mengalami breastfeeding problems serupa. Udah, titik, sampai disitu aja.  Gue nggak mau ngurusin atau curhat panjang-lebar mengenai pandangan gue tentang mereka yang membuang-buang ASI kek, mereka yang ASInya melimpah tapi memilih untuk tidak menyusui kek, mereka yang ngasih susu lain buat anaknya kek, mereka yang curhat ke gue takut badannya rusak karena menyusui kek, terserah… itu bukan urusan gue (dan toh gue juga nggak ngurusin anak mereka). Setiap ibu di dunia ini punya battle-nya masing-masing, perjuangannya sendiri-sendiri, dan hanya Dia Yang Maha Tahu yang punya catatan pahalanya… bukan manusia yang berhak untuk menentukan batasan dosa atau tidaknya.

Tapi kalau masih ada yang berpikiran macam tulisan di atas untuk menghakimi & mengukur sempurna-tidaknya, mulia-tidaknya seorang ibu, jujur : gue sedih. Sedih, karena agama cuma dilihat sebatas surga-neraka & nggak dipakai untuk  berempati & jadi dasar untuk membantu, or even mengerti kondisi orang lain.

Mungkin tulisan ini nggak membantu banyak-banyak juga yah. Buat para ibu yang sedang mengalami breastfeeding problems, akan selalu ada orang-orang picik yang berkomentar serupa seperti tulisan dalam gambar.2. Tapi kabar baiknya : anda nggak sendirian. Kelilingi diri dengan informasi yang akurat & tepat, serta orang-orang yang mendukung-menyayangi anda & anak anda, sembari terus berusaha memberikan yang terbaik buat anak. Dari semua hal-hal baik yang ada di dunia, percayalah kalau pemberian Tuhan melalui seorang ibu itu adalah the most ultimate gift untuk anak-anaknya. Kalau semuanya sudah diusahakan sekuat tenaga yang dipunya, berserahlah dan berdoa. Untuk  kebaikan anak, kebaikan keluarga & kebaikan diri.

Lalu jalani hidup dengan penuh rasa syukur.

Itu ajah.