Wow. Udah delapan bulan aja.

Di umur delapan bulan ini, misinya Alma masih sama seperti bulan lalu : ogeng-ogeng belajar berdiri sambil ngerambat. Sudah mulai melangkah 1-2 langkah, meski masih limbung. Tapi sekarang kami harus ekstra hati-hati karena anaknya makin gesit, gerakannya makin cepat & makin heboh sradak-sruduk πŸ˜† Alma bahkan udah bisa “membebaskan” diri dari bumbo chairnya ! Benteng bantal bertumpuk-tumpuk itu pun udah nggak mempan menahan kegesitannya, jadi yah saat mengawasi Alma nggak boleh meleng sedetikpun.

Kalau menurut buku ini, katanya kebanyakan bayi di usia delapan bulan lagi seru-serunya merangkak… tetapi ada bayi yang melewati fase merangkak ini & lebih senang belajar berdiri serta merambat. Nah, Alma masuk ke pengecualian tersebut πŸ˜› Biarpun dipaksa atau disuruh, nggak bakal dia merangkak dengan dua kaki & dua tangannya seperti bayi-bayi di iklan itu. “Merangkak”nya Alma lebih seperti ini : satu kaki menjejak sementara lutut di kaki lainnya diseret & tangannya menggapai-gapai. Ah susah ngejelasinnya, pokoknya gitu deh. Seringnya Alma malah marah-marah kalau kelamaan dibiarkan merangkak; dia lebih senang dihampiri & dibantu berdiri untuk kemudian ngerambat atau dibantu dititah. Capek sih, tapi kami berusaha melihatnya sebagai pencapaiannya Alma, daripada memaksakan dia untuk merangkak πŸ™‚ Sekali waktu saat Baim mengamati gaya merangkaknya Alma, dia bilang : “Inget gak fotoku pas bayi yang lagi merangkak ? Sama kan gayanya kayak Alma merangkak ?!! Perhatiin deh, sama banget !”. Okaaay… ternyata buah tuh jatohnya nggak jauh dari pu’un-nya πŸ˜†

Yang juga gue perhatikan, di bulan kedelapan ini kemampuan komunikasi Alma semakin berkembang : semakin sering babbling mengulang-ulang ucapan satu suara konsonan seperti “ma-ma-ma” atau “ba-ba-ba”. Seruuuuu banget kalau Alma lagi berceloteh-ria, suaranya bisa kedengeran sampai ke halaman depan rumah πŸ˜† Mana suaranya Alma ngebass pula. Saat bermain & memanggil Baim/anggota keluarga lainnya, yang diucapkan Alma adalah “abbah”, “eh”, atau “ba-ba-bba”. Lucunya nih, kalau meminta sesuatu dari gue atau minta gue gendong (ini KHUSUS hanya ditujukan ke gue), Alma bakal berkali-kali menyebut “mamm-ma-ma-maa”… seringnya sambil mewek sih, terutama kalau minta nyusu πŸ˜† Alma jadi suka berteriak untuk meminta perhatian kami, terutama kalau kami sedang seru ngobrol & Alma merasa “dicuekin” πŸ˜†Β  Sepertinya dia lagi amazed sendiri sama suaranya. Recently dia juga mulai menggabungkan 2 konsonan, seperti “ma-bba” atau “mam-ma-baa”. Alma juga udah bisa memanipulasi suaranya sendiri : sambil mengucapkan “Waaaaaaa…” dia bakal menepuk-nepuk mulutnya sehingga suara yang dihasilkan jadi “Wa-wa-wa-wa-waa…” πŸ˜† Sepertinya dia senang banget mendengar suaranya yang terdengar “ajaib”; ini bakal dilakukannya lagi & lagi. Lucu deh pokoknya.

Alma juga bereaksi terhadap ucapan “NO” & nada suara gue. Seperti saat dia berada di tepi tempat tidur : kalau gue bilang NO, biasanya Alma akan berhenti & menjauh. Alma juga tahu kalau tepian tempat tidurnya tidak dibatasi oleh bantal, dia nggak akan maju mendekat. Dia bakal ketawa, tepuk tangan, bermain, tapi dia nggak maju mendekati tepian tempat tidur.

Kalau kami bernyanyi, Alma bisa bertepuk-tangan ketika lagunya berakhir. Kalau ingin gue gendong/gue angkat atau ingin main di playard-nya, Alma akan meminta dengan cara babbling sambil menunjuk dengan seluruh tangannya yang menengadah. Alma juga mulai mengerti kalau diajak becanda; dia bakal cekikikan geli & dia akan tertawa saat melihat kami tertawa. Setiap hari, selalu ada kata-kata atau suara baru yang kami ucapkan yang bikin Alma cekikikan geli saat mendengarnya… dan kata-kata itu nggak pernah sama πŸ™‚ Jadi kalau hari ini Alma cekikikan tiap dengar kata “Blung !”, besoknya dia bakal cekikikan saat dengar “Baa !” dan hanya bakal ketawa kalau dengar kata itu aja. Nggak tahu kenapa πŸ˜†

Kelihatannya, Alma mulai mengerti hubungan sebab-akibat. Seperti kalau mainannya jatuh (atau sengaja dia jatuhin), dia bakal liatin teruuus itu mainan & babbling minta diambilkan, rather than instantly forgetting about it. Mainan-mainannya yang mengeluarkan suara musik akan dia pencet berkali-kali untuk mendengarkan musiknya. Begitu pula mainan lainnya, bakal dia getok-getok sampai dia bisa “mendapat” suara tokk-tokk yang dia mau dengar πŸ˜†Β  Either itu mainan digetokin ke lantai atau dinding, atau dia benturkan ke mainan lainnya.Β  Motorik halusnya juga mulai terlatih, Alma sudah lihai memindah-mindahkan potongan makanan/mainan dari tangannya yang satu ke tangan lainnya, bertepuk tangan serta saling membenturkan dua mainan yang sedang dia pegang.

Dua hal yang jadi perhatian-ekstra buat kami adalah separation anxiety & food refusal (a.k.a GTM = Gerakan Tutup Mulut). Di usia 6-7 bulan Alma masih kelihatan relaks saat gue harus ninggalin dia sebentar, atau saat digendong orang lain selain gue & Baim. Tapi pas delapan bulan ini… meweknya keluar πŸ˜† Biasanya kejadian saat dia digendong orang lain, ATAU/DAN gue ninggalin dia sebentar untuk minum/mandi/makan/melakukan fungsi dasar gue sebagai manusia. Nah, capek gak tuh ? It’s a trying time for me & Baim, karena tiap kali gue menjauh sedikit… langsung deh Alma mewek, bibirnya melengkung kebawah & tangisannya membahana. Gue tinggal pipis aja, nangisnya kejerrrr. Drama bener deh πŸ˜† Iya juga sih… selama ini kan biasanya Alma lebih sering berduaan sama gue aja di apartemen, most of the time nemplok pula. Nggak heran kalau begitu pulang ke Indonesia & ketemu banyak orang, dia jadi bingung, agak menarik diri & jadi panik kalau misah dari gendongan gue ataupun Baim. Pas ketemu Agam & Ahmad lagi setelah 4 bulanan nggak ketemu aja, Alma sempet nangis-nangis panik πŸ˜† Ini semua hal baru buat Alma, jadi kami menerimanya sebagai hal yang normal aja. Kalau cuma berduaan di rumah, seringnya gue akali dengan menaruh Alma di stroller sementara gue melakukan kegiatan-kegiatan di atas; jadi gue tetap bisa ngapa-ngapain dalam jangkauan penglihatan Alma. Didalam strollernya pun Alma sengaja gue sibukkan dengan beberapa mainan supaya nggak cranky. Kalaupun gue harus ke toilet, gue selalu bilang sambil lihat langsung ke mata Alma : “Alma, mama ke toilet sebentar, nanti mama balik lagi”. Nangis sih anaknya… tapi cuma sebentar karena dari dalam toilet pun gue nyanyi-nyanyi biar suara gue tetap kedengeran & Alma tahu kalau gue ada πŸ˜† Menurut gue, Alma harus mulai dibiasakan untuk melihat bahwa mamanya ini juga melakukan hal-hal lain selain ngangon dia, tapi tetap nggak akan meninggalkan dia sampai nggak balik-balik. Dan penting juga buat gue untuk menepati janji ke Alma : kalau gue bilang “sebentar”, artinya gue harus segera balik sebelum Alma keburu cranky. Gue nggak nyaman dengan ide buru-buru-pergi-menyelinap-diam-diam-mumpung-Alma-nggak-sadar-supaya-Alma-nggak-melihat-gue-pergi, karena itu sama aja dengan membohongi Alma. Lebih baik gue pamit ke Alma & Alma nangis-nangis bentar lalu kembali kalem, daripada mengalihkan perhatian Alma lalu kabur (yang mana Alma bakal ngamuk saat menyadariΒ  gue mendadak “hilang”). Ini pernah kejadian sekali & begitu gue pulang, Alma langsung sesenggrukan marah (padahal lagi digendong sama Baim) dengan ekspresi yang gue nggak pernah lihat sebelumnya… seolah protes ke gue : “WHERE HAVE YOU BEEN, MAMA ?? Aku disini kebingungan cari mama !!”. Gue bersumpah nggak akan mau mengulanginya lagi.

About the GTM-thingy… nah, ini dia. Sejujurnya, gue antara takut dan tidak sama GTM. Takut, karena sebagaimana seorang ibu pada umumnya, gue takut Alma bakalan kekurangan gizi saat GTM (who doesn’t ?). Apalagi gue sempat ditakut-takutin kalau menjalankan mahzab BLW ini, Alma bakalan kekurangan gizi (HIIIH, sotoy bin gengges deh yang ngomong gitu !!! Buktinya sejauh ini Alma sehat-sehat saja). Tapi setelah tanya ke dokter & baca di berbagai buku, ada satu hal yang sama yang mereka tekankan : a healthy baby will not willingly starve. Iya juga sih… ngapain juga bayi melaparkan-diri mereka sendiri; lha wong insting mengenyangkan diri-lah yang bikin mereka survived sejak mereka lahir sampai sekarang. Selain gue nggak punya kemewahan-waktu untuk berlebay-ria curhat membahas GTM, memaksa Alma duduk & disuapin makanan serta memohon-mohon “Satu suap lagi ajaaaa, sayang…”, masalah GTM ini bakalan ribet kalau jadinya malah nambah-nambahin pikiran (kewarasan & tenaga gue cukup berharga untuk dipertaruhkan dengan GTM, you know). Kalau Alma masih keliatan mau makan, makanannya gue ganti yang lain seperti buah, keju atau roti gandum. Tapi kalau tetap gak mau makan : tarik napas dalam-dalam, bersihkan ‘medan peperangan’, jangan anggap serius πŸ˜‰ If Alma doesn’t want to eat the food being offered, fine. I just simply put the food aside, try again at the next mealtime, then i breasfed her right away. Udah, gitu aja. Justru keadaan jadi lebih baik & terkontrol manakala gue menuruti irama-nya Alma. Manakala dia lapar lagi, nafsu makannya kembali ganas seperti semula kok πŸ˜†

Serunya nggak habis-habis saat mengamati pertumbuhan ini anak. Don’t grow too fast, kiddo. Mama masih pengen nguyel-nguyel kamu, ngendus-ngendus kamu bau bayi. Eh tapi ntar pas Alma sembilan bulan, bakal bisa apa yaa ? πŸ˜‰