Usia enam bulan berarti… saatnya belajar melahap makanan pendamping ASI. Welcome to the world of solid food, Alma ! πŸ˜€

Berbulan-bulan sebelumnya, gue udah mikir : “Ntar pas Alma maka, gimana ya ?”. Maksudnya : makanan apa aja yang boleh dimakan, masaknya gimana, peralatannya banyak apa nggak… and so on. Dari jauh-jauh hari pun sudah mulai belajar, sampai nge-list peralatan yang dibutuhkan. Menarik ya, ternyata jadi emak pun harus mau belajar terus πŸ˜† Pencarian gue akhirnya berujung pada buku ini (thanks, Anggi !) dan ini (kado dari Baim, cihuy !).Β  Kedua buku tersebut cukup mewakili dua “mahzab” utama dalam dunia per-MPASI-an. Gue banyak dapet info tentang purees (yang gue pakai untuk bikin nugget-campur) & kombinasi bahan-pangan yang beragam dari buku pertama, sementara buku kedua berguna banget saat kami mengenalkan Alma ke konsep feeding-herself sambil melatih ketrampilan motorik & panca inderanya.Β  OK, mulai dengan khatam baca kedua buku itu dulu deh. Trus waktu Alma umur 5 bulan, dapat early-monthversary gifts berupa feeding set dari yangtiq & boppa, plus kursi ini dari poppa (biar bisa belajar duduk tegak saat makan nanti). Siiipp lah, peralatan tempur sudah siap semua.

Waktu ke dr. Joko di Bogor, kami juga sempat minta dijelaskan tentang MPASI ini & gimana biar kebersihan & jumlah nutrisi asupannya terjaga. Dr. Joko nerangin dengan simpel & mudah tentang persiapan makanannya & makanan apa saja yang boleh & tidak boleh diberikan. Disarankan juga untuk mengenalkan pangan sumber karbohidrat terlebih dahulu, karena di usia enam bulan enzim-enzim pencernaan karbohidrat yang mulai bekerja & biasanya jarang menimbulkan reaksi alergi. Setelah karbohidrat, bulan selanjutnya diperkenalkan campuran sayur-mayur, lalu buah-buahan, baru daging & telur. Gue nggak akan menjelaskan semuanya disini, tapi apa yang pak dokter sampaikan sama kok dengan apa yang dijabarkan dalam website ini, ini serta ini πŸ˜‰ Oia, satu hal yang dr. Joko tekankan adalah pemberian makanan padat ini bertujuan agar nanti si anak akhirnya terbiasa dengan makanan keluarga sehari-hari. Jadi jangan ketakutan atau terlalu strict memilah-milih bahan makanan. Kasihan anaknya kalau akhirnya malah dikasih makanan yang rasanya bland & kemungkinan besar kita kalo disuruh nyicipin pun nggak bakal doyan πŸ˜† Anak memang perlu dikenalkan & belajar mengeksplor berbagai rasa bahan makanan, tapi jangan hanya karena ingin anak makan-makanan sehat, orangtua jadi membatasi pilihan bahan & takut bereksperimen dengan bumbu yang dipadukan dengan rasa asli makanan tersebut. Selama masih mengikuti guidelines, pemberian MPASI bakal aman & menyehatkan anak. OK noted, pak dokter πŸ™‚

Di hari usia Alma genap enam bulan, kami kenalkan dengan… kentang kukus πŸ˜† Iya, kentang dipotong-potong, dikukus sampai lempuuuk banget, trus didinginkan, baru dikasih ke Alma. We decided to skip the puree-and-lumpy-foods stage and go straight to well-cooked-solid foods. Sebenarnya sebelum kentang kukus, gue udah coba kasih bubur beras merah ke Alma.Β  Apakah Alma melahap semua bubur berasnya ? Tidaaaaak, dia malah asik mengunyah celemeknya πŸ˜† Acara makan berakhir dengan Alma berontak pengen keluar dari kursinya, gue rebutan sendok sama Alma karena Alma sangat-sangat tertarik dengan sendok plus buburnya (tertarik buat digremek-gremek, bukan dimakan), sekujur wajah & badan Alma berlumuran bubur yang dia sembur-sembur, lalu… sendok & bubur-buburnya melayang terbang karena Alma menolak disuapi πŸ˜† Pfheeeewwwh… it was a battleground. Yang ada bukannya enjoy makan, tapi malah tepar. Sejak saat itulah, for the sake of my sanity gue langsung berikrar, “Yaudah, baby-led weaning aja !”. Baby-led weaning memberi lebih banyak kesempatan buat Alma mengeksplor berbagai bentuk asli, tekstur, rasa, warna & bau makanan dengan inderanya. Selain itu, gue amati Alma juga pengen sesuatu yang bisa dia pegang & dia pakai untuk latihan mengunyah (sekaligus ngasah gusi). Nggak ada kata terlalu awal untuk mencoba metode ini πŸ˜‰

Pertama kali “berhadapan langsung” dengan si kentang kukus, Alma nggak langsung menghabiskan semuanya.Β  Hanya masuk beberapa potong kecil & sari yang Alma dapat dari gnawing kentangnya. Awalnya kentang tersebut diendus-endus dulu, dimain-mainin,Β  dijatohin ke meja, diambil lagi, dicoba pegang di tangan kiri, di tangan kanan, kadang bisa dipegang, kadang kentangnya jatuh karena licin sehingga harus ditahan dengan dua tangan, lalu sedikit-sedikit dikerikitin dengan gusinya. Masih jauh dari proses makan-memakan. Beberapa kali juga si kentang masih nyasar ke pipi atau ke jidat saat Alma berusaha memasukkannya ke mulut. Wajar, karena ALma masih melatih hand-eye coordination. Gue pribadi sih lebih mending kentang kukus yang nyasar ke pipi atau jidat Alma, daripada sendok-garpu plastik πŸ˜† Ini dia uniknya baby-led weaning, nggak cuma anaknya yang belajar, tapi ortunya juga harus belajar sabar & menerima kesemua proses tahapan sebagaimana adanya. Berantakan ? Pasti !! Tapi setelah itu kan bisa dibersihin & dicuci bersih. Sekitar duapuluh menit kemudian, Alma terlihat mulai bosan. OK, itu pertanda waktu makan selesai.

Keesokan harinya, menu masih sama : kentang kukus. Yang Alma lakukan : masih sama seperti hari sebelumnya πŸ˜† Pssst… jujur yah, sebenarnya gue rada-rada pengen cheating menyuapkan remah kentang ke mulut Alma… abis gemes siiih πŸ˜† Tapi keburu ketahuan Baim & dilarang, hehe. Oia, karena jadwal makannya Alma masih sehari sekali, waktu makannya sengaja gue pilih pagi hari saat pagi sebelum Baim berangkat. Ini supaya kami bisa sama-sama ngemil sarapan sambil nontonin Alma makan & Alma bisa langsung dibersihkan (mandi) seusainya makan.

Esoknya lagi, menunya masih sama (yep, kentang kukus πŸ˜† ) dan Alma kayaknya makin gemes & pengen protes,Β  pasang ekspresi wajah : “Kentang lagi, Ma ?” πŸ˜† Biasanya kentang kukus kami letakkan di food-tray atau kami tawarkan ke Alma dari piringnya,Β  instead of langsung disuapkan atau diberikan ke tangan Alma. Awal-awalnya Alma masih kagok berusaha mengambil potongan kentang dari piring. Oia, jangan bayangkan kentangnya dipotong kayak french fries ya… kentangnya dipotong seukuran potato wedges (agak tebal) & panjang, supaya ada bagian yang bisa Alma pegang & bagian yang bisa Alma makan.

Mungkin karena udah bosen-gilak, setelah “bermain” dengan hidangan kentang kukusnya, Alma meraupΒ  remah-remah kentang di food tray, lalu dimasukkan ke mulutnya… setangan-tangannya sekalian πŸ˜† Pengen ngakak deh tiap kali melihat ekspresi “Niiiih, aku makan semuanya Ma… Nih, niiih !!” yang berhasil gue potret πŸ˜†

OK, keliatan banget Alma udah bosen sama kentang. Besoknya ganti menu : pumpkin ! πŸ˜€ Sekalian karena kan mau halloween & golden pumpkin dijual murah di supermarket bawah, giliran si waluh kuning yang dikenalkan ke Alma. Panganan lokal (yang pasti lebih murah), asalkan diolah bersih & tepat akan sama bergizinya kok dengan yang organik ataupun impor. Dengan go-local, kita turut membantu petani setempat juga πŸ˜‰

Waluhnya cukup dikukus saja. Tapi pas pertama ngukus, ternyata kelamaan… jadinya mblenyek πŸ˜› Pas dipegang jadi mushy-mushy & Alma seneng banget ngebejeg-bejeg waluhnya sampai hancur, blepetan kemana-mana πŸ˜† Tapi dari ngebejeg waluh ini Alma “menemukan” cara baru dalam melahap waluh : waluhnya diremas-tangan sampai hancur & keluar lewat sela-sela jari, lalu barulah dia makan sambil menghisap & menjilati tangannya πŸ˜† Terdengar primitif, tapi ya begitulah cara bayi belajar makan.

Keesokan harinya begitu juga saat makan waluh. Sukses celemotan disekitar mulutnya Alma πŸ˜† Tapi belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini waluh hanya dikukus 15 menit supaya bisa Alma pegang tanpa jadi hancur. Saat makan, si waluh nggak hancur di tangan Alma, sari waluhnya bisa dihisap, dan… ternyata cukup lembut untuk digigit & dikunyah oleh gusi πŸ˜€ Dari empat potong waluh yang diberikan, dua habis dilahap oleh Alma. Keep up the good work, baby ! Gue juga amati kalau genggaman tangan kanan Alma lebih mantap daripada tangan kirinya. Ini nggak ada kaitannya dengan masalah tata krama makan-harus-pakai-tangan-kanan (memperkenalkan segala jenis table manners itu masih lamaaaa… masih nanti-nanti), tapi supaya kedua tangan Alma terlatih motorik kasarnya.

Makanan selanjutnya : wortel kukus. Dikukusnya lumayan empuk & kali ini Alma cukup asyik mengunyah-ngunyah wortel… tapi tidak melahapnya sebanyak saat makan pumpkin. Mungkin karena lagi teething ya, jadi wortelnya asik dikunyah buat ngasah gigi. Tangan Alma juga semakin mantap menggenggam makanan. Sesekali masih meleset mengarahkan makanan ke mulutnya, tetapi sudah tidak sekerap hari-hari sebelumnya. Dan kocaknya setelah bosan mengasah gusi dengan wortel, Alma beralih ke… food tray ! πŸ˜† Serius, dia membungkuk & asyik gigit-gigit food tray, sambil melahap beberapa potong remah wortel yang menempel disitu. Oh well… πŸ˜› Untungnya setiap hendak makan, food tray Alma selalu gue cuci bersih dengan sabun & air hangat.

Selanjutnya, mari kita beralih ke menu lain : ubi manis kukus. Nah… yang satu ini Alma lumayan suka, mungkin karena rasanya sedikit manis. Trus konsistensinya cukup padat, nggak licin, bisa mantap dipegang. Dua kali dikasih ubi kukus, Alma senang banget gnawing; setelah ubinya banyak terkikis karena diemut-emut, baru deh digigit & dikunyah. Hari ini gue bereksperimen dengan mencampur tofu & ubi kukus, dibumbui sedikit keju parmesan, oregano & basil, lalu dibungkus alumunium foil & dikukus 15 menit. Pertama-tama sih dia kaget mendapati makanan “baru” ini, jadi kembali lagi ke tahapan mengendus-memegang-mencium-makanan-sebelum-dimakan. Setelah 30 menit, Alma makan seukuran kira-kira satu kepalan tangannya. Gak apa-apa, it’s the part of learning process πŸ˜€

Saat Alma makan, gue berusaha untuk ikut makan juga. Entah itu makan besar, atau ngemil doang.Β  Yang gue amati, Alma jauh lebih tertarik untuk melahap makanannya saat melihat kami makan & menirukan cara kami memasukkan makanan ke mulut lalu mengunyah. Beneran. Kalau cuma gue tontonin doang sambil bawa-bawa handuk kecil & sibuk ngelapin mulut Alma, Alma bakalan lebih asik bermain dengan makanannya lalu berusaha membebaskan dirinya dari kursi. Jadi daripada puyeng kejar target “Alma harus makan segini !” & sibuk membereskan ceceran remah makanan di wajahnya, mendingan gue duduk ikut makan bersama Alma (sambil foto-foto bareng πŸ˜† ).

Sejauh ini sih… alhamdulillah Alma baik-baik saja dikasih makan gaya baby-led weaning.Β  Konsistensi poopy-nya bagus, nggak keras & nggak encer pula. Seusai makan selalu gue kasih minum sedikit air (tampaknya Alma belumΒ  suka air :-P), lalu kalau Alma minta menyusu, gue kasih minum ASI. Minum susunya pun tetap seperti biasa. Dan satu hal lagi yang gue perhatikan : sejak kenal makanan, Alma nggak pernah lagi “mengunyah” saat menyusui. U-know-what laaah yang dia kunyah saat menyusui itu (yang mana udah sukses bikin gue jejeritan & meringis kesakitan). Sebelum kenal makanan… jangan ditanya, nyusu-nya mirip hiu di film Jaws : serbu, minum, gigit, kunyah, minum lagi, dilepas sambil ditarik, serbu lagi, minum lagi, gigit lagi sambil kakinya nendang-nendang… *sigh*. Barbar deh gaya minum susunya πŸ˜†Β  Tapi sekarang udah nggak pernah menggigit & mengunyah lagi. Mungkin karena Alma udah mendapatkan kesempatan mengasah gusinya saat makan makanan padat πŸ˜‰

Gue sih nggak ngiklan mengajak orang lain sesama ibu-ibu muda untuk mengikuti mahzab ini. Hanya mau berbagi cerita aja & ternyata, sejauh ini, cocok untuk Alma & keseharian kami. Ada sih obstacle yang kami hadapi, yakni other people’s worries. Nggak worry-worry banget… tapi tetap worry, karena usai mendengar bagaimana excitednya Alma makan, langsung cerita gue dipotong & disarankan untuk switching kasih makan bubur & suapin mashed food πŸ˜› Lha wong pas disuapin, Alma malah asik gigit-gigit sendok & nyembur-nyembur… maka dari itu gue pilih mahzab ini. Untungnya sih kekuatiran itu tidak datang dari Baim; kami hepi-hepi aja makan bertiga bersama Alma. Semoga kedepannya proses ini bisa dipahami juga & ikut turut mendukung kami ya, demi Alma happy pas makan πŸ˜€

Menyiapkan makanannya pun mudah : cukup dikukus sampai benar-benar matang & empuuuk (kecuali untuk pisang & alpukat yang dari sononya sudah empuk). Bisa dikukus terpisah, ataupun sambil menanak nasi di rice cooker. Yang penting sebelum makan, biasakan anak untuk cuci tangan & kitanya juga harus cuci tangan saat menangani makanan. Makanannya dicuci bersih & dikupas benar-benar sebelum diolah, serta selalu pakai peralatan dapur yang bersih. Pisahkan juga talenan untuk memotong sayur-buah dengan talenan untuk daging, untuk mencegah kontaminasi-silang. Kalau mau bereksperimen, sayuran kukus bisa dicelup-celup ke dressing keju buatan sendiri, atau bisa bikin nugget-campur menggunakan beberapa kombinasi puree lalu dikukus.

Udah dulu ya, mau ngukus brokoli buat Alma. Kayaknya bikin broccoli n’ cheese enak juga nih πŸ˜€