Kalo lebaran tahun-tahun lalu biasanya ada project bikin kue-kue kering… di tahun ini gue nggak sempat bikin 😆 Rempong-surempong karena sekarang sudah ada Alma, yang mana tenaga gue habis buat mengurus dia plus nyuci onggokan popok & baju kotornya. Belum lagi kompor & oven dapur di rumah fully booked dipakai untuk memasak sambal goreng hati, rendang, gorengan emping, ketupat sayur, semur betawi, opor ayam, bubuk “ajaib”, telur pindang & areh santan… Nah boro-boro bikin kue, kompornya aja nonstop kerja estafet untuk masak itu makanan semua.

Tapi gue kangen masak. Serius, kangen banget-bangeeet setelah selama berbulan-bulan absen karena kesibukan mengurus Alma. Bagi gue, memasak adalah kegiatan meditatif… tanpa harus minum panadol, terasa banget kepala & pikiran jadi enteng setelah klutekan masak di dapur. Dari mulai cari resepnya, modifikasi bahan-bahannya, rempong belanja, sampai ke klutekan masak di dapur. Apalagi kalau kemudian hasil masakannya dimakan bareng-bareng & dipuji enak… wah, makin sumringah deh gue. Sejak jaman nge-kos dulu sering begitu : abis melewati serangkaian ujian yang bikin otak ble’e atau praktikum yang melelahkan di lab, pulang ke rumah kos  gue bakal bawa serenceng belanjaan, masak-masak & ngotorin dapur. Setelah makanannya matang & dapurnya bersih kembali, ngajak teman-teman deh buat makan bareng 😉

Biasanya untuk merasakan efek meditatif dari memasak ini, gue bakal googling resep yang agak challenging; jadi nggak bakal masak indomie rebus telor ceplok ya… itu mah masakan-kepepet karena murni kelaperan di tengah malem 😆 Setelah nemu resepnya, belanja bahan-bahannya, udah deh… blaassss asik klutekan di dapur. Oia, kalau bisa lebih asyik masaknya sendirian, nggak dibantuin siapa-siapa.

Pulang mudik kali ini udah diniatin pengen bikin-bikin kue lagi. Atau naik tingkatan laa : dari bikin kue, sekarang coba bikin cake… tapi bukan cake macam blackforrest (gue masih trauma bikin blackforrest… mending beli aja deh 😆 ). Kangen ngebakar sesuatu di oven euy. Dan akhirnya pilihan pun jatuh ke Japanese  Style Cheesecake. Ini kue terkenal banget di forum masak-memasak NCC, banyak orang yang sudah menjajal bikinnya & banyak yang bilang enak-surenak 😉 Versi resepnya pun banyak, tapi gue nurutin resep dari blog kuliner yang keren ini. Jadi merasa tertantang untuk ikut “menaklukkan” resep kue legendaris ini. Maka di sebuah siang yang dingin berhujan deras, saat Alma & Baim lagi tidur nyenyak & seisi rumah sedang belanja ke Giant, langsung gue beraksi di dapur 😆 Jendela dapur gue buka lebar-lebar, gue biarkan aroma hujan masuk & bercampur dengan wangi adonan kue dipanggang. Heaven… oh heaven 🙂

Resep : campur dan ayak :
50 gr tepung terigu
50 gr tepung maizena

bahan:
60 gr mentega tawar
250 gr cream cheese
120 ml whip cream
3 kuning telur
1 butir telur
2 sdt kulit jeruk lemon parut
5 putih telur
1/8 sdt garam
125 gr gula pasir halus
1 sdt air jeruk lemon

cara bikinnya:

1. Siapkan loyang bulat 22 cm (gue pakai loyang loaf persegi karena loyang springformnya bocor), olesi mentega & taburi tepung. Pasang oven suhu 150 ‘C, siapkan loyang yang ukurannya lebih besar & diisi air , letakkan dalam oven sembari oven dipanaskan.
2. Campur mentega, cream cheese dan whip cream dalam panci tim. Didihkan dengan api kecil sambil diaduk menggunakan balloon-whisk hingga tercampur semuanya dgn lembut, lalu angkat dari api.
3. Di lain wadah, masukkan terigu + maizena, aduk rata. Masukkan kuning telur dan 1 butir telur, aduk rata. Masukkan kulit jeruk lemon, aduk rata, sisihkan.
4. Kocok putih telur hingga berbusa, masukkan gula dan air jeruk lemon sedikit demi sedikit sambil terus dikocok. Kocok  sampai adonan putih telur berjejak (tapi tidak kaku) & saat mixer diangkat terbentuk kerucut-kerucut tumpul di permukaan adonan (soft peak).
5. Tuang 1/3 adonan putih telur ke adonan cream cheese, aduk rata dengan spatula. Tuang campuran ini ke sisa adonan putih telur, aduk rata.
6. Tuang adonan ke loyang, panggang dengan cara au bain marie (di-tim dalam loyang berisi air), kurang lebih 75 menit sampai permukaan matang, kuning keemasan. Setelah matang, tunggu sampai agak dingin baru lepaskan dari loyang dengan cara dibalik (kalau kue benar-benar matang, nggak akan hancur atau lengket saat dibalik 🙂 ). Sajikan dengan topping krim atau selai buah-buahan favorit 🙂

Waktu bikin JSCC ini, diakhir pembuatan masih tersisa sedikit cream cheese & whip-cream. Yaudah, ditambah 3 sdm selai strawberry, gue aduk aja bahan sisa tersebut sampai halus & jadi mirip saus. Kalau mau teksturnya mirip krim, kocok terlebih dahulu whip-cream sampai kaku, lalu dicampurkan bersama cream cheese & selai strawberry 😉

Mohon maaf karena foto-fotonya “kurang” representatif… begitu kue matang, nggak ingat lagi harus siapin kamera, foto-fotoin, etc, etc. Gak sabar pengen icip-icip! 😛 Tapi beneran, cheesecake yang satu ini hasilnya lembut mengembang with a hint of lemon, instead of creamy & ‘heavy’; bagian atas cheesecake-nya juga sedikit crusty & renyah, mirip kue Katetong.  Dinikmati bersama teh manis hangat saat sisa-sisa hujan masih merintik… Such a delicious ending 😀