Indera penciuman adalah salahsatu indera paling primitif yang dimiliki oleh manusia. Primitif disini = berkembang paling awal, selain turut punya efek yang kuat mempengaruhi memori; terutama memori yang memiliki kesan emosional mendalam. Contoh : beberapa diantara kita bisa langsung teringat akan bahagianya masa kecil saat mencium aroma masakan buatan ibu atau nenek… atau terkenang akan kencan pertama bersama pasangan saat mencium aroma parfum yang bercampur dengan aroma tubuhnya… trauma sama kecoa, panik & langsung siaga-1 setiap kali aroma sangitnya kecoa tercium… atau seketika merasa rileks saat mencium wangi segar air hujan yang terbawa angin. Gue sendiri merasa paling tenang saat mencium aroma ibu bercampur dengan Estee Lauder-White Linen yang suka beliau pakai. Oia, juga waktu pulang sendirian ke Jakarta, gue sengaja bawa t-shirtnya Baim & dipakai buat sarung bantal bobo πŸ˜†

Jangan main-main sama kesaktian indera penciuman ini. Disadari maupun tidak, kepekaan indera penciuman turut berpengaruh dalam pengenalan & pencocokan-diri saat mencari pasangan; bahkan berpengaruh sampai ke tingkatan molekuler (silakan baca tentang Major histocompatibility complex). Pada wanita, kepekaan indera penciuman ini paling kuat saat ovulasi (mirip seperti hewan lainnya sesama mamalia, yang saat masa estrus akan mengeluarkan feromon & bertambah kepekaan indera penciumannya dengan tujuan agar dapat melangsungkan, ehm, proses mating). Seterusnya, kepekaan penciuman ini akan cenderung dominan bekerja saat hamil, melahirkan & saat bayi dibesarkan.

Tapi kali ini nggak akan ngomongin soal proses mating (maap yaa kalo ada yang kuciwa πŸ˜† ). Saat manusia lahir, indera penciuman & pencecap bekerja paling duluan, sebelum indera lain seperti penglihatan & pendengaran bekerja sempurna. Diceritakan disini, bahwa during this critical early period, indera penciuman bayi langsung bekerja, mencari & mengenali ibunya dari aroma tubuh ibu & bayi juga mampu membaui sumber makanannya (ASI). Kalau ada yang pernah lihat video inisiasi menyusu dini, akan terlihat bayi mengendus-endusi dada ibunya untuk mencari letak puting sebelum kemudian menyusu langsung. Nah, seawal itulah indera penciuman manusia bekerja.

Belum ditemukan kenapa bisa begitu… tapi kalau baca disini, katanya bau ASI, keringat & saliva ibu mengandung aroma yang mirip dengan aroma cairan ketuban, sehingga bayi mampu mengenali ibunya saat dia lahir; pengenalan aroma ini selanjutnya akan mempermudah proses menyusui.

Nah… gara-gara baca ini semua, gue sempet mikir : Kalau misalnya Alma lagi rewel, bakalan tenang nggak ya saat dikasih kain yang ada aroma ASI-nya ? Hipotesanya : bayi mengenali ibunya (baca : sumber ASI πŸ˜› ) lewat aroma. Kalau aroma ibunya nggak kecium = dia rewel, apalagi kalo pas lagi laper… siap-siap aja crankiness strikes back. Untuk membuktikannya, yuk mari kita coba.

Jadi disuatu pagi-menjelang-siang, saat gue udah kebelet pengen mandi tapi Alma masih tidur-tidur ayam & belum 100% pulas, gue taruh aja baju gue disamping Alma. Oia, baju ini udah berkali-kali basah kena ASI plus belum dicuci (jangan tanya udah berapa hari πŸ˜† ). Harapannya, Alma bisa kalem & tidur pulas lebih lama… sehingga gue bisa lebih lama mandi (hey, sekarang berlama-lama mandi jadi hal “mewah” !). OK, taro bajunya, trus ngibrit mandi deh.

Sekembalinya dari cibang-cibung…

… iiiiii, si bocah masih tidur, pules pula !! πŸ˜† Serius, ternyata ngefek lho. Silakan dicoba, ibu-ibu πŸ˜‰

Tapi kemudian Alma sempat merengek sebentar, sebelum kemudian tertidur lagi…

Hmmm… kayaknya dia nyadar, nggak cuma bau ASI aja yang ada disitu, tapi juga bau baju-sehari-semalam-belum-dicuci (ups!! πŸ˜† ).

Kejadian lainnya yang “mengukuhkan” hipotesa diatas adalah… waktu ninggalin Alma berduaan aja sama poppa-nya di rumah. Nggak lama sih cuma 3 jam. Sekembalinya ke rumah, gue tanya Baim : Alma anteng nggak ? Baim jawab : “Wuih… tadi sempet rewel.”

“Rewel kenapa ? Haus ?”

“Nggak tahu, pokoknya rewel aja,” jawab Baim, “Digendong masih rewel. Trus tahu nggak aku ngapain ?”

“Ngapain ?”

“Aku sampirin baju kamu di pundakku, trus aku gendong Alma. Langsung anteng lho !!”

“Yang bener ???”

“Beneran !” seru Baim, “Langsung tenang dia, kepalanya nyender di atas baju kamu… trus bobo lagi.”

“Hooo… berarti memang bener ya, aroma ibu & bau ASI bikin bayi anteng…” simpul gue.

“Iya… iya.”

“Kalau begitu,” lanjut gue lagi, “…besok aku tinggal lagi tapi 6 jam, boleh ya ? Aku siapin setumpuk bajuku yang basah kena ASI, deh ! Alma pasti anteng pas cium-cium itu !”

DASAR !!

πŸ˜†