Kalau boleh gue coba untuk rumuskan; pertanyaan yang paling sering & biasa dilontarkan kepada para bumil adalah :

1. “Udah (hamil) berapa bulan ?”,

2. “Udah naik berapa kilo ??”

Perempuan, yaaa… teteeeppp. Baik sedang hamil maupun tidak, isu berat-badan tetap jadi isu “penting” yang selalu dibahas πŸ˜†

Alhamdulillah sampai November kemarin cek ke dokter, kenaikan berat badannya masih normal, rata” 1 kg per bulan. Kalaupun naiknya diatas 1 kg juga nggak apa-apa… toh memang harusnya naik, kan ? Selama nggak ada concern dari dokter maupun indikasi penyakit seperti gestational diabetes & hipertensi, sepertinya insya Allah baik-baik saja πŸ™‚

Sejujurnya, dua minggu setelah dokter “ketok-palu” ngasih tahu positif hamil, berat gue langsung naik sebanyak… 3 kilogram πŸ˜† Giling yaa, naiknya cepat & banyak aja. Waktu ituΒ  gue sempat “merasa-bersalah” kalau2 kurang melahap makanan sehat & vitamin. Jadi begitu dibilang “Ya’, positip !!”, langsung deh gue sibuk nggragas membayar rasa-bersalah tersebut (hummm, rasa bersalah yang nikmat, kalau dipikir-pikir…Β  πŸ˜† ). Pas kembali kontrol & nimbang, asli-kaget begitu tahu nambah 3 kg dalam 2 minggu. Gue sampe nanya ke dokter & susternya, dan mereka cuma ketawa & bilang kalo itu baik2 saja. The joy of being pregnant :Β  saat hamil bukanlah waktunya lagi untuk panik mikirin kenaikan berat badan πŸ˜‰

Turns out, begitu masuk minggu ke-9… datanglah deraan morning sickness, yang seterusnya menjelma menjadi all-day sickness sampai tengah bulan ke-4. Mual & muntah jadi sahabat setia setiap saat… sebanyak apapun gue kembali makan. Jadi pas ada teman yang bertanya “Udah nambah berapa kilo, nih ?” dan gue jawab : “Malah turun… Maklum, lagi banyak mual-mual”, teman tersebut langsung mingkem πŸ˜† Yah maap, saya kan cuma menjawab seadanya & sejujur-jujurnya.

Sekembalinya ke Penang & kontrol bulan ke-4, begitu nimbang : berat gue turun 3 kilogram πŸ˜† Kok bisa jadi impas begitu, ya’ πŸ˜› Tapi sebenarnya gue agak takut juga dengan penurunan berat badan tersebut; takut si baby kurang gizi. Ternyata tidak. Dokter bilang itu normal & nggak perlu dikuatirkan, karena masuk bulan ke lima, nafsu makan akan kembali & berat badan akan naik lagi (baidewei, ini sudah terbukti kok πŸ˜† ). Untungnya pula, Baim nggak misuh-misuh semacam : “Tuh kan… aku bilang juga apa !!”, Baim mah ngerti banget jungkirbaliknya gue ngelawan mual-mual trimester pertama; beliau selalu siap-siaga memastikan perut gue terisi lagi usai muntah & nggak pernah absen menyediakan stok susu, buah, vitamin, plus segala makanan yang mampu gue makan.

Sekarang sih belum cek/nimbang berat badan lagi. Simpel : karena di rumah nggak ada timbangan badan πŸ˜† Jadi yah hanya menimbang saat kontrol ke dokter obgyn. As for me, ada baiknya juga : gue nggak perlu bolak-balik nimbang & dipusingkan oleh pertambahan berat badan. Yang dipikirkan sekarang hanya makan banyak, mengasup makanan sehat & moderately active supaya si baby juga sehat πŸ™‚ Setelah tiap kali kontrol, gue hanya mencatat berat badan di buku notes, bersama catatan2 kehamilan lainnya. Kalau kata dokternya, selama trimester kedua ini paling baik pertambahan berat badan dijaga sekitar 200 gram/minggu (atau sekitar 1 kg per bulan). Kalau lihat BMI, selama kehamilan ini berat badan gue disarankan bertambah pada kisaran 7 – 11 kg. Ini cuma teorinya, ya… prakteknya mah belum tahu juga ntar bakal gimana πŸ˜†

Jadi inget; waktu kemarin pulang mudik & menyebar berita kehamilan ini, komentar yang paling banyak gue dapat bukanlah tentang kehamilannya sendiri… melainkan tentang berat badan & bentuk tubuh gue πŸ˜† Sampai sekarangpun kebanyakan seperti itu πŸ˜† Dari yang awalnya muncul komentar :

“Kok perutnya kayak nggak kelihatan hamil ?”
(Baru dua bulan juga, kalee… What do you expect, 2 bulan tapi perutnya segede 7 bulan ?? πŸ˜† )

Trus, muncul komentar :Β  “Waaah, sekarang perutnya udah besar !”
(hehe, Alhamdulillah… terimakasih πŸ˜‰ **sambilngelus-ngelusperutdantersenyumbahagia** )

Sampai, ada pula yang komentar begini : “Iih, lu gendutan lho ! Hamilnya kok gede banget sih ?”
(Ealaah… digaplok kok malah minta ??? πŸ˜† Ya namanya juga hamil pasti gemukan; mana ada orang hamil yang malah kurusan ? Basa-basi banget deh, lu πŸ˜† )

Lain perut, lain lagi komentarnya; ada seorang teman yang sampai hamil 7 bulan pun, orang-orang pada nggak percaya kalau dia sedang hamil. Maklum, tubuhnya mungil sehingga baby-bump tersebut sukses “tersembunyi” dibalik baju-tunik & gamis yang dikenakannya. Teman gue ini pernah cerita kalau bahkan, seorang ibu-ibu di kantornya sempat men-judge baby-bump-nya yang kecil itu disebabkan karena dia tidak cukup makan selama hamil. Wah bu… jangan cari gara-gara sama wanita-hamil deh πŸ˜† Emang badan si temen itu dari sononya kecil, kaleee… sesama ibu-ibu, jangan asal nge-judge juga dong πŸ˜† Saking betenya mendengar komentar betapa-kecilnya-perut-dia-saat-hamil, teman gue ini sampai misuh-misuh : “Bukan salah gue kan punya badan kecil ? Masa’ orang pada nggak percaya kalo gue hamil, sih ?? Lagian, makan gue kurang maruk kayak apa, coba ?? Emangnya pada mau perut gue segede apa, segede gajah bunting ??”

πŸ˜†

Saat hamil adalah saatnya menambah berat badan tanpa merasa-bersalah… karena memang harusnya bertambah, sebesar apapun ukuran tubuhnya πŸ˜‰ Jadi, yuk dinikmati saja proses makan-memakannya πŸ˜† Sehubungan dengan pertambahan berat badan (dan hal-hal kehamilan lainnya), yang paling penting adalah mendengarkan komentar & concern dari para-ahlinya πŸ˜‰ Kalo dokter/bidan bilang baik-baik saja… ya sudah, enjoy ajah.

Kalau selalu mendengarkan komentar orang-orang lain… komentar orang mah nggak akan ada habis-habisnya. Intinya sih dengar seperlunya, kemudian lupakan (termasuk saat menghadapi komentar yang “reseh”, meskipun gue akui, dalam hati rasanya pengeeeeen banget menyambit yang komen pake’ ulekan-cobek πŸ˜† ). Kalau mereka masih juga “reseh” mengomentari & bikin kuping panas… segera pasang MP3 player di kuping, pasang senyum di bibir, lalu tinggalkan si komentator untuk bercuap-cuap sendirian πŸ˜†

Selamat ber-hari Jumat… dan selamat berakhir pekan ! πŸ™‚