Hari ini diisi dengan berleha-leha saja… alasannya : seharian ini mendung, trus hujan 😆 Man, udara sejuk berangin & cuaca mendung adalah “kenikmatan” bagi bumil macam gue, yang sehari-harinya dipanggang udara panas Penang & hanya dibantu oleh kipas angin 😆

Eniwei…

Tadi abis baca artikel di kompas.com tentang pencegahan stretchmark & selulit ini. Hummm, stretchmark & selulit = mimpi “buruk” setiap wanita, yaa 😆 Dalam perjalanan hidupnya, tubuh wanita mengalami banyak transformasi menakjubkan  (haid, kehamilan, menopause…) dan stretchmark-selulit biasanya turut muncul secara alami dalam proses transformasi tersebut. Pertarungan melawan kemunculan stretchmark  & selulit adalah salahsatu pertarungan abadi para wanita dalam rangka mempertahankan kecantikannya, selama transformasi tersebut berlangsung 😆 Ada yang berhasil, tapi pada umumnya yah kebanyakan wanita harus mengalah & menerima keadaan pula… contohnya seperti  gue 😆

Setelah baca artikel tersebut & merunut lagi pengalaman hidup sejak ABG sampai skarang saat hamil, kesimpulan yang gue dapatkan adalah : when it comes to dealing with stretchmark & cellulite, all you need is patience & good luck 😆 Patience alias kesabaran, dalam hal sabar & rajin memakai krim-krim penumpas stretchmark, menjaga pola makan, mengontrol berat badan agar  tidak drastis melonjak naik, serta rajin berolahraga. Good luck, alias bernasib baik karena secara genetis terbebas dari stretch mark (coba runut lagi ke kondisi ibu anda; kalau ibu Anda memiliki stretchmark saat hamil, most likely you will have it too),  dan punya kulit kenyal-lembab (tidak kering). Kayaknya kombinasi kedua hal tersebut yang paling menentukan keberhasilan wanita dalam usaha menumpas  stretchmarks & selulit 😆

Salah satu wanita beruntung yang pernah gue kenal adalah : ibunda tercinta. Tapi apakah dengan itu sertamerta gue juga terbebas dari stretchmark ? Sayangnya tidak 😆 Jadi inget… pas awal-awal kehamilan, beberapa teman & sodara yang udah jadi mommies sudah menghembuskan cerita horror seputar stretchmarks ini; dari mulai yang katanya bisa muncul berupa bilir-bilur merah-kebiruan, atau bekasnya nggak akan hilang meskipun dipakein lotion atau cream apapun, sampai bikin kulit rusak & suami ilfeel  saat melihatnya (segitunyaaa…). Yah, gue pikir setiap wanita punya kasus stretchmark yang berbeda, thus mereka punya reaksi yang beda-beda pula. Nggak bisa disamaratakan, meskipun sebenarnya ada pola yang sama & kemudian mengerucut menjadi penyebab-penyebab umum timbulnya stretchmarks & selulit.

minyzaitKalau gue pribadi… seingat gue udah entah dari kapan tahu rajin pake’ body-butter, tetap aja itu stretchmark keluar. Keluar dikit-dikit sih, tapi… tetap aja muncul (dasar wanita, tidak pernah puas 😆 ). Dan ya sudah, no big deal; toh alhamdulillah ada karunia lain dari Tuhan yang lebih harus disyukuri, seperti tubuh sehat. Belajar dari pengalaman pula (kalau ternyata “berbakat” punya stretchmark), akhirnya gue jadi lebih rajin lagi merawat kulit sedari awal kehamilan. Pernah ada teman  yang saranin untuk pakai Bio-Oil. Banyak juga yang bilang Bio-Oil ini bagus, tapiii harganya bo’… buat gue cukup menguras kocek; yang 60 ml = RM33, 125 ml = RM 55. Yo wis, mending pakai yang murmer dulu aja deh. Pertama kali yang dicoba adalah pakai baby oil (Cussons Pink); tiap hari dipakai 3x, hasilnya kulit kenyal & lembut. Baby oil habis, ganti pakai minyak zaitun keluaran Mustika Ratu; murah-meriah, dan hasilnya juga sama… kulit jadi kenyal & lembut. Malah sempat juga pakai extra-virgin olive oil (EVOO) keluaran Bertolli (yang buat masak ituh !) 😆 Waktu itu dipakai karena belum sempat beli yang Mustika Ratu. Efeknya EVOO* Bertolli sama aja sih  seperti yang Mustika Ratu, cuma nggak wangi aja. Minyak zaitun ini dipakai berganti-gantian dengan Almond-Milk body butter, tiga kali sehari. Sejauh ini hasilnya memuaskan, belum ada bilur-bilur yang muncul.

mothercareBaru deh pas bulan lalu, karena baca info tentang stretchmark-cream Mothercare, jadilah gue latah ikutan pakai 😆 Pas ke Mothercare Gurney Plaza, beli sebotol (200 ml). Krim Mothercare ini volumenya sama dengan body butter, tapi harganya lebih murah. Baca tulisan di kemasannya sih katanya cocok untuk kulit sensitif, dan jelas-jelas disebutkan “… to help improve elasticity & moisturise your skin… to help minimise the risk of stretchmarks”. OK, perhatikan kalimat “minimise the risk of stretchmarks“, yaaa 😆 Memang tidak ada hal yang instan kok 😉

Setelah sebulan pakai… hummm, sepertinya stretchmark-cream Mothercare ini bakal lebih cocok dipakai oleh bumil yang kulitnya cenderung kering.  Nggak tahu kenapa ya, tapi di kulit gue, krim tersebut malah terasa greasy & basah-basah gitu… seperti nggak segera terserap & mudah hilang kalau kena air maupun keringat. Mau diusap-usap sampai meresap pun, ujung2nya bakal terasa greasy lagi. Ujung-ujungnya malah krim ini lebih mudah diserap oleh kain baju yang dipakai 😆 Wanginya sih enak, tekstur krim-nya juga lembut seperti body-milk. Mungkin keberuntungan gue bukan di krim ini ya 😛 Sepertinya enakan kembali rajin memakai minyak zaitun & body-butter saja; meskipun juga licin di kulit, tetapi konsentrasinya lebih pekat, kental, cepat terserap oleh kulit (gue) & lembutnya awet di kulit. Akhirnya sekarang jadi pakai minyak zaitun & body butter lagi 😆 Krim Mothercare-nya hanya dipakai kalau perlu pelembab tambahan saja. Kadang-kadang malah gue pakai juga untuk pelembab betis & kaki, hehee…

Sehubungan dengan kemunculan stretchmarks… que sera, sera. Stuff like oil, lotion and cream might help speed up the process. Insya Allah, they do get better with time. Just wear them as a badge of motherhood, lah 😉