“Gini deh : ada banyak hal yang berubah manakala kamu hamil. Banyak. Hal.”

Begitulah Dr. Lau menjawab (sambil tersenyum mafhum), usai gue  menanyakan sejumlah hal “aneh” yang muncul lepas minggu ke-5 kehamilan. Bukannya apa-apa, tapi… perubahannya lumayan bikin gue terkaget-kaget 😆

Perubahan yang gue maksud disini bukanlah seperti mual-mual, muntah, payudara sakit, lelah serta pegal-pegal ngilu di persendian tubuh; Itu semua mah nggak usah ditanya, penyebabnya sudah jelas : membludaknya produksi hormon kehamilan seiring dengan pertumbuhan si embrio-baby. Sedari awal, gue mencoba untuk aware & menerima kalau hal-hal tersebut memang normal terjadi, alias datang sepaket dengan kehadiran si baby di rahim. Singkatnya, it’s a good sign of a healthy pregnancy. Yo wis, dibawa positip saja-lah 😉

Tetapi… yang menjadi sejumlah-tanda-tanya-besar di benak gue adalah : Kok gue malah jadi nggak doyan makan sayur ? I mean, samasekali nggak mau makan sayur, even the sight of those green vegetables makes me wanna puke (kebayang dong, suatu hari gue pernah nyaris muntah di supermarket saat melewati barisan rak sayur-mayur 😛 ). Padahal, sebelum hamil biasanya gue selalu “ganas” & lapar saat melihat sayur-mayur hijau segar.
Trus, kok jadi lekas ngantuk & supermalas begini ?? Kayaknya yang bisa menyaingi kemalasan gue hanyalah seekor makhluk bernama kukang, deh.
Trus, kok jadi sesak napas setiap cuaca panas & tiap malem sebelum tidur ?
Trus, kok sekarang nggak bisa makan makanan bersantan & berrempah spicy  ?? Lupakan dulu masakan khas lebaran, nasi kandar gurih, atau roti canai dengan lauk-pauk kari berkuah kental.
Trus, kok perut gue jadi nggak mampu menampung porsi makan normal (baca : makan banyak-banyak 😆 ) sebagaimana biasanya ?
Trus, kok apa-apa yang gue telan akan dengan mudah “naik” lagi ke kerongkongan & menimbulkan rasa eneg, bahkan termuntahkan ?

Trus… trus… trus…

…dan masih ada banyak lagi pertanyaan yang tercetus  😆 Sebelumnya gue berpikir kalau setelah mual & muntah, nafsumakan gue akan kembali normal. Ibaratnya, kalo diisi makanan trus keluar dimuntahin, ya udah, diisi aja lagi. As easy as that.

Tapi ternyata oh ternyata… boro-boro bisa diisi makanan lagi, nggak muntah setelah makan 5 suap aja udah bagus 😆

Jujur ajah : mengenai perubahan pola-makan, gue merasa bersalah kalau-kalau tidak bisa mengkonsumsi makanan yang sehat & memberikan nutrisi yang baik untuk baby kami.  Ketakutan gue adalah : apa yang bisa gue berikan untuk si baby, kalo makanan yang dilahap rata-rata keluar semua karena terasa eneg ? Sebelum hamil, gue hanya mengenal dua rasa makanan : enak & enak banget. Bahkan gue dijuluki sebagai si-pemakan-segala. Tapi kenapa setelah hamil malah cuma mengenal rasa eneg & eneg banget ???

Mendengar rentetan curcol gue, Dr. Lau cuma ketawa mafhum sebelum kemudian menjawab & menjelaskannya satu-persatu. Sebelum mendengar jawaban Dr.Lau, gue merasa nggak normal aja dengan perubahan-perubahan tersebut. Tapi ternyata… alhamdulillah, gue masih normal 😆 Intinya, dokter bilang kalau : nggak perlu merasa “aneh” atau bersalah dengan semua perubahan tersebut, terutama perubahan pola makan. Terimalah kalau memang ternyata badan & pola makannya memang harus berubah. Jangan dibawa stress. Tidak perlu merasa bersalah & memaksakan diri untuk makan-makanan yang dulu disukai, tetapi sekarang nggak disukai (dalam kasus gue, contohnya : sayuran), kalau ujung-ujungnya malah bikin eneg & dimuntahkan kembali. Apa yang bisa dimakan, tetaplah dimakan… jangan sampai perut kosong. Try to control your morning sickness. Tapi juga jangan merajalela melahap makanan seenaknya, sampai-sampai tidak memperhatikan gizi dari makanan tersebut, seperti misalnya terlalu menuruti keinginan akan satu jenis makanan saja, alias ngidam.

Plus, dokternya yang bilang nih : tidak perlu merasa bersalah kalau gue merasa lelah & lekas ngantuk sehingga nggak mampu menyelesaikan semua pekerjaan rumahtangga seperti masak & bebersih. Adalah wajar manakala tubuh menjadi cepat lelah dikala hamil; ini adalah signal yang tubuh berikan secara alami supaya empunya tubuh beristirahat cukup. Wah… kalau yang ini sih gue malah seneng banget, jadi bisa bobo nyenyak sepanjang waktu 😆

“Jadi dokter, masih wajar kalau saat ini saya cuma bisa makan susu, yogurt, madu, kismis, kurma, oatmeal, roti, cream crackers dan buah-buahan ?” tanya gue lagi, memastikan.

“Sure !” jawab Dr. Lau, “Daripada tidak ada makanan yang masuk samasekali, lebih baik kamu makan sesuatu yang bisa kuat kamu makan, bukan ? Dan makanan-makanan itu masih sehat kok. Nanti setelah trimester pertama lewat, nafsu-makan kamu juga akan kembali normal.”

Aaaahhh… leganya hatiku setelah mendengar jawaban sang dokter 😆 Ngerti deh sekarang. Karena tubuhnya memang harus berubah… maka gue juga harus merubah beberapa rutinitas & kebiasaan yang selama ini dijalani. Dan, diterima saja, dijalani saja.

Sekarang, alhamdulillah trimester pertama sudah dilewati. After series of “unexplainable queasiness”, endless toilet-hugging session, morning-sickness, evening-sickness & also motion sickness (yang satu ini benar-benar nggak banget), finally… I got my appetite back ! My stomach growls again !! 😆

Perlahan tapi pasti, nafsu makan pun kembali pulih. Iya sih… masih rada eneg kalau makan sayur-mayur & bawang-bawangan 😆 Tapi sudah jauh lebih baik daripada trimester pertama kemarin. Konsumsi serat terus diakali lewat melahap banyak oatmeal/havermut, roti gandum, tempe-tahu, kacang & banyak jenis buah-buahan. Susu segar & yogurt masih terus diminum. Daging sapi, ayam & ikan juga masih dilahap. Teh manis hangat hanya sesekali saja dinikmati kalau rasa mual-nya sudah tidak tertahankan; gue malah lebih menikmati air jahe hangat atau lemon+madu untuk menumpas deraan morning sickness. Kalau perut sedang nggak kuat diisi nasi, dengan sukacita gue akan melahap roti panggang, kentang kukus atau roti pita (kadang-kadang, juga melahap donut, cheesecake & pretzel 😆 ). Pokoknya, sekaranglah saatnya “membalas-dendam” & membayar hutang-gizi yang tidak terpenuhi selama trimester pertama kemarin 😆