Kalau sejak tadi siang (sekitar jam 15.00 WIB) pada rajin mengikuti berita di situs-situs berita, baca status-status di facebook & twitter, isinya semua tentang gempaaaaa. Fhiuuuh… memang, tadi siang ituh bukan pertama kalinya gempa bumi melanda Indonesia, khususnya Jakarta. Tetapi kok ya tetap saja masih menimbulkan kengerian… segitu ajah orang-orang Jakarta pada panik; gimana masyarakat yang tinggal di lokasi-lokasi kejadian & dekat dengan pusat gempa ? ๐Ÿ™

Tadi siang pas sedang baca berita gempa-nya, ayah & ibu di Jakarta langsung mengontak gue. Katanya gempanya keras, 7.3 SR. Tapi alhamdulillah ibu-ayah baik-baik saja. Begitu pula Ali-Agam yang ada di Bandung; padahal sebelumnya gue sempat ketar-ketir juga pas baca keterangan disini… lagipula Bandung lebih dekat lagi ke Tasikmalaya (kota yang terdekat dengan pusat gempa & sampai saat ini diberitakan mengalami kerusakan yang paling parah akibat guncangan gempa tadi siang). Sempat was-was juga karena telkomselnya Agam nggak bisa dihubungi (katanya jaringan telkomsel di Bandung sempat terganggu yah ?), tetapi kemudian dapat kabar dari ayah kalau semuanya baik2 saja.

Panik, pastinyaย  itulah reaksi pertama saat merasakan goncangan gempa. Masih ingat banget deh saat gempa Sukabumi terjadi di tahun 2000 & getarannya terasa di Bogor. Siang itu gue lagi tidur-tiduran sepulang praktikum. Baru sebentar tidur-tidur ayam, tiba-tiba semuanya bergoncang… saking kencangnya ituh goncangan, sampai-sampai gue yang lagi tidur di atas tempat tidur jatuh & ngglundung ke bawah. Di dekat kepala, buku-buku jatuh dari rak. Selama sepersekian detik, yang terasa tu antara cengo’, panik & bingung. Apalagi pas nyadar kalau tempat tidur gue letaknya di sebelah jendela kaca nako (kalo kenapa-kenapa & kusennya ambruk, bisa berabe). Pas lihat keluar, tetua di kosan gue, mbak Ani, terbirit-birit keluar sambil menutupi kepalanya dengan bantal & berteriak “Keluar !! Semuanya pada keluar !! Tutupin kepalanya !!”. Gue tiru ajah apa yang mbak Ani lakukan tadi; diatas lantai yang masih bergetar, gue berdiri, menyambar bantal buat menutupi kepala & keluar menuju ruang terbuka di tengah-tengah taman kos. Beberapa teman-teman kosan udah berkumpul disitu, ketakutan & ketar-ketir. Ada kali lebih dari 30 menit kami berkumpul di luar, nggak masuk dulu ke dalam kamar kosan karena takut ada gempa susulan. Dan serius, gue nggak kepikiran apapun selain keluar & menyelamatkan diri. Bawa handphone & pake sendal aja nggak kepikiran. Padahal harusnya pake alas kaki lho ๐Ÿ˜›

Pas kemudian kerja di gedongan, barulah gue belajar tentang apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi. Jadi waktu itu sekolah meminta guru science untuk “menyelipkan” pelajaran tentang gempa bumi & protokol keselamatan saat gempa terjadi, sementara sekolah sendiri turut mengadakan simulasi latihan untuk menghadapi gempa & kebakaran gedung. Dulu, latihan evakuasi ini diadakan sekali tiap term (dalam setahun ada empat term). Murid-murid sih excited mempelajari ini… apalagi, latihan evakuasi biasanya memotong jam pelajaran di kelas, whuuui senang sekali ๐Ÿ˜† Tapi bagusnya di pelajaran georgrafi & science sudah diajarkan latar belakang “ilmu”nya, sehingga mereka nggak sekedar excited saja. Sekali waktu, pernah gue perlihatkan peta sebaran gempa & daerah ring-of-fire di Indonesia kepada murid-murid; salah satu diantara mereka ada yang komentar : “Miss, berarti kita ini paling aman kalo tinggal di Kalimantan dong ??”

Kids these days… ๐Ÿ˜†

Anyhoo…kalau boleh disarikan, berikut beberapa tips keselamatan (yang gue ingat) yang sebaiknya dilakukan kalau gempa bumi terjadi :

#1. Jika sedang berada di dalam bangunan & tidak memungkinkan untuk segera keluar, tetaplah berada di dalam dan berlindunglah; tetapi jangan sekedar merunduk-dan-berlindung. Menepilah ke tembok tepi rumah yang kosong & kokoh, lalu berlindung diย  tempat-tempat berikut : pojok ruangan, atau meringkuk di samping meja/sofa/tempat tidur yang menempel ke dinding (tembok) bagian dalam yang kokoh. Or just… simply crouch against an interior wall. Tujuannya adalah untuk melindungi diri dari benda-benda yang jatuh dari atas dengan menempatkan diri di dekat titik terkuat pada struktur bangunan dalam ruangan dimana anda berada (keterangan disini). Hindari berlindung di dinding eksterior rumah, daerah dapur, jendela, bawah lemari & bawah rak-rak, pintu, berlindung di bawah meja tetapi di tengah ruangan, serta tempat-tempat sumber api & listrik.

#2. Jika masih bisa melakukan prosedur penyelamatan diri, keluarlah dari gedung… namun gunakan tangga darurat. Jangan gunakan tangga utama/tangga lain selain tangga darurat, jangan pula menggunakan lift/elevator. Tangga darurat sengaja dibangun dengan konstruksi yang lebih kuat untuk meredam goncangan sekaligus menahan beban berat saat banyak orang berada diatasnya turun menyelamatkan diri.

#3. Kalau sudah berada di luar bangunan, berkumpullah di tempat terbuka yang luas seperti lapangan atau areal parkir. Hindari berkumpul di dekat bangunan, tiang-tiang & papan reklame untuk menghindari tertimpa tiang, terkena puing reruntuhan, atau terkena lemparan pecahan kaca.

#4. Jika sedang berkendara, perlahan menepilah ke kiri bahu jalan & hati-hati menghentikan mobil. Atau, arahkan kendaraan ke jalan yang lebih sepi. Berhentilah, dan keluar dari mobil. Hindari menepi/berhenti di bawah jembatan, di atas jembatan, di jalan layang, di bawah pohon, dibawah billboard/papan reklame, tiang, lampu lalu lintas, lampu jalan.

#5. Kalau sedang di gunung, waspadalah akan kemungkinan terjadinya tanah longsor. Begitu pula kalau merasakan gempa besar saat sedang berada di pantai atau laut tepi pantai, waspadalah akan kemungkinan terjadinya tsunami (apalagi kalau setelah gempa, air pantainya tampak surut dengan cepatnya); segera menepi ke daratan & pergi menjauhi kawasan pantai, menuju daratan yang lebih tinggi.

#6. kalau sedang berada di tempat umum yang ramai/padat, jangan panik & berdesakan menuju pintu keluar (yang ada kalau panik berdesakan, ntar malah kegencet-gencet/ terinjak-injak). Lindungi kepala & leher dengan lengan/tas

#7. Kalau merasakan gempa saat sedang memasak, segera matikan api kompor dulu, lalu keluar (poin #2 & 3). Kalau nggak bisa/sulit keluar, lakukan poin #1

Uhm, segitu aja sih tips keselamatan yang gue masih inget. Ada yang mau menambahkan tips-nya ? Boleh aja. Melihat dari pengalaman tahun 2000 dulu & cerita teman2 pas gempa kemarin, sepertinya penduduk kita belum betul2 paham tentang pengetahuan cara evakuasi yah. Memang sih, frekuensi gempa di Indonesia tidak sebanyak di Jepang; tetapi kan lebih baik dikenalkan & dipelajari, daripada tidak tahu sama sekali & menjadi panik ?

Oia, plus satu lagi : kalau ternyata sempat keluar dari gedung menyelamatkan diri & bawa handphone, dahulukan memakai handphone untuk kepentingan darurat… seperti mengecek posisi/keberadaan anggota keluarga & mengabari mereka. First thing first. Kalo mau ganti status di Facebook atau twittering, itu sih bisa dilakukan sesudahnya… nanti-nanti aja kali yeee ๐Ÿ˜†