sapibali_banner

Suka iga bakar ?? Nah… ada satu tempat makan baru lagi di Jakarta, yang menyajikan hidangan iga bakar nan lezat & masuk daftar “wajib-kunjung”

Sepulangnya dari Bogor kemarin, acara makan-makan lainnya sudah menanti 😆 Kali ini, giliran Ali & Agam mendaulat ibu-ayah & gue untuk makan-makan di sebuah resto bernama Sapi Bali“Enak, kak !!” seru Ali & Agam berpromosi, “Lu kudu coba iga sapi bakar-nya. Gue jamin, lu bakalan nagih, Kak !”

Wait; nama restonya =  Sapi Bali ? Nama Sapi Bali ini agak-agak aneh aja bagi gue, mengingat daging sapi kan nggak lazim dipakai dalam masakan Bali ? Atau mungkinkah  dagingnya pakai daging sapi varietas sapi Bali ?

Turns out, Sapi-Bali ini adalah sebuah resto yang menyajikan hidangan yang-berbumbu-a la-Bali. Meskipun memakai kata “Bali”, resto Sapi-Bali ini sendiri ternyata bukan berasal dari pulau Bali… melainkan cabang dari restoran pertamanya di Yogyakarta sana. Selain di Yogya, resto Sapi Bali ini kondang juga di Semarang sana. Di Jakarta sendiri, sebelumnya berdiri di daerah boulevard kelapa gading, tetapi kemudian pindah ke Jl.Cibulan Raya no.17 – Kebayoran Baru.

Kami sekeluarga plus tante Ning & Om Abdil kesana selepas maghrib. Sampai disana, kami disambut oleh kepulan asap wangi beraroma bakar-bakaran yang gurih menguar dari halaman resto. Mereka memang menyiapkan iga sapi bakar-nya di dekat beranda. Tampilan resto-nya sederhana saja dengan sedikit sentuhan Bali seperti kain kotak-kotak hitam putih & lukisan alam Bali, untuk memberikan sedikit nuansa keBalian. Di beranda resto, ada beberapa keluarga yang menikmati sajian makan malam di meja-meja kayu panjang bertaplak merah. Kami disambut oleh seorang waiter ramah yang bertanya, mau makan di area beranda luar, atau di dalam rumah. Pilih di dalam rumah saja… karena yang di beranda udah full diduduki 😀

Semua jenis hidangan & minuman dicantumkan dalam menu berbentuk lembaran besar dilaminating, diberi keterangan singkat & foto hidangan yang menggugah selera.  Seperti yang disebutkan sebelumnya, resto Sapi Bali ini menyajikan hidangan-hidangan berbumbu khas Bali. Hidangan spesialnya adalah sate sapi & Iga sapi bakar bumbu Bali. Lainnya ada hidangan ayam betutu, bebek goreng, ayam kecombrang, sop iga, lawar kacang, dan… sebuah hidangan bernama unik : Urutan. Kemudian waiter-nya menjelaskan kalau Urutan adalah sosis daging sapi yang dimasak dengan bumbu Bali. OK, pesan satu, kalo begitu ! 😀 Selain Urutan, kami memesan hidangan Iga sapi bakar bumbu Bali, sop iga, ayam betutu & lawar kacang. Plus, minta tambahan sambal matah, hehehee… 😉 Note that masakan Bali itu biasanya “berani di bumbu” dan puedesss oleh merica… jadi kalau nggak suka pedas, Iga bakar-nya bisa minta dibuat nggak pedas (pakai bumbu kecap). Untuk minumnya, kami  semua sepakat seragam memesan Es Daluman, yakni es cincau hijau dengan siraman santan kelapa bakar & gula aren. Hummmmm, terdengar segar dan legit !

sapibali_menu

Sekitar 10 menit kemudian… sajian pun datang. Yang pertama keluar adalah minumannya : Es Daluman. Man… rasanya benar-benar legittt !! Cincaunya segar  & nggak pahit, santannya legit dengan tekstur sedikit “masir” karena dibakar. Gula arennya pun pas manisnya, nggak terlalu royal. Kalau gue pikir, Es Daluman ini lebih cocok jadi santapan dessert, ya… sementara minumnya cukup segelas besar teh tawar hangat (yang mana lebih ampuh mengusir rasa pedasss 😆 ), Kemudian, datanglah nasi & lauk makanan pesanan kami. Whuooo… mari kita serbuuuuu… 😆

Sementara Agam & Ayah asyik melahap  Sop Iga (yang Agam bubuhkan ekstra merica lagi), gue & Ali asyik melahap sosis Urutan untuk appetizer. Wow… pedesnya benar2 spicy & nendang, sampai-sampai hint dagingnya agak terlalu halus kalau disandingkan dengan tendangan spiciness tersebut. Tapi cukuplah satu porsi Urutan buat dimakan berdua sebagai appetizer… sekedar jadi “intro”  untuk menyiapkan lidah menghadapi  “tendangan” citarasa spicy makanan selanjutnya : Iga sapi bakar bumbu Bali 😉

sapbal_iga

Porsi iga bakarnya cukup besar : dua tulang iga dengan balutan daging berbumbu yang tebelll, disajikan dengan padanan semangkuk kuah kaldu berbumbu.  Tulang iganya mencuat keluar, ada kali panjangnya lebih dari 25 cm.  Melahapnya bakal bikin diri serasa jadi karnivora deh 😆 Permukaan iga-nya sendiri nggak terlalu tebal tertutup bumbu. Pas daging iganya dipotong & dicuil dengan garpu… ternyata mudah sekali, nggak alot ataupun ‘ngelawan’. Begitupula saat dikunyah, cukup lembut, juicy & tidak terlalu berlemak.  Juiciness dagingnya masih terasa diantara “tendangan” rempah-rempah bumbunya. Aroma bawang, jahe & kunyit terasa dominan. Rasa rempah yang “kaya” ini terasa semakin “menggila”  saat menyeruput kuah kaldunya… alamak, puedesss !!!! Bukan pedas oleh cabe ya, tetapi oleh merica & bumbu rempah-rempah yang sukses bikin bulir-bulir keringat mulai keluar bercucuran 😆 Diantara kami ber-tujuh, hanya Agam saja yang mampu menghabiskan kuah kaldu berbumbu ini PLUS hidangan iga bakar yang cukup pedas. Benar-benar mutan deh lidahnya Agam… 😆

sapbal
Makanan lainnya yang dilahap adalah Lawar Kacang & Ayam Betutu. Keduanya dihidangkan dalam porsi piring yang lebih kecil daripada iga bakar. Lawar Kacang ini adalah urap kacang panjang, dibumbui dengan rempah2 bumbu Bali, kacang, bawang goreng & sedikit suwiran daging ayam. Kayaknya juga pakai serutan pepaya muda, deh… karena rasanya jadi krenyes-krenyess gimanaaa gitu. Thank God, makanan yang satu ini nggak terlalu pedas sehingga cukup aman saat disandingkan dengan “kegarangan” citarasa iga bakar bumbu Bali-nya 😆 Untuk Ayam Betutu-nya, gue cuma icip-icip aja dari tante Ning… Nah, yang ini baru pedas. Citarasa pedas-spicy dalam daging ayamnya benar-benar awet 😆 Ayamnya dibaluri bumbu-bumbu (dan dibungkus daun pisang), kemudian dimasak sampai bumbunya benar-benar meresap ke dalam daging. Untuk hidangan yang satu ini, pedasnya berasal dari cabe rawit dan bumbu rempah-rempah… jadi lebih cocok-lah jadi santapan untuk mereka yang gila-pedas, hehee.

Kalau sudah kepedasan begini, obatnya cuma satu : minum teh tawar hangat (agak panas sedikit). Iya sih, tegukan pertama bakal bikin kepala terasa “meledak”… tetapi selanjutnya rasa pedas yang menyelimuti lidah akan lebih cepat hilang, karena panas-hangatnya air teh lebih ampuh menghilangkan rasa pedas yang umumnya disebabkan oleh lapisan tipis minyak cabai yang menutupi lidah.

Bagi para cewek yang makan disini… siap-siap buat nggak jaim deh 😆 Nikmatin aja kalau memang harus makan pakai tangan langsung, atau menyesap-nyesap tulang ayamnya (tapi jangan menyesap-nyesap tulang iga sapinya ya… soalnya ngeri ajah, kayak abis makan tulang iga orang 😆 ). Di malam itu, kelezatan iga sapi bakar bumbu Bali & hidangan-hidangan lainnya ternyata dibandrol dengan harga yang cukup affordable, nggak mahal. Seporsi besar iga bakar (ukurannya nggak kalah sama ribs di Tony Roma’s) = Rp. 30.000,-/porsi,  Lawar Kacang Rp. 8000,-/porsi, Ayam Betutu Rp 15.000,-/porsi serta Es Daluman = Rp 7.000,-/gelas. Teh tawar anget-nya free 😉 Pelayanannya pun bagus : ramah & sigap. Pun saat kami bertanya tentang detil hidangan dalam menu, waiternya nggak segan-segan untuk menjelaskan. Makan disini dijamin kenyang, rasanya juga top markotop !! Perut kenyang, hati senang, kondisi dompet pun hepi-surepi 😆

sapibali_maknyusss
kalau kata Tante Ning : “Sapi Bali… maknyusssss !”

Resto Sapi Bali :

Jalan Cibulan Raya No. 17A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telpon: 021-727 86 442
Jam buka : 11.00 – 21.00 WIB