= kembali ke pelukan suamiku tercintah… πŸ˜†

Seperti biasa, gue baru ngepak isi koper semalam sebelum berangkat… sambil santai-santai. Ini, sukses bikin nyokap gue bolak-balik berseru :Β  “Kakak, ayo ngepak kopernya dulu, jangan nonton TV melulu ! Abis itu langsung tidur, gak usah nonton-nonton TV lagi… besok kan subuh-subuh mesti ke Cengkareng… Ntar gak bisa bangun lho !!” πŸ˜›

Akhirnya… gue ngepak. Dalam kamus gue, kata “packing” berarti = “berusaha menjejalkan seluruh barang yang pengen gue bawa kedalam satu koper… kemudian kesulitan memilih barang-barang yang perlu gue bawa” πŸ˜† Jadinya wants Vs. needs juga yah πŸ˜† Usai packing, sekalian gue siapin juga baju buat besok pagi berangkat. Biar paginya nggak grasa-grusu gitu. Pas nyiapin pakaian, iseng-iseng gue mencoba celana jeans yang gue pakai saat pulang ke Jakarta 2 minggu yang lalu…

… dan ternyata, celana jeans-nya gak bisa dikancingin, Sodara-sodara.

Boro-boro dikancingin, ditarik resletingnya pun nggak bisa !!

Oh. My. Lord.

Ini… benar-benar menakutkan.

Satu-satunya pikiran (or is it a denial-thougt…?) yang terlintas di benak gue adalah : pasti celana jeans gue menyusut !! Makanya jadi nggak muat. Nggak mungkin nggak, celana jeans-nya pasti menyusut karena keseringan dicuci atau entah-karena-apapun itu !!

Malangnya, suara-hati gue langsung menangkis pikiran tersebut & berkata “Get real, Aini…”. Ugh, i hate this. Dan dengan langkah gontai, masih dengan memakai si jeans yang nggak-bisa-dikancingin itu, gue menyeret kaki menuju timbangan badan di rumah dan melakukan hal yang paling malas gue lakukan : menimbang berat badan.

Ketakutan gue pun terbukti. Diatas timbangan badan, saat memandangi jarum timbangan yang menghakimi gue dengan angka yang ditera-nya, gue menemukan sebuah fakta yang cukup mengerikan : berat badan gue naik 3 kilogram.

Yes.

3 kilograms, just in 2 weeks !!

Gue panik. Panik, karena nggak ada celana yang bisa dipakai lagi selain jeans itu. Dan bingung. Bingung menjawab pertanyaan : Darimana asalnya semua 3 kilogram pertambahan berat badan tersebut ????

FYI, gue sangat-sangat menghindari aktivitas menimbang berat badan. Kenapa ? Karena menimbang berat badan akan membuat gue panik, merasa bersalah, dan diatas semuanya : forced me to do-the-math, mengingat-ulang & berhitung-hitung tentang makanan apa saja yang kemarin-kemari gue santap dengan buasnya. Oh, i do really HATE this, doing some mental arithmatics dengan perasaan bersalah untuk menghitung dosa-dosa “gluttony” yang dilakukan saat berwisata-kuliner !! Makanya gue nggak pernah mau nimbang berat badan… karena itu cuma akan membuat kenikmatan si makanan terhapuskan oleh rasa-bersalah di kemudian hari πŸ™

Dengan penuh penyesalan, mau-gak-mau gue berusaha mengingat-ingat kembali kebuasan aktivitas makan-memakan selama 2 minggu kemarin. Let’s see :

… nyampe Jakarta, langsung menggasak seporsi nasi padang + rendang plus sepotong perkedel kentang,

… malamnya ke Puncak, disambut dengan seporsi nasi-rendang… trus paginya makan soto mie bakso, trus makan ayam-suntik goreng plus french-fries, trus makan chocolate cake-Eaton pas perayaan ultahnya Rian, and… not to mention those endless bowls of Indomie rebus + telor ceplok + sayur sawi,

… trus ke Bogor, bersama abah, Mutia & Ahmad kami berpesta-pora di Sate-Gate, Warung Seafood Bang Beni & Ayam Geprek Istimewa,

… trus balik lagi ke Jakarta dan memanjakan diri dengan JCo donuts, Chicken Cordon Bleu, Ketoprak, Nasi Uduk, Iga Bakar bumbu Bali di resto Sapi-Bali, Nasi Bebek Goreng, Cakalang Dabu-Dabu, Pempek Pistel, Nasi Padang lauk Rendang (lagi), Rawon “mejik” buatan ibunda tercinta & Sate Padang Takana Juo (aaah, ini yang paling nikmat)…

… Kemudian ke Bogor lagi, makan Es Cincau, melahap kue-kue kering & Strawberry-Mousse cake buatan Amalia, serta iga kambing bakar & Nasi Kebuli-nya Tante Agies yang mak-nyussss…

OK, OK… nggak perlu dilanjutkan lagi. Sekarang gue mengerti, darimana asalnya pertambahan 3 kilogram bobot tersebut. Tapi gue masih curiga kalau pastilah celana jeans gue menyusut !!! Yakin deh, pasti menyusut !!

Ya sudah-lah… mau diapakan lagi ? Inilah resiko dari buas-buasan berwisata kuliner dan kemudian menimbang berat badan. The lesson-learned is : jangan menimbang berat badan setelah berbuas-buas-ria berwisata kuliner. Gue ulangi : jangan !!! Rasa bersalah yang ditimbulkan akan memusnahkan semua memori tentang kenikmatan makanan-makanan tersebut πŸ™

OK, i oredi gained 3 kgs. Tapi… gue harus berpikiran positif bahwa : toh sesampainya di Penang, kelebihan bobot ini bisa gue β€œbakar” bersama suami tercintah πŸ˜† Wakakakakaaakk, betul ‘kan ?? Enak, tho’…? Mantep, tho’…?

πŸ˜†