Dari sekian banyak penyakit, ada penyakit-penyakit yang dikategorikan sebagai “penyakit malu-maluin” (singkatnya, mari kita sebut sebagai PMM). Contohnya : penyakit kulit kayak panu, kudis… atau penyakit pilek yang membuat ingus sraaat-srooott berleleran kemana-mana πŸ˜› Mungkin disebut “Malu-Maluin” karena berpengaruh terhadap tampilan fisik. Bayangin aja kalo Tom Cruise lagi flu, mukanya merah-bengkak & berleleran ingus… pasti kegantengannya berkurang sekitar 80%.

Biasanya pula, PMM ini jarang mengundang simpati; yang ada malah mengundang tawa, alias kalo kena penyakit tersebut malah diketawain & dicela-cela,Β  dihubung-hubungin sama mitos-mitos tentang penyakit tersebut πŸ˜›

Sadly, sekarang gue terkena salah sati “penyakit malu-maluin” ini : BINTITAN. Yeeeah… Gue jadi inget jaman dulu pas masih SMP, ada seorang temen yang kena bintitan. Pas di sekolah, wuiiiih… langsung deh diejekin sama teman-teman lainnya :
“LU NGINTIP ORANG LAGI MANDI YAAA… makanya jadi bintitan ???”
“Makanya jangan doyan ngintip cewek… sukurin jadi bintitan !”

Gilak, malu banget gak sih diledek gitu ? Udah matanya sakit, rasanya cenut-cenut, ngelihat apapun jadi susah & blurry…Β  eh malah jadi bahan olok-olokan pula. Samasekali gak lucu. Sejak itulah, gue sangat-sangat bersimpati terhadap para penderita bintitan… tapi sekaligus berdoa : jangan sampe deh gue kena sakit bintitan selama sekolah & kuliah gue.

***

Turns out, Tuhan mengabulkan doa gue.

Seumur-umur idup, akhirnya (& untungnya) gue gak pernah kena bintitan saat masih sekolah & kuliah… thus, gue bersyukur nggak perlu mengalami humiliation seperti di atas.

Tapi,Β  gue baru kena bintitan pas udah pindah ke Penang. Dua kali.

Waktu pertama kali kena bintitan, gue panik. Panik karena mata gue jadi bengkak; bengkaknya gak gede-gede amat sih, tapi rasanya sakiiiiiiit cenut-cenut πŸ™ Trus ngelihat apa-apa jadi gak jelas gitu, blurry. Mau ke dokter, gue ragu… takut dokternya bete dapet pasien bintitan (kali gitu, dokternya mikir : Ya elah… capek2 gue nungguin orang dateng ke praktek gue, yang dateng malah pasien bintitan doang πŸ˜› ). Akhirnya lewat sms, gue tanya ke ibu, bagaimana cara menyembuhkan bintitan durjana ini. Berikut adalah jawaban ibu :

“Kak, gini caranya : ambil bawang putih seiris, trus di “mata” bintitnya tempelin pake bawang putih itu. baca bismillah, trus ditempelin,Β  sakit sih… tapi ditahan aja sambil baca doa. Ntar bakalan keluar isi bintitannya yang putih-putih. Dicoba ya Kak…insyaAllah abis itu sembuh !”

Gue terpana membaca instruksi ibunda tercinta di sms. Bawang putih ???

Well, ada benarnya juga sih; bawang putih (Allium sativum) adalah salah satu bumbu dapur yang memiliki aktivitas antibiotik (juga antifungal) alami yang tinggi, terutama untuk menumpas infeksi yang disebabkan bakteri Staphylococcus aureus. Gue inget banget waktu kecil pernah luka karena jatuh dari sepeda; kata ayah supaya lukanya nggak infeksi, di luka yang udah dibersihin itu dibubuhi tumbukan bawang putih. Ajaib : sembuhnya cepat, lho. Cuma… pas lukanya kena tumbukan bawang putih, rasanya SAKIIIIT & PERIH πŸ™ Saking perihnya sampe bikin klojotan.

Nah… itu aja baru luka di kaki. Gimana kalo dibubuhkan di MATA ??? Bisa-bisa gue disangka kesurupan πŸ˜›

Ngebayangin sakit & perihnya itu, gue jadi jiper juga untuk mencoba saran ibu… tapi membayangkan penderitaan rasa cenut-cenut tiada henti yang timbul akibat bintitan durjana ini, GUE HARUS BERANI !!! Mendingan sakit perih berdarah-darah berurai air mata tapi bintitannya cepat lenyap *lebay*, daripada bintitannya dibiarkan lama bersarang di mata ! Gue harus BERANI !!!

Akhirnya, gue mengambil sebutir bawang putih. Gue pegang-pegang aja tu di tangan, sambil berbisik kepada diri sendiri : “harus berani, harus berani.. demi bintitan-nya sembuh, harus berani”. Kemudian gue cuci bersih tangan gue, gue geprek bawang putihnya pakai pisau & gueΒ  ambil satu irisan dari bagian tengah.

Gue menghela napas dalam-dalam.

Gue tarik sedikit kelopak bawah mata gue. Disana, tampak titik putih kecil serupa kepala-nya jerawat, meledut dikelilingi warna merah, pertanda jaringan kelopak mata sekitar situ sedang infeksi.

Kemudian, gue tempelkan irisan bawang putih yang tampak juicy itu tepat di atas bintitan-nya.

Sedetik, nggak terasa apa-apa.

Tapi detik berikutnya… ‘NJRIIIIT, ALAMAAAK, SAKIT BANGET !!!

Saking sakitnya tapi menahan diri untuk nggak berteriak kesakitan, gue sampe lompat-lompat jejingkrakan… Persis kayak kambing kesurupan (emangnya ada, gitu ???). Sementara tu bawang putih terus gue paksa tempelin di tempat bintitan tersebut. SAKIT ABIS… bodo amat, tapi yang penting abis ini bisa sembuh, pikir gue sambil terus merapal doa.

Setelah beberapa saat, gue angkat irisan bawang putih tersebut. Whuidiii… sumpah mata gue perih, saking perihnya sampai bleberan air mata… mirip kayak habis nonton Drama “One Litre of Tears”, atau pilem Drama Korea nan melankolis. Tapi ajaibnya, begitu bawang putihnya gue angkat, gue lihat sendiri : dengan mudahnya, kepala bintitannya pecah, mengeluarkan isi putihnya… kayak pasta putih keluar dari tube. Pelan-pelan gue tekan daerah bengkak di sekeliling bintitannya, semakin banyak isi putih dari kepala bintitan yang keluar. Gue terus menekan dengan sangat-perlahan, sampai kemudian nggak ada lagi isi putih (pus) yang keluar.

Setelah nggak ada lagi pus yang keluar, gue cuci tangan bersih-bersih, kemudian gue ambil lagi seiris bawang putih… dan mengulang ritual yang sama. I know, it’s sounds sooo FEAR FACTOR-ish & crazy…Β  udah tahu sakitnya bikin kelojotan, tapi kok malah diulang. Tapi logic-nya gini deh : kalau irisan yang pertama itu untuk mengeluarkan pus dari dalam bintitan-nya, maka irisan kedua yang gue tempelkan ini adalah untuk membersihkan “bekas-medan-pertempuran” (sisa bintitan yang tadi udah keluar semua isinya).

Usai ditempelin bawang putih, gue merunduk ke sebuah mangkuk yang gue siapkan berisi air dingin (air-nya air masak yaa), kemudian gue cuci mata gue dalam air dingin itu. Selesai dicuci, gue keringkan mata mengunakan tissue/kapas yang bersih; bukan dengan gerakan mengucek mata, tapi ditepuk pelan-pelan aja.

Hasilnya ?

Malamnya, bintitan gue kempes !!! πŸ˜€ Lenyap-nyap-nyap, gak berbekas… bengkak di sekitar bintitan-nya pun mengempis & nggak terlihat merah kebiruan lagi ! πŸ˜€ Alhamdulillah…. benar-benar pengobatan SENGSARA yang membawa nikmat. Ternyata, nasihat ibunda memang AMPUH ! πŸ˜€

***

Gue nggak mengalami bintitan lagi… sampai dua hari yang lalu.

Bangun pagi, gue dikejutkan oleh gundukan kecil kemerahan berkepala di TKP yang sama dengan kasus bintitan sebelumnya : kelopak bawah mata kanan.

OH, Not again…. runtuk gue dalam hati, sebel. Namun bedanya, kali ini gue gak langsung melakukan “OPERATION-Bawang-Putih”, karena bintitannya masih keciiiiiil… banget. Nggak kelihatan mata bintitan-nya. Pas kelopak bawah mataΒ  gue tarik sedikit… baru deh kelihatan kalau jaringan sekitar bintitnya berwarna merah tua, pertanda infeksi. Beda sekali dengan warna kelopak bawah mata kiri gue yang warna merahnya lebih muda. Yup, jaringan terinfeksi memang selalu ditandai dengan warna merah yang lebih tua, pertanda aliran darah ke jaringan terinfeksi tersebut mengalir lebih banyak untuk memerangi kuman-kuman penyebab infeksi.

“Baim…” ucap gue masih sambil mengamati bintitan tersebut di kaca, “…aku kena bintitan”.

“Hah ?? Bintitan ?”

“Iya…”

“Trus diobatinnya pake apa ? Jangan dikucek matanya ya, sayang… ntar malah nyebarin kuman-nya…”

“….”

Gue terdiam. Gak berani ngomong, kalau obatnya tu bawang putih.

Malamnya sepulang dari MFM, pas gue ngaca di cermin wastafel, ya ampun… bengkak bintitannya semakin gede πŸ™Β  Kepala putih bintitannya sendiri nggak kelihatan karena ternyata letaknya agak dalam, di balik kelopak. Gue bilang lagi ke Baim :

“Baim… bintitannya makin gede…”

Baim langsung menghampiri gue , “Sini, coba aku lihat…”

Gue diam aja selama Baim mengamati bintitannya, “Iya sih… keliatan tambah bengkak ya. Trus bawah mata kamu jadi bengkak biru-biru gini, kayak ditonjok…”

“HUUWAAAA…!!!!”

“Ya abis, gimana dong sayang ? Kan udah malem, mau diobatin ke dokter, dokternya udah tutup…”

“… tapi sakit, Im…”

“Eh, waktu itu kan kamu pernah cerita ke aku ya, ngobatin bintitan pake bawang putih…”

AAAARGGGH, Dia inget soal bawang putih ituhΒ  !!!

“… udah kamu coba ?” tanya Baim.

Gue menggeleng.

“Coba aja dulu sekarang. Aku bantuin, kalo ternyata kamu gak kuat sama perihnya…”

“…”

“Kalau besok pagi masih bengkak, kita ke dokter. OK ?”

“OK…” jawab gue lemah, lalu mengambil sebutir bawang putih & memulai ritual “OPERATION Bawang-Putih” yang mengerikan itu.

Hadududuh, tetep yaaa… pas diulang, rasanya SAKIIIIT banget. Not to mention gue refleks lompat-lompat kelojotan segala, demi menahan diri biar nggak teriak-teriak kesakitan (layaknya sapi kurban mo disembelih). Bagus, sekarang gak cuma rasanya sakit, tapi suami gue bakalan ilpil ngeliat gue jejingkrakan gak jelas gini menahan sakit.

Malamnya dengan berurai air mata (halah), gue mencoba untuk bisa tidur. Disamping gue, Baim ngelur-ngelus kepala gue supaya gue cepat tertidur.

Pagi tadi pas bangun tidur, mata gue masih terasa cenut-cenut & pusing. Gue langsung melesat ke cermin wastafel & memeriksa kondisi mata gue :

… BENGKAK BINTITAN-NYA MASIH ADA…!!!! Malah tambah bengkak, kayak habis ditonjok πŸ™ Kontan gue berseru panik : “Baiimmm… tambah bengkak, huhuhuhuu!!!”

Masih sambil panik, dalam hati gue jadi bertanya-tanya… kok “OPERASI Bawang-Putih” semalam itu gagal ya ? Ah, sepertinya gagal either karena gue nggak cuci tangan sangat-sangat-bersih, atau bawang putih yang gue gunakan udah nggak segar lagi πŸ™

Setelah ditenangkan ma Baim, Baim bilang kalau nanti siang lebih baik ke dokter aja, “Matanya jangan dikucek-kucek ya, sayang…” ucap Baim mengingatkan.

Pas Jam 11 tadi, gue & Baim ke klinik dokter praktek di dekat LipSin Garden. Saat dokternya memeriksa mata gue, gue diam aja. Kemudian dia langsung mengangguk mafhum & bilang : “Aaah… swollen ya. Ini stye, minor infection… tapi ini ada sedikit dalam”

Oh… ternyata nama kerennya bintitan itu = stye.

Dokter Yan lalu bertanya apakah kemaren gue habis makan duren banyak-banyak, dan gue jawab tidak, karena gue gak suka duren. Kemudian dokter Yan menjelaskan kalau akhir-akhir ini memang banyak orang (pasien yang datang) kena bintitan ini setelah makan duren banyak-banyak, yang mana menyebabkan tubuh jadi panas-dalem (TUH YA, CATET TUH yang pada gila-makan duren πŸ˜› ); Tapi dalam kasus gue ini, bintitan-nya muncul akibat gue kena panas dalam & mengucek-ngucek mata saat mata gue kena debu yang terbawa angin.Β  Sambil menuliskan resep, Dokter Yan berpesan kepada gue supaya tidak mengucek-ngucek mata. Gue dikasih obat antibiotik (Zocef 500), obat pereda bengkak (Beazyme) & salep antibiotik untuk dioleskan di mata.

Sampai di rumah, setelah cuci tangan bersih-bersih, gue langsung membubuhkan salepnya ke mata. Whuiiii… pandangan gue langsung blurry kayak kalau mata sedang berkaca-kaca. Yah, mau gimana lagi… namanya juga lagi ngobatin bintitan. Semoga setelah dibombardir antibiotik, infeksi bintitannya segera sembuh deh. Males banget kalo harus keluar rumah dengan kondisi mata bengkak keunguan begini… ntar disangka suami gue melakukan KDRT, lagi πŸ™

Dengan mata “berkaca-kaca” oleh olesan salep, isengΒ  gue mencari info tentang stye ini di internet. Iyah, ternyata nama kerennya bintitan = Stye, atau Hordeolum. Dan, benar juga kata dokter Yan : munculnya bintitan bisa disebabkan oleh panas dalam, atau setelah makan banyak-banyak makanan yang menyebabkan panas-dalam. Penyebab bintitan lainnya adalah : Penyumbatan lubang kelenjar minyak & folikel bulu mata oleh lemak, infeksi bakteri S. aureus, stress, gizi buruk & kurang tidur. Oia : pemakaian maskara, eyeshadow atau kosmetik mata lainnya yang sudah kadaluwarsa (expired), serta bertukar-tukar silet cukuran alis juga dapat menyebabkan bintitan (… ladies, langsung periksa ya isi cosmetic bag masing-masing).

Tapi yang jelas : bintitan SAMASEKALI TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS NGINTIP-MENGINTIP. Kalo ada yang bilang bahwa bintitan itu terjadi karena ngintipin orang, well… harap diingat lagi, kalau Itu cuma mitos.

Lagipula di Penang sini gue mau ngintipin siapa, coba ? Baim ?? Ngapain juga ngintipin Baim; lha wong sehari-hari udah ketemu setiap saat πŸ˜› OK… pernah sekali gue ngintip Baim yang sedang bekerja di ruang tamu karena gue penasaran : apakah dia sedang ngerjain thesis, atau malah asyik baca berita basi di detik.com… Tapi sumpah, dijamin deh kalau BINTITAN samasekali tidak memiliki korelasi ilmiah dengan aktivitas ngintip-mengintip !

Kecuali : kalo memang ada orang yang pas sedang iseng mengintip trus matanya kecolok & kemudian malah jadi infeksi bintitan > itu adalah pengecualian, sekaligus APES-banget πŸ˜›