… yang bikin gue turn-off se-off-off-nya, saat ada teman “jaman-dahulu-kala” muncul & ngajak ngobrol πŸ˜›

boringq

Klise sekali yah jawaban ‘pengen-tahu-aja-udah-hamil-apa-belum‘ tersebut. Sebenarnya gue (udah) bosen sama pertanyaan “nggriseni” semacam ini πŸ˜› Bikin males aja. Tadinya sih gue pengen iseng menjawab : “SELAMAT !! Anda adalah orang ke 10.010.001 yang menanyakan pertanyaan tersebut !! Oleh karena itu, Anda memenangkan hadiah utama : menginap selama 3 hari 5 malam (???) di Ujung Kulon !!! Selamat menikmati !” …(biar sarkasme-nya semakin terasa) …Tapi, males ah, takut ntar dia malah nyangka beneran memenangkan hadiah nginep di Ujung Kulon, meng-klaim hadiah tersebut ke gue karena desperately ingin berjumpa dengan kawanan badak disana πŸ˜›

Fhiuuuh. Gue masih suka amazed aja kalo ada orang yang berbasa-basi dengan pertanyaan menyangkut “fekunditas” dan “hasil-dari-intensifikasi-penyerbukan-kami” ini. Because i’m kinda boring with this kinda question, at least pleaaaaase… be more creative while looking for an-opening-conversation-with-your-old-friend-from-junior-high-school-time. Nih ya gue bantuin buat ide-nya : As far as i know, ada banyak pertanyaan basa-basi yang “cukup manis” untuk ditanyakan saat menyapa seorang teman lama.

Contohnya :

“Lagi apa?” (OK, she asked it at the beginning. Good moves..)

“Apa kabar?”,

“Gimana kabarnya sekarang?”,

“Sekarang lagi sibuk apa niy, jeng?”,

… atau pertanyaan-pertanyaan lainnya yang serupa, dan masih wajar untuk ditanyakan saat membuka percakapan dengan seseorang.

Instead, si-teman-dari-jaman-dahulu-kala ini malah berinisiatif ujug-ujug langsung nanyaΒ  : “…udah hamil, belom ?”

Ehm.

Wow.

Wow. Who do you think you are ? My gynecologist ? My parents ? Hey, even orangtua gue tercinta-yang-gue-hormati aja gak pernah ujug-ujug bertanya seperti itu πŸ˜›

.

Iseng-iseng, gue ceritain kejadian “ajaib” ini ke Baim. Komentar Baim :

komenbaim3

Mungkin siapapun yang membaca posting “gelo” ini bakalan mengernyit aneh, kalau gue bilang kejadian ini sudah menjadi selingan-joke diantara gue & Baim. But, it’s true; setelah melewati serangkaian “pertanyaan” ajaib ini… rasanya jadi biasa aja. Racunnya gak sesakit pas dulu-dulu. Iya sih, kadang gue masih suka kaget & berpikir “Hweee… siapa lu ujug-ujug nanya soal hamil ??”, tapi… yah, you know what i mean. Jujur, gue masih nggak habis pikir sama orang-orang yang sedemikian lenggang-kangkung-nya mengajukan pertanyaan seperti itu hanya untuk ber-basabasi (yang mana sangat-lah basi). Apapun-lah motivasi dari orang tersebut untuk berbasa-basi semacam itu. Kenyataannya, se-tidak-habis-habisnya gue berpikir tentang kebiasaan basi dari orang2 nosy tersebut, ternyata mereka ada & (sayangnya) hidup di sekeliling kita. Akhirnya, gue lebih memilih buat jadi “tembok” aja kalau ketemu mereka, dan… well, orang-orang nosy ini ternyata lumayan lucu juga buat dijadikan bahan celaan. At least, bahan celaan antara gue dan suami gue πŸ˜‰

Yo wis, i’ve made my point here πŸ˜›