Kita semua pasti tahu kalau dunia lagi dilibas krisis keuangan global (… lihat aja di media-media yang sekarang banyak memberitakan headline bertema “krisis keuangan global” dan sejenisnya). Sejujurnya.. gue cuma merhatiin headline-nya aja sih, tanpa baca artikelnya menyeluruh ๐Ÿ˜› dampak dari krisis keuangan global ini punya banyak rupa & besaran… bisa saja tidak terasa atau malah terasa langsung dalam keseharian. Namun sebagai istri-rumah-tangga yang doyan memelototi katalog belanja Tesco, gue pribadi merasakan efeknya saat mendapati harga-harga barang yang cenderung naik. Akhirnya terasa juga, bahwa dampak-krisis ini nggak cuma dirasakan golongan ekonomi lemah (bukan berarti ekonomi gue kuat ya).

Dari mikir : wah, ternyata gue juga kena dampaknya nih, kemudian gue jadi mikir : apa yang bisa gue lakukan demi menghemat & mengatur pengeluaran bulanan rumah ?

Dalam mengatur keuangan, adalah penting untuk memiliki 3 hal berikut : 1. Mau & tega mengatur prioritas kebutuhan & mendahulukan kebutuhan2 yang urgent; 2. Membuat proporsi pengeluaran & dgn disiplin mematuhi proporsi yang dibuat; serta 3. Mencatat uang yang keluar terpakai (tracking-expenses). Kalau ternyata besarnya pengeluaran bulanan itu (harus) bertambahย  namun income-nya tetap segitu-gitu aja, silakan pilih :ย  either mencari cara untuk menambah income, atau mengurangi pengeluaran bulanan anda. Yang sampai saat ini (masih) setia gue lakukan adalah “mengurangi pengeluaran” rumahtangga & pribadi… dimulai dengan mengecek catatan pengeluaran bulanan (tracking expenses). Saat “tracking” ini, kemudian pikirkan : pengeluaran apa aja ya yang tenyata “nggak penting-penting banget” sehingga bisa dikurangi atau bahkan dihapuskan? Bila pengeluaran tersebut dihapuskan, besar/nggak pengaruhnya untuk kondisi rumahtangga ?

As for me, hasil dari “tracking” itu biasanya gue terapkan menjadi beberapa hal berikut :

1. Gue & Baim membatasi kegiatan makan, nonton & kongkow2 di luar rumah.ย  Sebagai gantinya, kami lebih sering masak bareng & makan di rumah saja. Cari resep di internet, trus coba masaknya ๐Ÿ˜€ Namun, ini tidak berarti bahwa kami jarang keluar rumah & bersosialisasi… ada-lah waktu2 dimana kami iseng jalan2 & makan2 di resto/cafe, baik itu berduaan aja atau bareng teman2. Hanya saja, kami pikir : kalau nggak penting-penting amat untuk keluar & jalan-jalan, ya ngapain juga keluar rumah. Kalau lagi kepengen, acara jalan2 & makan2 ini biasanya kami lakukan saat weekend saja (pilih hari Sabtu atau Minggu). Plus, saat weekend ini, biasanya suka ada teman2 yang ngajak keluar bareng juga…jadi lumayan-lah ada tebengan transport ๐Ÿ˜› Selain itu, gue & Baim lebih memilih untuk jalan2 ke pantai, berwisata kuliner keliling kota (nyari hawker food stall yang makanannya enak !!), atau sightseeing ke old-town; hanya sesekali saja kami ke mall karena di mall inilah “godaan” untuk mengosongkan isi-dompet akan terasa lebih besaaarrr.

Begitupula dengan nonton di bioskop; gue & Baim lebih memilih download film2 dari internet ajah daripada ke bioskop… Selama disini, kami menyambangi bioskop hanya saat teman2nya Baim ngajak ikutan acara “kaki wayang” (sebulan sekali ngumpul & nonton bareng di bioskop), itupun kalau pilihan film-nya bagus. Hanya film-film tertentu saja yang kami berdua kejar untuk bisa ditonton di bioskop (film-film yang sensasinya “beda” & lebih mantap kalau ditonton di bioskop ๐Ÿ˜€ )… itupun ngejar nontonnya pas hari NoMat (nonton hemat ๐Ÿ˜› ). Selebihnya, mendingan download sendiri & ditonton di rumah aja. Nggak bakalan rugi kok kalau nggak nonton film pas premiere… toh jalan ceritanya tu film gak bakalan berubah ๐Ÿ˜›

Untuk makan siang, Baim memang beli lunch di kampus;ย  sedangkan makanan sisa dinner semalam seringnya gue panaskan aja untuk lunch gue, instead of beli makan siang ke warung.ย  Hanya kalau pengen makan lalap aja, baru gue beli lunch ke warung ๐Ÿ˜› Jadi inget juga jaman masi single dulu, biasanya nggak mikir dua kali saat diajak ngumpul (baik itu arisan ato sekedar ngaso sepulang kerja) di Oh LaLa, CoffeeBean atau Starbucks. Padahal kalau dipikir-pikir lagi… (jujur aja) harga kopi di Starbucks tu overrated… jadinya kayak beli “merk” aja, bukan beli kopi. Lebih ramah di kantong untuk patungan belanja sama teman-teman & bikin pesta-masak di rumah saat weekend, atau ngumpul di JCo/di cafe lainnya yang harga makanan-minumannya nggak overrated namun masih enak & bersuasana cozy.

Overall, frekuensi keluar makan2 & kongkow2 ini pun nggak sampai 4x/bulan. Ini pendapat kami aja siy; tapi kalau nggak penting2 banget untuk jalan2ย  & kongkow2, ngapain juga keluar rumah… ๐Ÿ˜›

2. Hitung lagi biaya yang dikeluarkan untuk komunikasi. Disini, gue & Baim udah ngambil paket internet rumahan seharga RM68. Ambil paket minimum yang paling murah, karena kebutuhannya memang untuk cek e-mail, browsing2 & chatting. Nah, paket internet murah ini kami optimalkan penggunaannya untuk komunikasi sama keluarga & teman2 via e-mail, YM atau facebook ๐Ÿ˜€ Otomatis, penggunaan pulsa telepon pun berkurang sehingga ponsel hanya kami pakai untuk keperluan komunikasi mendadak/saling mengecek keberadaan/mengabari hal urgent aja.ย  Kami juga nggak berlangganan koran; cukuplah kami buka-buka detik.com, kompas.com & theStar-online pake internet rumah ๐Ÿ˜€ Optimalkan saja penggunaan internet berlangganan yang murah ini.

Untuk pulsa telepon, sebenarnya gue & Baim nggak banyak memakai pulsa ponsel karena jarang menelepon & ngobrol ngalor-ngidul; karena tadi itu, lebih banyak memberdayakan e-mail & YM untuk berkomunikasi dengan sahabat & keluarga. Paling2 ponsel hanya dipakai untuk menerima telepon, mengabarkan hal2 urgent, atau ber-sms-ria. Kalau misalnya anda memang butuh untuk sering menelepon, lebih enak menggunakan ponsel CDMA.

Satu lagi, kami memutuskan untuk nggak latah ikutan beli BlackBerry atau i-Phone trus ngambil paket internet BB/i-phone yang unlimited… selain mahal, lha wong internet rumah udah cukup.ย  Baim-pun sehari2 kerja di lab-nya dengan sambungan internet super-kenceng. Saran bagi mereka yang emang butuh BB/i-Phone, pilih paket internet yang paling murah, trus (kalau bisa) sering-seringlah nongkrong di area hotspot. Di saat yang sama, batasi ngobrol melalui ponsel kalau ternyata bisa komunikasi via YM/e-mail. Berdayakanlah BB atau i-Phone yang anda beli, jangan hanya dipakai untuk narsis-narsisan di facebook aja… ๐Ÿ˜‰

3. Gue akui bahwa : SULIT bagi gue untuk mengurangi pengeluaran untuk beli buku, tapi gue bisa mengurangi pengeluaran untuk beli majalah. Malah, sekarang gue nggak pernah beli majalah lagi… baik itu National Geographic kesukaan gue (huhuhuuuw…) atau majalah-majalah fashion & lifestyle. Untuk majalah NG, toh udah ada internet… tinggal klik nationalgeographic.com. Untuk majalah lifestyle & fashion, yang gue rasakan adalah : kini majalah-majalah tersebut sudah menjadi “perangkap-konsumerisme” yang hanya membuat kita (terutama para cewek) terdorong untuk membeli lagi, lagi dan lagiii barang2 yang diiklankan dalam majalah tersebut. Akhirnya bikin lapar mata doang. Namun, gue tetaplah seorang cewek yang masih ingin mengikuti tips & perkembangan “dunia cewek”… sebagai gantinya, gue memilih untuk baca majalah online aja. Less advertisements, more providing infos ๐Ÿ™‚

Bagi mereka yang merasa majalah adalah kebutuhan-pokok, saran gue : bikin grup sesama teman penggemar majalah; masing2 dari kalian langganan majalah yang berbeda lalu tuker-tukeran saling meminjamkan majalah tersebut. Ini, juga bisa berlaku untuk buku (bikin klub-buku, janjian tiap orang membeli buku bergenre tertentu (genre yang disukai, pastinya), lalu kalian tuker-tukeran minjem deh). Hindari : membeli majalah sekedar mengejar bonus sample-kosmetik atau bonus tas yang lucu yang diberikan, dan membeli majalah karena tergiur oleh headline menarik yang ditaro di sampulnya sehingga seolah keseluruhan majalahnya terbaca menarik (namanya juga orang jualan majalah… ya headline sampulnya pasti bakal dibuat sebombastis mungkin).

Inilah yang membuat gue lebih memilih untuk beli buku saja, daripada majalah2 yang isinya kebanyakan iklan. Kalaupun anggarannya sedang ditekan atau harganya mahal (biasanya untuk buku2 import), gue akan mencari buku secondhand-nya (di www.readinglights.com), atau pinjam ke perpustakaan, atau meminta Baim men-download file e-book gratisan saja (… OK, gue akui ini sama aja kayak ngebajak :-P).

4. Mengurangi pengeluaran untuk transportasi. Biarpun cicilan beli mobil disini tu murah, gue & Baim nggak tergerak untuk beli mobil. Kawasan rumah kami ramai dilalui oleh trayek bus RapidPenang; dengan RM 1-2/orang, kami udah bisa jalan kemana-mana… even sampai ke pantai Batu Feringghi di ujung utaranya pulau sana. Yang dibutuhkan adalah : jeli mengetahui kapan jam-jam keluar bus tersebut ๐Ÿ˜€ Di Jakarta sendiri, kalau gue harus ke tempat yang lebih mudah dicapai dengan naik busway (atau kopaja, kayak kantor gue dulu), ya gue milih naik busway aja. Naik taksi pun hanya kadang-kadang (biasanya kalau badan lagi tepar kecapekan). Bagi mereka yang tinggal di daerah suburb Jakarta yang areanya dilalui feeder busway, bisa dicoba untuk meninggalkan mobil/motor di rumah (atau di tempat penitipan kendaraan dekat terminal), lalu naik feeder busway ini menuju halte busway di Jakarta. Pilihan lainnya : buatlah Grup-Nebeng;ย  jika dalam kawasan perumahan tinggal juga beberapa orang yang sekantor atau sewilayah kantor dengan Anda, atur aja untuk bergiliran menggunakan satu mobil. Nanti dari mereka yang ikut nebeng, silakan patungan untuk membayar ongkos tol & bensin.

5. Satu hal yang (mungkin) cukup miris kalau dilihat dari standar kehidupan pasangan-muda-kelas-menengah : di rumah kami nggak ada TV, wahahaa… tapi emang nggak ada, karena kami berdua nggak merasa butuh nonton TV. Otomatis, kami pun nggak ikut program TV berlangganan. Lha wong TV-nya aja gak punya ๐Ÿ˜›ย  Lagipula, kami lebih sering nonton film-download-an daripada nonton TV. Mengikuti berita2 pun bisa lewat situs koran di internet. Sekali waktu, dirumah kami pernah ada sebuah TV karena seorang teman pernah menitipkan TV-nya di rumah kami. Teman kami ini mengijinkan kami untuk memakai TVnya selama dititipkan… namun pada akhirnya TV tersebut hanya gue pakai untuk nonton berita petang (bareng Baim), The Wonderpets, Spongebob Squarepants, Gilmore Girls & Big Shots (yang gue sebut sebagai versi-suami-nya Desperate Housewives ๐Ÿ˜› ). Sisanya : gue lebih banyak manteng didepan laptop, main internet ๐Ÿ˜›

Bagi mereka yang di rumah punya TV namun hanya menyalakannya saat pagi hari waktu sarapan (untuk meramaikan suasana rumah) dan malam hari sepulang sari kantor (misalnya, baru tiba di rumah rata-rata jam 21.oo), lalu saat weekend pun seringnya ngibing keluar rumah & nonton di bioskop… mendingan downgrade program TV berlangganan-nya aja. Buat apa langganan program TV berlangganan yang premium kalau ternyata hanya ditonton sebentar-sebentar aja ?ย  Mungkin akan lebih ekonomis berlangganan paket-dasar, sekadar supaya bisa menikmati tayangan TV yang “berbeda” dari program TV-TV nasional.

6. Ingat selalu untuk mematikan peralatan berlistrik saat peralatan tersebut tidak digunakan; baik itu mematikan AC /kipas angin saat anda tidak berada di kamar, mematikan lampu-lampu pas siang hari & saat bepergian di malam hari, tidak membiarkan komputer terus-terusan menyala saat anda melakukan aktivitas lain, mematikan TV saat tidak ada yang menonton, dan lain-lainnya. Ingat, kebiasaan terhadap hal-hal kecil akan terasa besar efeknya saat diakumulasikan; mematikan alat-alat listrik saat tidak digunakan bisa mengurangi biaya tagihan listrik… selain juga membiasakan diri mengikuti gaya hidup go green & berhemat energiย  ๐Ÿ˜‰

7. Punya mesin cuci & mencoba laundry-lokal/kiloan. Mesin cuci, meskipun mahal pertama saat dibeli, tapi untuk selanjutnya mempermudah kita saat harus mencuci baju sehari-hari… sekaligus membantu menghemat air; bandingkan dengan mencuci secara manual berbekal ember : saat mengisi air di ember, mencuci & membilas cuciannya, terkadang kran-nya suka lupa dimatikan sehingga airnya terus mengalir dari selang & mbleber; atau saat membilas cucian, licinnya sabun masih terasa sehingga harus dibilas air lagi… akhirnya jadi boros air & tagihan PAM pun membengkak. Belum lagi nanti capek memeras sendiri & masih harus menjemur cuciannya. Lebih mudah & lebih hemat-air kalau pakai mesin cuci ๐Ÿ˜‰ Nggak usah beli mesin cuci yang supercanggih… mesin cuci semiotomatis sudah cukup untuk dipakai mencuci baju sehari-hari (untuk lingerie & pakaian dalam berbahan halus, gue masih memilih untuk mencucinya di ember kecil). Oia, gue melakukan ini sebelum menjemur baju :ย  kibaskan dahulu baju tersebut 2-3 kali dengan sentakan yang agak keras, agar seratnya “terbuka” jadi lurus & nggak lecek/kusut (kusut akibat gerakan memilin saat diperas). kemudian, baju itu gue jemur pakai gantungan plastik. Saat bajunya kering… nggak perlu disetrika, langsung dilipat aja ๐Ÿ˜‰ Khusus untuk kemejanya Baim & baju bepergian, barulah gue setrika sebelum dipakai.

Untuk laundry lokal atau laundry kiloan, pastinya bertarifย  jauh lebih murah daripada laundry berlisensi. Gue hanya mencucikan seprai + sarung bantal, taplak & bedcover ke laundry lokal. Soalnya capek bo’ kalo dicuci sendiri ๐Ÿ˜› Sedangkan untuk pakaian seperti kebaya, jas, atau pakaian berbahan silk & renda/brokat,ย  boleh tetap dibawa ke laundry berlisensi. Toh pakaian “mahal” inipun hanya dipakai pada saat-saat spesial saja, kan…

8. Jangan terlambat membayar kartu kredit atau asuransi. Kartu kredit memiliki sistem “bunga-berbunga” plus denda keterlambatan yang besarnya bikin hati nggak rela saat membayarnya. Ini bisa disiasati dengan menjadwalkanย  sehari khusus dalam sebulan untuk ke bank & membayar semua tagihan (bisa sambil sekalian jalan2 makan siang) dan mendisiplinkan diri untuk menabung & membayar semua tagihan terlebih dahulu saat gaji baru masuk/diterima. Di Prancis, gaji yang diterima oleh warganya itu sudah “bersih-dipotong-pajak” yang kemudian pajak tersebut diarahkan untuk kesejahteraan warganya; nah, gue menerapkan sistem yang sama untuk mengatur keuangan rumah & keuangan pribadi, sejak dulu jaman masih terima gaji dari kantor, sampai sekarang terima “gaji” dari suami ๐Ÿ˜›

9. Saat membeli baju, jangan latah “termakan” merk atau terjebak di kegilaan sale. Gue pribadi lebih memilih untuk beli tas, sepatu serta baju-baju berwarna netral (hitam, krem & cokelat) yang modelnya simpel (nggak “termakan” perubahan mode). Supaya tampil beda, gue bereksperimen dengan aksesoris bros & scarf/kerudung gue (baik itu di motif/warna scarf-nya, atau dari cara/model melilit kerudungnya). Untuk baju pesta atau kebaya, gue lebih suka “mencontek model” & menjahitkannya di penjahit langganan. Toh untuk baju pesta ini nggak untuk dipakai sehari-hari…

Kelihatannya agal frugal ya ? Bisa jadi. Penghematan pengeluaran dari masing2 pos pengeluaran ini mungkin tak terlalu banyak… tapi kalau dijumlahkan,ย  hasil totalnya bisa ditabung & setelah setahun… tabungannya bisa dipakai untuk traveling atau membeli laptop bagus yang bisa mendukung kebutuhan pekerjaan ๐Ÿ˜‰ Kalau sudah membiasakan diri berhemat-hemat & melihat akumulasi hasilnya, pasti nanti jadi semakin bersemangat untuk pintar menyusun skala prioritas & mendahulukan pengeluaran pos-pos yang memang penting. Yah… let’s say : berhemat-hemat dahulu, bersenang-senang kemudian.. ๐Ÿ˜‰

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat saat dipraktekkan ๐Ÿ˜‰

******jika ada kesalahan & komplen yang timbul akibat mempraktekkan tulisan ini, maka sepenuhnya berada diluar tanggungjawab penulis, hekekekekeekk…******