Satu hal yang bikin bete pas musim hujan adalah : laron-laron pada berdatangan ke rumah pas malam harinya 🙁 Katanya sih emang habitnya serangga yang satu ini mencari cahaya terang di malam-malam saat musim hujan… sumber-cahayanya ya dari lampu2 rumah. Gue siy belum tahu apa penjelasan ilmiah dibalik habit-nya si laron ini, entah mencari kehangatan lampu atau ngedugem (lho ???). Yang gue tahu adalah :  sangat-sangat-SANGAT menyebalkan kalau rombongan laron tersebut ber-kamikaze terbang masuk ke rumah gue !!! Udah terbang, mengerubung, lalu mentok-mentokin/nabrak-nabrakin diri ke lampu rumah, trus mati… sayap & badannya berguguran kemana-mana. Benar2 deh laron2 itu meniru pilot Jepang yang ber-kamikaze pas dulu nyerang Pearl-Harbour… 🙁

Ini nggak bisa dihindari, karena rumah yang kami sewa memiliki area ruang tengah+dapur kecil yang langsung terbuka menghadap ke balkon. Sisi positifnya : sirkulasi udara rumah jadi bagus karena balkonnya terbuka (hanya dibatasi jendela berteralis, tanpa kaca). Sisi negatifnya : kalau laron-laron pada datang menyerbu… udah deh, serbuannya tak terelakkan 🙁 Udah gitu yaa… kalau sayap-sayap laron itu berguguran dimana-mana, menyapunya supaya bersih tu butuh kesabaran tingkat-tinggi… selain jatohnya menyebar dari atas meja sampai di lantai-lantai, sayap-sayap itu begitu ringan sehingga udah disapu pun suka kembali terbang berantakan lagi. Sekali waktu pas gue lagi kesel menyapu sisa-sisa laron yang ber-kamikaze, Baim komentar :

“Eh, laron itu sehat lho, sayang… Trus berprotein tinggi, sampe dibikin rempeyek segala…”

“Emangnya kamu pernah makan…??” tanya gue sambil terus nyapu.

Baim nyengir & menjawab : “Nggak pernah, heheee… Tapi kucing aja suka lho sama laron !?”

“Sayang, “ lanjut gue dengan suara cautious, “…tiap tahunnya, BP-POM MUI meluluskan banyak sekali produk camilan bergizi yang enak-enak, DAN TIDAK TERBUAT dari serangga… Jadi, ngapain juga sharing info kalo “laron itu enak & bergizi”??? Aku sih mendingan makan rempeyek kacang-ijo, Aaaargh !!”

Yang udah-udah kalau serbuan-kamikaze-laron ini dimulai (ditandai dengan satu-dua laron mentok-mentokin diri ke lampu neon), gue & Baim langsung mematikan semua lampu di rumah & hanya menyalakan lampu kamar-mandi (letak kamar mandi kami bersebelahan dengan balkon). Hehe, cara ini cukup efektif untuk memancing laron-laron tersebut masuk & mengerumuni lampu kamar-mandi saja… ntar kalo acara “kamikaze”nya udah selesai, tinggal disiram deh (sadis ya’ ? 😛 ). Pernah juga kami mencoba salah-satu cara yang dulu dipraktekkan oleh para-ibunda kita : menaruh sebaskom air (kadang juga diisi floating-candles) tepat dibawahnya lampu yang dikerubungi laron-laron. It works ; air dalam baskom memantulkan cahaya lampu & pantulannya berriak-riak, sehingga si laron jadi tertarik untuk “menyerbu” pantulan lampu di air baskom tersebut. Kalo semua laronnya udah “terperangkap didalam air, tinggal buang aja airnya. Cuma yaaaah… berhubung gue ini clumsy & suka nabrak-nabrak kalo lagi jalan (jangan tanyakan kenapa… gue juga gak tahu penyebabnya), ide taruh-baskom-dibawah-lampu-ditengah-ruang-keluarga ini nggak pernah kami terapkan lagi 😛 Akhirnya kami kembali memilih untuk gelap-gelapan & menyalakan lampu kamar mandi saja 😛

Tadi, gue baru aja iseng cari-cari di internet tentang cara mengusir laron. Lalu gue masuk ke thread sebuah forum diskusi tentang flora-fauna. Wuiiiih… di forum diskusi itu nggak cuma dituliskan “cara mengusir laron yang mengerubungi lampu”, tapi juga  cara “mengusir kutu dari beras”, “mengusir sepi saat weekend” sampai “mengusir setan” 😛 Weleh-weleh…

Baidewei, inilah nasihat yang gue dapatkan dari thread flora-fauna itu :

“pada musim hujan, malam hari adalah waktu dimana binatang laron mencari cahaya yang terang.
untuk mencegah laron mengerubungi lampu rumah anda, gantunglah beberapa buah cabai merah di dekat lampu anda.”

Uhmmmm…

kayaknya gue mendingan milih gelap-gelapan lagi aja deh (sekalian mempraktekkan kebijakan “17-22”), daripada saban malem musti ngambilin stok cabe di kulkas… cabe mahal, bo’  😛

😉