Gue, sebenarnya, pengen sekali punya hewan piaraan.

Yup, sedari jaman gue kecil, gue pengen bisa miara hewan. Waktu itu, gue suka sirik kalo denger temen2 gue bercerita betapa asyiknya miara kelinci, kucing atau anjing. Soalnya mereka kelihatan happy gitu pas ceritanya… gue juga jadi ikutan membayangkan betapa fluffy & lucunya hewan-hewan piaraan tersebut saat dipelihara, dielus-elus & dikasih makan.

kuro-kuri1
Baby Kuro-Kuri

Maksud hati miara hewan, apa daya…gue alergi sama debu & bulu binatang. Plus, nyokap-bokap gue agak-agak “geuleuh bin jijay” dengan ide miara hewan peliharaan di rumah. Ya sudah, jadilah gue nggak miara hewan sampe 20 tahun kemudian… saat duet kura-kura brazil bernama si Kuro & Kuri masuk sebagai anggota keluarga kami ๐Ÿ˜€

Kami sekeluarga memelihara Kuri & Kuro sejak ukurannya masi segede ZenMP3 gue (kira-kira berdimensi 5 x 2 x 1 cm). Karena ukurannya waktu itu masih kecil, mereka kami rawat di baskom buat nyuci sayur. Pas Kuro-Kuri udah sebesar telapak tangan anak-anak (dengan asumsi tangannya anak2 yang tumbuh normal ya), kami pindahin mereka ke wadah go-box bekas. Sekarang, setelah ukuran mereka hampir segede piring tatakan, mereka pindah ke akuarium kaca bekas ikan Arwana (bukan Tukul) milik tante Ning & Om Abdil.

1_akuya2
Saat Kuro-Kuri menghuni Go-Box...

Waktu Kuro-Kuri masih kecil, kolam mereka kami kasih undakan batu-batu kerikil untuk tempat mereka berjemur & mengasah kuku. Sekaligus, untuk melestarikan sifat-sifat mereka di alam lepas sebagai perenang & penghuni sungai. Kolam mereka juga kami taruh di area yang banyak terkena sinar matahari, karena kura-kura adalah hewan berdarah-dingin; kura-kura nggak bisa banyak menghasilkan panas-tubuh seperti hewan2 berdarah-panas, sehingga butuh sinar matahari untuk menaikkan suhu tubuhnya agar hangat.ย  Plus, layaknya manusia yang butuh sinar matahari untuk menghasilkan vitamin D yang menguatkan tulang, kura-kura juga butuh sinar matahari agar tempurungnya menjadi keras-kuat & tetap kering sehingga bebas dari kuman penyakit… terutama kura-kura kecil yang tempurungnya masih lunak & mudah terserang penyakit itu. So, bagi kalian yang lagi miara kura-kura kecil, jangan rendam mereka dalam air kolamnya… itu adalah jahat. I mean it. Kura-kura memang perenang, tapiย  ingat :ย  kura-kura bukanlah ikan. Mereka juga butuh daratan plus sinar matahari. Berikan batu2 kerikil untuk tempat mereka berjemur. Taruhlah wadah akuarium atau buatlah kolam untuk kura-kura yang selalu kena sinar matahari setiap pagi; ini agar tempurungnya yang masih lunak itu jadi kuat, kering & bebas penyakit. Oia, kalau ada anjing/kucing juga di rumah, tolong, jauhkan kura-kura piaraan anda dari anjing-kucing karena kalo nggak, kura-kuranya bakal di-graoookk sama anjing/kucing itu ๐Ÿ™

1akuyakuriterompet
Agam & Kuri : si Kuri berontak karena disuruh niup terompet...

Sejak ada Kuro & Kuri di rumah, kami semua jadi hepi. Hepi, karena punya peliharaan sekaligus hepi karena ada piaraan yang bisa dijahilin. Nggak, bukan dijahilin dengan cara-cara yang membuat kami sekeluarga dituntut oleh PETA, Greenpeace & asosiasi penyayang binatang lainnya. Paling2 kami jahilin si Kuro-Kuriย  kayak disuruh niup terompet tahun baru, atau si Kuro-Kuri disuruh berenang 20-lap bolak-balik dalam kolamnya (gue yakin, dengan latihan spartan itu, mereka bakal jadi juara Olimpiade Hewan bagian tanding renang). Nggak heran, kejahilan kami ini sering membuat Kuro-Kuri stress, cakar-cakaran, saling berantem & berontak mau kabuuuur. Kirain pengen kabur beneran; pas gue amati, ternyata mereka merasa tempat-tinggalnya udah kesempitan, nggak leluasa untuk berenang, berjemur & berbagi teritori satu sama lainnya. Yo wis, dipindahin aja ke tempat yg lebih gede.

image005
"Escape From the Go-Box" part-1
1_akuya3
"Escape From the Go-Box" part-2
Kuro-Kuri, damai berenang dalam akuarium..
Kuro-Kuri, damai berenang dalam akuarium..
"Haloo.. aku Kuro."
"Haloo.. aku Kuro."

Kalo adik-adik gue (Ali-Agam) hobinya ngejahilin Kuro-Kuri, nah bokap hobinya ganti air & menguras akuariumnya Kuro-Kuri. Nyokap gue paling hobi ngerawat & mandiin si Kuro & Kuri. Sementara gue in-charge di urusan beli & ngasih makanan (jenis floating-pellets buat kura2 air tawar). Sesekali sih juga mandiin Kuro-Kuri. Gue juga suka mengamati kelakuan mereka. Lumayan, sedikit ilmu herpetologi yang pernah dipelajari jaman kuliah jadi terpakai ๐Ÿ˜€ Cuma, seiring dengan bertambah gedenya mereka, jenis makanannya udah bukan berupa pellets lagi. Agar mendukung kebringasan mereka, akhirnya dikasihlah makanan berupa cacahan daging ikan kembung dan seikat kangkung segar (yang kata nyokap, akhir-akhir ini kangkung tersebut lebih sering Kuro-Kuri pakai sebagai alas nangkring layaknya jerami, instead ofย  dimakan sebagai sumber serat mereka). Plus, sekarang gue nggak stay di rumah, ya jadinya nyokap-bokap deh yg ngurusin semuanya, ya mandiin, nguras akuarium, beli makanan & ngasih makan Kuro-Kuri. Ada bagusnya juga diet Kuro-Kuri jadi ikan kembung & kangkung : tinggal manggil tukang sayur yg lewat depan tumah, beli, diolah, trus kasih makan deh. Coba kalo mereka masih harus makan pellets… dengan nafsu makan meng’kura-buta begitu, kasian nyokap gue harus bolak-balik ke Wijaya-petshop di ITC buat beli stok pellets.

Waktu gue cerita ke Ali-Agam tentang diet baru-nya Kuro-Kuri, mereka berkomentar : “Tengil amat yah si Kuro-Kuri makannya sushi ikan-kembung..!?” ๐Ÿ˜€ Gaya deh, dasar kura-kura hedon ๐Ÿ˜› karena soal sushi ini, gue jadi membayangkan mereka layak-nya ABG-ABG rumpi yang lagi ngegosip sambil lunch di SushiTei; dimana si Kuro bakal bilang : “eh, jeng Kuri… Cobain deh menu baru ini… sushi ikan kembung ! Omaigattt, enak banggeud loh ! Sumpe deh, sambergledek, enak bangeeetts ! Apalagi kalo sushi-nya dibungkus sama daun kangkung. Ayo, jeng Kuri.. Cobain deh.”

Dan si Kuri akan menjawab : “Aiiih, SUMPEย  LO ?? Mana sushi-nya ?? Jeng Kuro, akyu mau juga dunks cobain satu…”

Enough about the terrapins. Imajinasi gue makin berlebih.

Sebenarnya, beberapa hewan lain pernah mampir di rumah & jadi piaraan kami. Dulu jaman gue masih tinggal di Ambon, ada kucing garong warna jingga (mirip sama Crookshanks-nya Hermione) yang suka mampir ke rumah & kami kasih makan. Namanya Yoyo. Dikasih nama Yoyo karena suaranya kalau mengeong itu bukan layaknya suara kucing, tapi kayak suara orang bengek berseru “Yoooyoyoyoyoo…!”. Ngeri abis, terutama kalo didengar pas malam hari. Kayak ada hantu yang lagi gentayangan nyari orang bernama Yoyo ๐Ÿ˜›

Biarpun Yoyo adalah kucing garong bercodet dengan lagak preman, dia itu manis… nggak pernah masuk dapur rumah & nyolong makanan. Biasanya dia hanya duduk depan daerah dapur, menanti sisa-sisa makanan yang nanti dikasih sama bokap-nyokap. Mungkin, waktu Yoyo belum jadi preman kucing, dia adakah kucing baik hati dan rajin menabung serta tidak sombong ๐Ÿ˜› Yoyo ini juga teman setia gue selama gue dirawat di rumah karena Malaria. Waktu gue sakit, biar gue kena cukup sinar matahari, bokap-nyokap mindahin tempat tidur gue ke samping jendela ruang tengah. Gue akan rebahan disitu sepanjang siang sambil baca buku atau dikompres. Selama gue rebahan, diluar sana di balik jendela kaca, si Yoyo dengan muka garangnya yang bercodet (namanya juga kucing garong, premannya kucing gitu loh) akan duduk diam, setia menemani gue. Sesekali buntutnya yang berbulu jingga & tebal bergoyang dikibas-kibas. Pertanda dia lagi hepi. Kalo udah sore, baru deh si Yoyo beranjak pergi dari tempatnya. Dengan gaya jalan kucing yang cool sambil ekornya ngibas-ngibas, Yoyo meninggalkan tempatnya seolah sambil berkata : “Gue pergi dulu ya, coy… Panggilan tugas nih, mengontrol wilayah gue. Adios. Hasta la vista, beibeh.”

Keren abis.

Tapi setelah gue sembuh sakit, si Yoyo ini nggak pernah datang ke rumah lagi. Huhuhu… sedih ๐Ÿ™ Hanya sesekali gue melihat si Yoyo dari kejauhan. Sesekali pula, Yoyo berbalik menatap gue juga, dari kejauhan… sebelum kemudian melengos & kembali bergabung dengan gerombolan preman kucing. Benar-benar kucing garong deh.

1_akuyakoki
Kumpay & Kuri, dua Spesies yang bersua

Trus, waktu itu juga pernah ada ada ikan maskoki tipe golden lionhead yang kami piara.ย  Kami beri nama : si Kumpay. Nama lengkapnya : Kumpay Yakun (???). Kenapa Kumpay, soalnya kibasan ekornya keren, melambai-lambai atraktif. (ada yang nangkep hubungannya apa, nggakย  ? NGGAK ?? Sama, gue juga ๐Ÿ˜› ). Aselinya sih ini ikan piaraanya Ali, tapi trus dibawa pulang ke rumah biar keurus. Sayang seribu sayang, usia si Kumpay ini cuma bertahan beberapa bulan…ย  karena di suatu malam sepulangnya gue & bokap dari menjenguk kakoeng (alm.), saat gue hendak ngasih Kumpay makan, gue menemukan si Kumpay ini mengambang di permukaan air. Mati, saudara-saudara ๐Ÿ™ Man, gue panik banget waktu itu, apalagi bokap gue, yang langsung ngangkat si Kumpay trus dipijat pelan2 & dikasih pernapasan buatan dengan ditiup-tiup udara. Terlambat, si Kumpay sudah mati. Hiiiiks… gue sedih banget ๐Ÿ™ Kemudian, gue-ALi-Agam & bokap berusaha mengidentifikasi kematian si Kumpay ini. Soalnya aneh, aerator air-nya masih nyala (alat yang blubup-blubup buat bikin gelembung oksigen dalam air itu loh). Trus, seingat gue pun si Kumpay baru dikasih makan 2 jam yang lalu, sebelum kami pergi menjenguk Kakoeng. Jadi… kematian si Kumpay masih misteri sampai sekarang. Sementara itu, jasad si Kumpay awet terbungkus berlapis-lapis tissue & kotak plastik, disimpen dalam kulkas. Si Kumpay jadi mummified fish gitu deh. Tapi keluarganya menolak si Kumpay untuk diotopsi oleh tim dokter… (lah, knapa jadi kayak berita korbannya Ryan si Jagal-Jombang ???)

Piaraan lainnya : burung pipit kutilang kecil bernama si Kicep. Kenapa namanya Kicep ? soalnya kicauannya nyariiiing banget, berkicau menyerukan suara “ciiip..ciiip…kiceppp!! Kicepppp!!”. Ya udah, jadi deh dinamain si Kicep. Bokap gue nemuin si Kicep, anak burung pipit kutilang yang sayapnya patah, waktu lagi lari pagi. Entah patah karena jatuh dari sarangnya, atau di-graokk kucing jahat, gue gak tahu. Trus dibawa pulang ke rumah deh si Kicep…ย  dibersihin luka-lukanya pake betadine & dirawat dalam sangkar burung bekas; sangkarnya dapat dari Pak Min (sopirnya kakoeng), bekas dulu dipakai miara burung perkutut. Selama dirawat di rumah, sayapnya si Kicep dibalut tissue. Cuma karena akhirnya dia suka mematukki tissue-nya, akhirnya nggak dibalut lagi. Makanan si Kicep adalah kroto, sesekali pecahan beras & roti lunak campur susu. Waktu dia masih belum bisa gerak, makannya disendokin pake sendok plastik. Malam-malam, si Kicep suka berkicau keras-keras… apalagi karena kandangnya ditaruh di beranda pas depan kamar gue, gue jadi nggak bisa tidur denger kicauannya yang memilukan. Ya udah, kadung nggak bisa tidur, akhirnya gue keluar aja, duduk di depan kamar nemenin Kicep, ngasih dia makan sambil dihangatkan di tangkupan-tangan gue.

Beberapa minggu setelah itu, si Kicep keliatan udah kuat lagi. Kicauan memilukannya pas malam-malampun berkurang. Meski sayapnya masih agak miring, tapi dia udah bisa terbang dalam sangkarnya & naik ke bilah kayu untuk hinggap. Makan pun udah nggak disuapi lagi, melainkan langsung mematuk roti & pecahan beras yang dikasih. Seneng deh lihatnya ๐Ÿ™‚ Sekali waktu, kandangnya si Kicep disemutin. Ya udah, kami pindahkan aja si Kicep sementara ke Go-Box kosong yang tutupnya udah hilang… lebih luas & toh Kicep nggak akan terbang keluar. si Kicep bersama Go-Box rumah-barunya itu kami taruh di atas meja makan (waktu itu tikus-tikus sedang buas). Supaya hangat, didalam Go-Box kami taruh kain-kain bekas. Setelah dipindahkan ke Go-Box, gue inget banget kalau kami sekeluarga kemudian pergi sebentar ke luar. Kicep juga masih terdengar suaranya, bercericip-ria.

Sekembalinya kami ke rumah & menengok si Kicep, betapa kagetnya kami saat melihat si Kicep terbujur kakuย  dalam Go-Box. Kaku aja. Nggak napas. Dingin. Nggak ada tanda2 diserang atau apapun. Sayapnya terlipat rapih. Si Kicep mati, saudara-saudara. Sedih banget gue. Sampe nangis. Nyokap juga nangis. Huhuhuuu… ๐Ÿ™ Malam itu si Kicep kami selimuti pake kain-kain bekas dalam kandangnya. Keesokan paginya baru deh dikuburkan di bawah pu’un mangga. Semoga Kicep masuk sorga yah… dan tubuhnya bisa memberikan gizi yang baik untuk pu’un mangga yang tumbuh di atasnya… Amiiiin.

Itulah kisah panjang hewan-hewan yang pernah jadi piaraan di rumah gue. Sejauh ini, masih si Kuro-Kuri yang survive ๐Ÿ˜€ Kita doakan semoga Kuro-Kuro terus tumbuh & jadi Kura-Kura Ninja yaa… lumayan kan tuh,ย  kalo gede, jago maen pedang, mereka bisa jadi hansip di rumah gue ๐Ÿ˜€

Sebenarnya… kalo mau jujur, selesar hewan piaraan favorit gue itu adalah ikan. Soalnya, ngurusnya gampang … nggak perlu dimandiin segala. Nggak perlu keluar duit buat beli sampo, sabun, frieskies dan tetek-bengeknya. Palingan keluar duit buat beli makanan, aerator & sabun sunlight, buat ngosek akuariumnya. Cuma yah airnya Jakarta jelek gitu, jadi ogah aja gue miara ikan. Bukan ogah ribet, tapi kasihan kalau nanti mati lagi, huhuhuu. Harus keluar duit buat punya filter air yang bagus juga yah. Ntar deh, kalo gue kaya, gue miara ikan lagi. Pengen miara Koi nih ๐Ÿ˜› Buat gue, hewan itu nggak sekedar benda pemanis mata yang bikin dekorasi cantik, atau kalau lagi jinak enak buat dielus-elus. Hewan itu makhluk hidup juga. Ngurusnya pake tanggung-jawab, ketrampilan & harus disayang ๐Ÿ™‚

Kalo dari penampilannya, gue pernah pengeeen miara harimau. Iye, Harimao yang loreng-loreng & graooong itu. keren banget kan ?? Udah anggun, bulunya indah & pastinya fluffy banget kalo dielus-elus. Gue juga pengen melihara ular sanca, Iguana & Kura-kura gede kayak kura-kura Galapagos. Waktu kecil lihat gambarnya, kayaknya keren gitu. Apalagi ular sanca yang kulitnya keren, bisa berkilau memantulkan 7 spektrum warna itu… wow, keren ๐Ÿ˜€

Tapi gue pikir, memelihara hewan-hewan tersebut adalah tidak mungkin, karena :

1. Keempat hewan diatas adalah satwa yang dilindungi oleh undang2. Kepemilikan ilegal bisa bikin pemiliknya dipenjara. Kepemilikan legal ? Bisa bikin bangkrut. Gimana nggak bangkrut kalo tiap hari kudu ngasih makan harimau-nya seekor kambing ?? Atau ngasih makan seekor ayam buat si ular ? Gua aja nggak tiap hari bisa makan seporsi sate kambing, atau sepotong ayam KFC. Belum lagi ngurusin ijin legal-nya. Duit lagi tuh.

2. Untuk Harimao & Ular, gue nggak akan menjadi majikan mereka. Instead, gue bakal dilihat oleh piaraan gue itu sebagai MANGSA. Elus2 & gulat sama harimau ? besok gue bakal tinggal berupa seonggok tulang yang dijilat-jilat oleh si harimau. Meluk-meluk ular sanca atau boa phyton ? Gue bakal belit, dicaplok & bersemayam didalam perut si ular sebagai bekal dia selama berbulan-bulan hibernasi.

3. Untuk Iguana & Kura-kura Galapagos : gile, ngeri aja lihat moncongnya. Dicaplok, buntung aja jari-jari gue. Mana makan sayurnya buanyak bangeeedd (pake “d”). Ntar deh, kalo gue udah jadi juragan sayur & buah, gue baru mikir2 lagi buat melihara dua hewan ini. (Kalopun gue jadi juragan sayur, mendingan gue jual aja sayur & buahnya ke carrefour !??)

Meskipun gitu… tetep, gue merasa biasa aja saat melihat orang lain membawa piaraan mereka berupa anjing yang dirantai sambil lari-lari atau jalan2. Itu normal & biasa banget. Nah, kalo yang dibawa-nya itu HARIMAU Bengal atau Iguana… nah, itu baru spektakulerrrrr… ๐Ÿ˜€