Semuanya bermula dari sebuah artikel yang gue baca di situs kutukutubuku.com.

Artikel tersebut menulis rilisan berita tentang seorang penulis novel yang menolak untuk menyelesaikan draft-novel yang sedang ditulisnya. Kenapa ? karena draft-novel tersebut keburu bocor ke internet. Penulis tersebut bete berat, namun akhirnya merelakan draft yang keburu bocor itu untuk bebas diunduh & dibaca oleh siapapun, dengan catatan : dia tidak akan menuntaskan sisa kelanjutan cerita dari draft novel tersebut.

Turns out, itu adalah Stephanie Meyer, pengarang Twilight-saga yang sedang menulis buku Midnight Sun, buku yang masih nyambung dengan cerita Twilight-saga, tapi bukan sekuelnya. Iseng, gue unduh file-draft novel Midnight Sun tersebut (lha, Stephanie Meyer-nya ngijinin kok, berarti gue nggak ngebajak dong…hehe).

Reaksi pertama gue setelah membaca draft Midnight Sun adalah : GILAK, siapa sih Edward Cullen ini, kok karakternya gloomy ajah ?

Reaksi kedua : OK, Gue harus baca keempat buku Twilight-series.

Masing-masing judul dari keempat buku tersebut (sesuai urutan) adalah Twilight, New Moon, Eclipse, dan Breaking Dawn. Gue mendapatkan keempat file e-book Twilight-series ini dari Baim dan langsung gue “lahap” baca selama seminggu berikutnya. Gue baru ngeh, ternyata buku warna merah bergambar cewek berambut pirang yang sering gue lihat di rak bestsellernya Gramedia sebelum gue pergi ke Penang adalah buku Twilight ini. Entah kenapa, buku versi IND-nya nggak appealing aja bagi gue sehingga gak pernah gue baca, sampai akhir november kemarin.

Setelah gue baca keempat buku tersebut… Beda dengan legenda vampire yang selama ini gue tahu dari Bram Stoker’s Dracula atau film Nosferatu. Yang, mungkin karena cerita ini juga dibuat mengikuti minat pembaca remaja-dewasa akan kisah romance yang agak2 dark 😛

Banyak komentar positif atas keempat buku tsb yang gue baca di milis-milis penggemar buku. Kebanyakan sih dari cewek-cewek ABG. Malah, banyak yang menyamakan kesuksesan tetralogi Twilight-series ini dengan seri buku Harry Potter. Hmmm menurut gue sih skala fenomenalnya masih beda, lah… Harry Potter jauh lebih “menyihir” daripada Twilight-series; lagipula cerita Harry Potter lebih “mengena” ke semua segmen usia sementara Twilight-series masuk dalam jenis buku fiksi populer untuk pembaca remaja-dewasa. Sejak awal, gue memang gak menfokuskan minat baca gue pada genre tertentu; jadi buku apapun yang pas gue baca reviewnya bagus (menurut gue), ya akan gue baca. Temen gue bilang Twilight yang dia baca (versi IND-nya) mengecewakan; bisa jadi karena terjemahannya gak pas, selain genrenya yang bisa dibilang “meremaja” sekali (tapi SAMASEKALI bukan cerita teen-lit yang kebanyakan cheesy ituh).

Lucky me yang dapat sekaligus keempat e-book filesnya (bahasa Inggris) dari Baim & bisa baca Breaking Dawn (sementara terjemahannya aja belum diterbitin sama Gramedia (katanya, baru mau rilis 31 Januari 2009 ya ? hihihi…)).