2015, yaay!! Sudah Februari aja ya, nggak afdol lagi kali ya kalau ngucapin ‘selamat tahun baru’ di blog sendiri πŸ˜›

Dua bulan terakhir ini lagi jadi bulannya kami ngibing. Karena tiketnya relatif murah sih, jadi musim dingin adalah musimnya ngibing. Kemarin alhamdulillah sempat ke sini, sini dan sini. Ranselan aja bertiga. Dulu-dulu gue suka mikir kalau travelling a la backpackers bawa anak kecil itu repot. Dan… emang bener sih, repot πŸ˜† Tapi yang pasti sih seru! Ceritanya menyusul ya πŸ™‚

Trus… masuk bulan Februari berarti menjelang genap dua tahun kami tinggal di tanah kutub ini. Dua tahun hidup merantau a la hippie dippie. Nggak pernah menyangka bakal seseru ini. Tahun ini pun Alma insha Allah akan berusia lima tahun. Lima tahun. Trus tahun depan, anaknya bakal masuk SD. Cepat amat waktu berlaluuu, huhu.

Anaknya mau lima tahun, trus mamanya sendiri udah ngapain aja?

Ngapain yah? Ehehee…

Secara garis besar sih, masih sama seperti tahun-tahun lalu. Cuma sekarang lagi hepi bantu-bantu di The Urban Mama. Menyenangkan banget deh ada kesibukan baru ini. Tetapi jujur aja, secara pribadi sih pengennya di 2015 ini ngasih ‘a fresh start’ buat diri sendiri. Mosok udah lima tahun, mau terus begitu-begitu aja. Apa karena selama ini gue terlalu santai ya? Mungkin. Kali-kali kalau ada sesuatu yang berubah dan diperbaiki, nantinya bakal membawa diri ke ‘perubahan’ besar yang membawa efek lebih nyata. I wanna be a better version of myself, hidup teratur, fokus dan organized.

Kata seorang teman, coba ikutan challenges gitu deh biar bikin hidup lebih ‘hidup’. Kemarin sempat ada teman yang nge-tag buat ikutan challenge masak-masak. Jadi sekarang lagi hype banget tu yang namanya 30-day challenges. Atau 5-day challenges. Berapapun durasi harinya, intinya kita dikasih tema buat bikin sesuatu lalu hasilnya dibagi ke media sosial, trus kita boleh nge-tag orang lain buat ikutan. Dalam 30 hari, setiap hari temanya bisa berbeda-beda. Kembali lagi ke challenge masak-masak tadi. Banyak banget ibu-ibu yang serius ikutan challenge ini. Sementara gue yang bokek abis pulang ngibing, menu masakan di rumah jadi itu-itu aja, berasa nggak layak buat dipamerin di-share ke khalayak umum.

Then few days ago,Β  I stumbled upon a tweet yang masang foto ini:

30min

Wuih. Bukan challenge biasa, inih. Dan sesuai dengan yang gue butuhkan: a fresh start. Jujur aja, gue belum pernah rajin ikutan challenge-challenge beginian, mungkin karena kurang disiplin, kurang kepecut & nggak mau repot aja. Tetapi pas baca yang ini… hmm, menarik. Mana tahu kalau abis ikutan, gue bisa jadi lebih disiplin & hidup teratur. Inget Ai, be a better version of yourself.

Tertarik nyoba? Yuk! Kemarin biar gampang, sengaja gue mulai dari tanggal 1 Februari. Day-1: Stay offline for one day. Hasilnya?

Gagal, sodara-sodara πŸ˜† Seharian stay offline bagi gue kayaknya masih mustahil bin mustahal. OK, beberapa jam offline sih masih bisa, terutama pas weekend dimana biasanya lupa sendiri taro hape dimana karena sepanjang hari disibukkan sama Alma & Baim yang minta dibikinin ina-itu. Atau karena pas weekend biasanya kami jalan-jalan, dimana tiap jalan-jalan biasanya gue offline karena di hape nggak pasang data-plan internet (data-plan internet norwe mahal cyiin). Dari pagi melek mata sampai waktu lunch bisa offline, tapi menjelang siang bakal ada panggilan facetime atau skype dari para nenek-kakeknya Alma. Weekend = waktunya sowan virtual. Berani dicuekin & stay offline? πŸ˜† πŸ˜† πŸ˜†

Sepertinya waktu dimana gue bisa benar-benar offline adalah saat Kamis lalu mati lampu. Jadi, Kamis lalu itu keluar warning akan muncul badai di sepanjang pesisir barat & utara Norway. Unfortunately salah satu tower listrik di Ofoten yang menyuplai listrik untuk northern Norway rusak karena badai tersebut. Akibatnya sewilayah utara Norway (segede Jawa Barat dan Banten digabung kali yah?) mati lampu total. Ya total darkness aja gitu, sambil di luar rumah anginnya meraung-raung kencang. Gara-gara badai ini juga ada beberapa bus dan truk petikemas yang terguling, dan pas listrik mati ada pasien RSJ yang convicted murderer kabur dari bangsal rumah sakit. And I was like: omg, sh*t just got real πŸ˜† Sebagai bayangan seberapa kencang anginnya: waktu jemput Alma sambil geret gerobak salju, gerobak saljunya terbang kayak layangan πŸ˜†Β untung ada talinya yang gue pegang erat-erat. Sepanjang malam mati lampu, ya offline aja. Listrik rumah padam, Wifi rumah sudah pasti ikutan padam. Akhirnya bertiga seseruan candlelight dinner, trus main shadow puppet & ngajarin Alma main domikado. Trus karena offline, instead of goler-goler sambil mainan instagram, gue jadi klutekan beberes. Udah beberes & mati gaya nggak tahu mau ngapain lagi, akhirnya kami sekeluarga tidur lebih awal.

Intinya: kerasa juga sih kalau waktu online ini cukup menyita keseharian. Mungkin dengan lebih banyak offline dan mengalokasikan waktu offline tersebut untuk mengerjakan hal-hal yang lebih penting diselesaikan, minimal keseharian gue bakal lebih efisien & teratur. Kalau kata Hermione Granger: If you’ve dotted the i’s and crossed the t’s, then you may do whatever you please!

OK deh, Hermione πŸ˜†

Untuk challenge hari kedua, nanti dibagi lagi pas agak maleman. Kalau nggak keburu ngantuk, hihi.Β  Vi ses!